Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Setelah konfrontasi dengan Rian, tim Red-Eye mulai menyusun strategi yang cermat untuk memanfaatkan Rian sebagai mata-mata ganda. Dengan situasi yang semakin berbahaya, mereka tahu bahwa setiap informasi yang bisa diungkap Rian adalah kunci untuk menghancurkan Sang Bayang II dan sisa-sisa Bayangan yang masih beroperasi di kota.
Bagas memandang Rian dengan penuh keteguhan saat memberi arahan. “Kau tahu ini bukan tugas yang mudah, Rian. Sang Bayang II mungkin mencurigai setiap gerakanmu. Kita harus memastikan agar kau tidak terjebak di tengah permainan mereka.”
Rian mengangguk, sorot matanya menunjukkan tekad yang kuat. “Saya paham, Pak. Saya akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menebus kesalahan saya. Selama kalian menjaga keselamatan keluarga saya, saya siap menjalankan ini.”
Siti menambahkan, “Ingat, setiap komunikasi yang kau lakukan harus sesuai rencana. Satu kesalahan kecil bisa membuka semua penyamaran kita. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, segera beri tahu kami.”
Rian mengiyakan, dan malam itu, mereka semua sepakat untuk bergerak secara hati-hati. Meskipun Rian kini berada di pihak mereka, ancaman yang mereka hadapi semakin besar dan membutuhkan ketelitian dalam setiap langkah.
---
Memulai Operasi Mata-Mata Ganda
Beberapa hari kemudian, Rian menerima instruksi baru dari Sang Bayang II untuk menghadiri pertemuan di lokasi terpencil. Kali ini, tempat yang dipilih adalah sebuah bangunan tua yang nyaris tak berpenghuni, di ujung kota yang jarang dilewati orang.
Siti, yang mengawasi Rian melalui alat komunikasi, memastikan bahwa Rian membawa perlengkapan rekaman rahasia yang bisa merekam semua percakapan dalam pertemuan tersebut.
“Pastikan kau tetap tenang, Rian. Kami ada di sini memantau. Jangan buat gerakan yang mencurigakan,” ucap Siti dengan nada menenangkan.
Rian menghela napas panjang sebelum memasuki bangunan tua itu. Di dalam, ia melihat beberapa pria berpakaian serba hitam yang sudah menunggunya, salah satunya adalah pria yang selama ini menjadi kontak langsungnya dengan Sang Bayang II. Pria itu mendekati Rian, matanya tajam dan penuh perhitungan.
“Ada banyak hal yang harus kita bahas,” ujar pria itu tanpa basa-basi. “Kita harus pastikan semua rencana berjalan sesuai arahan Sang Bayang II.”
Rian mengangguk, berusaha menahan kegugupan. Ia tahu, satu kesalahan bisa membuatnya kehilangan kepercayaan mereka, bahkan mungkin nyawanya.
---
Menemukan Rencana Besar Sang Bayang II
Saat pertemuan berlangsung, Rian dengan cermat mendengarkan setiap percakapan yang terjadi. Dari potongan-potongan informasi yang disampaikan, ia mulai memahami bahwa Sang Bayang II merencanakan serangan besar-besaran di beberapa titik penting kota. Serangan ini bukan hanya untuk menciptakan kekacauan, tetapi juga sebagai langkah besar untuk menunjukkan kekuasaan Bayangan dan membangun kembali kekuatan mereka.
“Operasi ini harus dilancarkan tepat waktu,” ucap pria itu. “Kita akan memukul setiap target sekaligus dan menciptakan kepanikan yang tak bisa diatasi dengan cepat. Sang Bayang II ingin memberi pesan bahwa Bayangan tak bisa dihancurkan.”
Rian mengangguk, berpura-pura mendukung rencana itu, meski di dalam hati ia merasa takut akan ancaman yang nyata ini. Ia mencatat setiap lokasi yang disebutkan dalam rencana serangan, mengetahui bahwa informasi ini akan sangat berguna bagi tim Red-Eye untuk menggagalkan aksi mereka.
Setelah pertemuan selesai, Rian segera meninggalkan tempat itu dengan hati-hati dan bergerak menuju titik pertemuan yang telah disepakati bersama tim Red-Eye. Di sana, Bagas dan Siti sudah menunggu untuk mendengar laporan lengkapnya.
