SEASON 2 NOT CONSIDERED
Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.
Morgan, dia adalah luka bagi Elina.
Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Elina kikuk mendengar pertanyaan dari wanita itu. Bingung juga mau menjawab bagaimana, karena merasa tak mengenal wanita itu. Namun wanita itu bersikap seolah mereka mengenal dekat.
Jelas Elina bingung dengan situasi sekarang, tak ada yang pernah membahas wanita itu kepadanya selama dirinya mengalami hilang ingatan. Pada akhirnya Elina melirik Bianca, seolah meminta menjelaskan semuanya.
Bianca yang mengerti kode itu, menghembuskan nafas pelan. "Dia Shella temen kuliah kita, El. Dia mau jengukin, lo." Jelas Bianca tanpa mengatakan kebenaran kalau Shella merupakan sahabat mereka juga.
Karena baginya, persahabatan mereka dengan Shella sudah berakhir semenjak wanita itu memutuskan untuk mengkhianati Elina. Entah apa yang membuat Shella bisa tega melakukan itu pada Elina.
"Bi, gue juga sahab ..." ucapannya terputus karena Bianca sengaja memotongnya.
"Cepet selesain apa yang mau lo lakuin, El gak bisa interaksi sama asing lama-lama." Ketus Bianca dengan kesal.
Membuat Shella tersentak, dan akhirnya hanya mampu menghela nafas berat. "Oke" putus Shella akhirnya.
"El, gue seneng karena lo baik-baik aja sekarang. Maafin gue karena gak jengukin lo sama sekali di rumah sakit. Gue gak siap ketemu bokap nyokap lo, gue gak enak karena udah nyakitin lo. Gue ... Maafin gue El, gue udah nyakitin lo. Gue minta maaf, gue bener-bener nyesel udah nyakitin lo, El. Maafin gue." Jelas Shella dengan perasaan bersalahnya.
Elina hanya mampu terdiam, melihat bagaimana Shella yang tampaknya merasa bersalah. Hingga kemudian Elina mengulas senyumnya dengan tipis.
"Gue maafin lo, Shell. Meskipun gue lupa apa yang udah lo lakuin, tapi gue udah maafin lo." Ujar Elina dengan tulus.
Bianca memutar bola matanya malas. Entah Elina akan memaafkan kesalahan Shella atau tidak jika Elina ingat apa yang telah Shella lakukan.
"Udah kan? Ya udah pulang gih" sarkas Bianca yang muak melihat Shella.
Meskipun Elina yang dikhianati, namun Bianca lebih kesal dibanding Elina sendiri. Karena bagaimana pun, Bianca sudah menganggap mereka bertiga adalah saudaranya sendiri. Namun dengan tega Shella menusuk Elina dari belakang.
"Bi .." tegur Elina kepada Bianca. Melihat bagaimana Shella yang terlihat tak nyaman dengan pengusiran Bianca, membuat Elina tak enak sendiri.
"El, please lo harus nurut sama gue. Ini demi kebaikan lo." Ujar Bianca dengan penuh penekanan.
Akhirnya Elina memilih mengalah pada Bianca yang tampaknya memang tak ingin mengalah.
Sementara Shella yang merasa Bianca tak suka dengan kehadirannya memilih untuk segera undur diri, pergi meninggalkan rumah Elina. Setidaknya melihat bagaimana kondisi Elina sudah cukup untuknya.
"Ck, El lo tu terlalu baik sama dia. Untung lo lagi ilang ingatan, jadi gak ikut kesel kayak gue. Dia tu bener-bener tega pokoknya. Gue benci liat muka dia tau gak." Jelas Bianca dengan anda ketusnya.
Elina mengusap pelan bahu Bianca. "Sabar Bi, semua perbuatan buruk manusia itu pasti ada timbal baliknya. Gitu sih kaya nyokap." Ujar Elina dengan entengnya.
Mengundang tawa sinis Bianca. "Terserah lo deh, terlalu baik sih lo. Mau hilang ingatan atau enggak, lo tu terlalu baik, El. Sampai si Shella bisa nusuk dari belakang, terus mantan lo ...ups" Bianca menepuk kepalanya berkali-kali.
Aduh, dirinya hampir saja keceplosan menceritakan tentang Morgan.
