Novel Ini adalah Seasons Kedua Dari Novel Cerai Yuk.
🌹🌹🌹
SINOPSIS
Ditinggal meninggal oleh istri yang sangat ia cintai, membuat dunia seorang Raditya Gunawan, bapak dengan tiga orang anak tersebut, runtuh seketika.
Dia seperti tak memiliki tujuan hidup lagi. Bahkan dirinya tidak mau menikah lagi. Alasan dia bertahan sampai dengan saat ini hanyalah anak-anaknya.
Namun sepertinya prinsip itu mulai tergoyahkan. Saat tanpa sengaja, dia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki paras yang begitu mirip dengan mendiang istrinya, Kalista Vionita (Lilis)
Tetapi meski wajah mereka sangat identik, karakter keduanya sangat berbeda. Membuat Raditya begitu sulit untuk menaklukkan pribadi perempuan yang bernama Melisa Indah Permata itu.
"Harus berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue dengan nama Lis, gue nggak suka. Tapi panggil gue dengan nama Melisa.. atau Mel.." - Melisa
"Tapi aku suka panggil kamu dengan nama Lis... atau Lilis.. "- Raditya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KENYATAAN YANG MENYAKITKAN
Hari ini Melisa sedikit di sibukkan dengan pembukuan di toko. Sebab Sintya sudah mulai cuti untuk fokus pada promilnya bersama sang suami. Jadinya masalah toko sekarang di tangani sepenuhnya oleh Melisa sendiri.
Jari jemari Melisa terus bergerak menekan angka-angka yang ada si papan laptopnya. Sesekali dahinya bertaut karena bingung. Kalau sudah begini, maka menutup laptop adalah solusinya.
Melisa lalu membuang napas kasar. Otaknya disuruh merekap hal-hal seperti ini, ya mana bisa. Meski wajahnya dan Kalista mirip, tapi dari segi kapasitas IQ, Melisa memang masih di bawah rata-rata. Berbeda dengan Kalista yang memang seorang smart woman.
Saat Melisa sedang lelah dengan pekerjaannya, lonceng pintu berbunyi. Melisa pun melihat ke arah pintu. Dia yang memang duduk di mini cafe toko kuenya, bisa langsung melihat siapa yang masuk ke toko.
Kei? -Melisa
Kevin berjalan mendekati Melisa. Membuat detak jantung sang wanita bar-bar itu berubah ritmenya. Kacau balau. Melisa benar-benar mati kutu. Bagaimana tidak, setelah beberapa waktu yang lalu si direktur hotel 'menembaknya', sampai detik ini dirinya masih belum memberikan jawaban. Membuat Melisa merasa tidak enak hati sendiri.
Kevin langsung duduk di depan Melisa. Dia belum mengatakan apa-apa. Bahkan say helo saja tak ada. Tidak seperti biasanya. Membuat Melisa terpaksa menundukkan kepalanya. Takut ceunah!
Itu belum lagi kalau Melisa tahu, jika Kevin ada di hotel pada malam gathering family. Dan Kevin mendengar saat Radit menyatakan di muka umum, jika dirinya adalah istri baru si duda anak tiga itu. Bisa membeku tubuh Melisa sekarang.
Apa Kei marah sama gue ya? - Melisa
"Kamu nggak nawarin aku kopi?" tanya Kei. Namun Melisa masih menundukkan kepalanya.
"Ngeliatin apa sih?" tanya Kei lagi.
"Eh, nggak... nggak ngeliatin apa-apa kok. Mau kopi ya? Sebentar.. aku ambil dulu." Melisa segera bangun dan berjalan ke belakang. Kei tersenyum simpul melihat Melisa yang seperti orang gugup.
Dia lucu banget sih- Kei
Tak lama, Melisa sudah kembali dengan nampan berisi kopi di tangannya. Melisa meletakkan kopi tersebut di atas meja.
"Makasih ya?"
"Sama-sama.." Melisa kembali duduk.
"Aku tunggu-tunggu loh..." kata Kei.
"Apa? Kopinya?"
"Jawaban kamu atas pertanyaan aku di resto hari itu." jelas Kei. Melisa menutup kedua matanya dan menarik napas.
"Kei... aku..."
"Sudah menikah dengan Radit?"
"Kei... kamu tau darimana?" Melisa sangat terkejut.
"Aku mendengarnya langsung dari Radit malam itu."
"Astaga, kamu ada di sana?"
"Aku kan memang bekerja di sana Lis. Kamu lupa ya?" Kei tertawa pelan. Namun Melisa tahu, jika itu adalah tawa penuh rasa kecewa.
"Aku minta maaf ya Kei, udah bikin kamu menunggu lama." Melisa menunduk lagi. Kei terdiam sejenak. Dia hanya menatap wanita yang ia cintai dengan perasaan yang luar biasa sakitnya. Namun Kei tak mau menyalahkan Melisa.
"Sejak kapan?"