---
Rapat Darurat di Red-Eye
Begitu kembali ke markas, Rian menjelaskan semua yang ia dengar, termasuk detail rencana serangan yang akan dilakukan di beberapa tempat strategis. Armand dan Fani mencatat dengan teliti setiap informasi yang diberikan, sementara Bagas dan Siti menyusun strategi untuk menggagalkan setiap rencana yang dijelaskan.
“Kita punya waktu yang sangat sedikit. Mereka akan melancarkan serangan ini dalam beberapa hari,” ujar Rian dengan nada cemas.
Siti mengangguk, wajahnya serius. “Kalau begitu, kita harus berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan memastikan bahwa kita sudah menempatkan tim di setiap lokasi yang mereka targetkan.”
Bagas menghela napas panjang, menyadari bahwa mereka harus mengambil langkah besar untuk menggagalkan rencana besar ini. “Kita akan lakukan yang terbaik. Pastikan semua orang siap, karena ini akan menjadi operasi besar.”
Dengan persiapan yang matang, tim Red-Eye membagi diri menjadi beberapa kelompok, masing-masing bertugas untuk mengawasi dan mengamankan lokasi yang disebutkan dalam rencana serangan Bayangan.
---
Hari Penyerangan: Menangkal Serangan Bayangan
Pada hari yang ditentukan, tim Red-Eye menyebar di seluruh kota, bekerja sama dengan kepolisian secara diam-diam untuk menghindari kebocoran informasi. Siti dan Armand berada di lokasi pertama, sebuah stasiun kereta utama yang menjadi salah satu target serangan. Di sana, mereka memeriksa setiap gerak-gerik mencurigakan dan berkoordinasi dengan petugas keamanan setempat.
Sementara itu, Bagas dan Rian bersiaga di sebuah gedung pemerintahan yang tampaknya juga menjadi sasaran Bayangan. Mereka mengamati semua sudut bangunan, memeriksa setiap orang yang masuk, dan memastikan semua siap menghadapi situasi darurat.
Detik-detik tegang berlalu. Beberapa orang yang dicurigai sebagai anggota Bayangan mulai memasuki area target, namun tim Red-Eye dengan sigap mengamati dan melaporkan gerak-gerik mereka.
Di lokasi lain, Fani yang bertugas di pusat perbelanjaan utama kota melihat seorang pria yang terlihat membawa tas besar, tampak gelisah. Dengan cepat, Fani berkoordinasi dengan Siti, yang segera menginstruksikan penangkapan pria tersebut sebelum ia sempat melakukan aksi berbahaya.
---
Menghadapi Sang Bayang II Secara Langsung
Di tengah upaya menggagalkan serangan, sebuah pesan masuk ke ponsel Rian dari kontak rahasia Sang Bayang II. Pesan itu berisi perintah mendesak agar Rian segera meninggalkan lokasinya dan menuju tempat persembunyian mereka. Bagas yang melihat pesan itu segera menyadari bahwa mungkin ini adalah cara Sang Bayang II untuk menyelamatkan Rian atau bahkan menjebaknya.
“Kita harus hadapi ini dengan hati-hati. Jika kau pergi, mereka bisa saja menjadikan ini sebagai ujian kesetiaan atau malah untuk membongkar kedokmu,” ucap Bagas.
Namun, Rian menatap Bagas dengan tekad kuat. “Pak, ini mungkin kesempatan kita untuk lebih dekat dengan Sang Bayang II. Saya akan pergi dan mencoba mengorek informasi sebanyak mungkin.”
Siti menatap Rian dengan khawatir namun paham akan pentingnya misi ini. “Kami akan memantau setiap gerakanmu, Rian. Jika terjadi apa-apa, beri kode, dan kami akan datang menolong.”
Dengan tekad yang kuat, Rian meninggalkan tim Red-Eye dan menuju lokasi yang diberikan dalam pesan. Di tempat persembunyian Bayangan, Rian bertemu langsung dengan Sang Bayang II, sosok misterius yang selama ini menjadi bayangan di balik semua rencana jahat itu.
“Rian, apakah kau setia?” Sang Bayang II bertanya dengan suara rendah namun penuh ancaman.
Rian mencoba menahan ketegangan dalam suaranya. “Saya akan selalu setia kepada Bayangan. Apa yang bisa saya lakukan untuk membuktikannya?”
Sang Bayang II menatap Rian dengan tatapan tajam sebelum akhirnya memberikan sebuah tugas terakhir. “Ada seorang detektif yang terus menggagalkan rencana kita. Bagas Pratama. Kau tahu apa yang harus kau lakukan.”
---
Semangat.