"Mantan? Oh iya Bi, kenapa gak ada yang ceritain ke gue soal mantan gue atau cowok gue gitu?" tanya Elina yang penasaran.
Sebelumnya Viola yang membahas tentang mantan, lalu kali ini Bianca juga membahasnya. Tentu saja membuat dirinya menjadi curiga. Ada yang sedang mereka sembunyikan sepertinya.
"Hm siapa bilang lo ada mantan sih, El?" tanya Bianca yang terlihat kebingungan mencari jawaban.
"Kata Viola, ada satu" tekan Elina memojokkan Bianca.
Wah Viola benar-benar ya, bagaimana mungkin membongkar rahasia itu Untu saat ini.
"Hmm ada sih emang, El. Emang cuma satu, tapi itu gak penting gak sih. Kalian juga udah putus." Kilah Bianca berusaha menutup topik terkait mantan Elina.
Elina menggeleng pelan. "Tapi gue penasaran orangnya. Siapa tau dia bisa bantu gue buat balikin ingatan gue kan?" ujar Elina berpikir logis.
"No no, gak bakalan sih, El. Hubungan kalian kemarin putusnya tu gak baik-baik aja, jadi ya gitulah berakhir buruk gitulah." Susah payah Bianca berusaha untuk mencari-cari alasan.
Karena sedari awal mereka memang sudah diwanti-wanti untuk tak membahas Morgan sama sekali. Tentu saja kedua orangtua Elina yang melarang.
"Em gitu ya, yahh gak bisa minta bantuan dia dong berarti." Ujar Elina dengan lesu.
"Akhirnya" gumam Bianca dalam hati.
Lega rasanya saat Elina akhirnya bisa berhenti membahas Morgan. Bisa gawat urusannya kalau sampai Elina memaksa untuk dijelaskan secara rinci terkait Morgan.
"Tenang, El. Kan masih ada kita, gue sama Viola pasti bakal bantuin lo kok. Jadi aman lah." Ujar Bianca tersenyum lega.
"Eh Viola lama banget btw" tukas Elina yang kembali mengingat Viola karena Bianca menyinggung tentang Viola.
"Eh iya ya, kemana lagi tu orang. Gue telpon deh coba, kali aja di depan nemuin nyokap lo." ujar Bianca menebak.
Bianca mencoba menghubungi Viola, namun tak diangkat oleh si empunya. Bianca tak menyerah, sampai Viola muncul dari dalam rumah.
"Kenapa nelpon gue?" tanya Viola.
"Lo dari mana sih, lama banget?" tanya Bianca.
"Dari depan, habis nelpon Nathan terus bantuin nyokap El sebentar." Jelas Viola. "Oh iya, El katanya nyokap bokap lo mau pergi lusa. Ke LN kalo gak salah." Ujar Viola kepada Elina.
Elina mengangguk, ya orangtuanya sudah memberitahu semalam. Ia pikir tak jadi, rupanya jadi. Hm untung masih ada dua curut itu yang menemaninya, hingga dirinya tak akan kesepian.
"Gue kira gak jadi pergi, sepi banget pasti mereka pergi." Ujar Elina mengeluh dengan malas.
"Kesepian apanya sih, El. Gue sama Viola emangnya gak cukup nemenin lo? Tiap hari lo padahal gue sama Viola nemenin lo, waktu di rumah sakit juga." Ujar Bianca merasa tak terima, karena Elina seolah tak menganggap kehadiran mereka.
Elina terkekeh pelan. "Iya-iya gue gak akan kesepian karena ada kalian nemenin gue." Jawab Elina akhirnya.
"Nah gitu dong, biar kita seneng." Ucap Bianca tersenyum penuh kemenangan.
"Hiss lo ada-ada aja sih, Bi. Pake sok ngambek segala sama El." Ujar Viola yang menatap malas dengan drama keduanya.
"Suka-suka gue" jawab Bianca menjulurkan lidahnya pada Viola.
...***...
"Gan, besok orangtua Elina berangkat ke LN. Ini kesempatan lo buat nemuin dia. Tapi gue minta tolong, jangan lo bikin macem-macem yang bisa buat El kenapa-kenapa." Ujar Viola memberi peringatan tegas pada Morgan.
Next .......