"Apanya Kei?" Melisa kembali melihat kepada Kei.
"Kamu menikah dengan dia?"
Mulut Melisa mendadak kaku. Dia tidak tahu harus dari mana memberitahu kan Kei tentang hubungannya dengan Radit. Atau bagaimana cara menjelaskan kepada Kei, tentang hubungan macam apa yang saat ini ia jalani bersama bapak tiga anak itu? Sebab Melisa sendiri bingung, pernikahan apa yang sebenarnya tengah ia lalui saat ini.
"Sejak.... ah, aku bingung Kei. Kita bahas yang lain aja boleh nggak?" Melisa memegang tangan Kei. Membuat Kei tersenyum pelan melihat kebingungan Melisa.
"Emang kamunya mau kita bahas tentang apa?"
"Tentang apa kek gitu."
"Aku whatsapp kamu tadi, cuma mau tanya masalah itu..."
"Hah? kamu ada whatsapp aku Kei?" tanya Melisa terkejut.
"Loh, kamu nggak tau kalau aku ngirim kamu pesan whatsapp? Padahal kamu tadi balas loh. Sebentar." Kei mengeluarkan ponselnya.
"Nih..." Kei menunjukkan chat-nya dengan Melisa.
Lis, aku mau kita bicara...
Mau bicara apa? Aku sibuk...
Sebentar aja...
Udah deh, jangan ganggu aku lagi...
Mata Melisa membelalak besar membaca chat-nya dengan Kei. Dia sungguh tidak bisa berpikir jernih setelah mengetahui apa yang telah suami kontraknya itu lakukan pada ponselnya.
Ternyata Radit yang membalas pesan Kei. Jadi begini ceritanya...
Setelah Melisa selesai memasangkan dasi pada Radit, Melisa kemudian pergi mandi dan bersiap untuk mengantarkan anak-anak sekolah.
Sementara Radit, dia melihat ponsel Melisa ada di atas meja di rias. Kemudian membukanya karena memang tidak di kunci.
Begitu ponsel terbuka, Radit langsung menemukan satu notifikasi whatsapp dari Kei. Dan tanpa pikir panjang duda tiga anak itu pun langsung membalasnya tanpa seizin dari Melisa. Setelah itu, Radit pun menghapus riwayat chat mereka begitu saja. Sungguh pelanggaran privasi luar binasa ini mah.
"Astaga bapak tua satu itu..." Melisa memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
Dia benar-benar kesal sekali. Rasanya jika Radit ada di hadapannya saat ini, sudah pasti akan dia cakar-cakar wajah tampan sang duda. Atau menjambak rambut rapinya itu. Pokoknya apapun, asal Melisa puas. Apa pun.
"Kei, aku minta maaf ya... chat itu bukan aku yang ngetik." Melisa tampak menyesal.
"Oh ya? Aku udah menduganya sih. Mana mungkin kamu nge-chat aku dengan kalimat kayak gini."
"Iya..." Melisa tertawa pelan.
"Lis..."
"Ya? Kenapa?"
"I will be waiting for you..." ucap Kei. Melisa menyeruput kopinya dan tersenyum lebar.
...****************...
Radit duduk sambil melihat figura Kalista di atas meja kerjanya. Dia menatapnya cukup lama, sampai pintu ruangannya di buka dengan tiba-tiba.
"Mas, aku mau ngomong."
"Eh, Bi..." Radit langsung berdiri. Dia berjalan mendekati Bianca yang sudah berdiri seraya bersedekap dada. Kemudian menutup sedikit pintu ruangan yang terbuka lebar itu.
"Duduk dulu yuk?"
"Nggak. Aku nggak mau duduk. Kamu jelasin aja sama aku. Apa alasan kamu menikahi gadis itu?"
"Kamu nanyain apa sih Bi?
"Kamu jangan pura-pura bodoh deh mas. Kamu udah mempermainkan aku."
"Mempermainkan apa Bi? Aku nggak pernah buat apa-apa..."
"Kamu udah bohongi aku mas. Kalau kamu memang nggak mau nerima aku. Harusnya kamu ngomong dari awal. Nggak perlu pakek alasan nggak siap menikah lagi. Nggak bisa melupakan Kalista. Inilah...itulah. Jadi aku.... nggak perlu susah-susan nungguin kamu, mas. Kamu bikin aku jadi kayak orang bego tau nggak! " Bianca menyeka air matanya yang sudah menetes sejak awal dia bicara. Membuat Radit terdiam dan mematung. Lama mereka saling diam tanpa sepatah kata pun.
"Maafin aku, Bi... tapi aku punya alasan kenapa aku menikahi Melisa." Radit menatap Bianca yang masih menangis di depannya. Bianca pun mengalihkan atensinya kepada Radit.
"Alasan apa? Karena wajahnya mirip dengan Kalista? Iya?" tebak Bianca. Radit mengangguk cepat.
"Tapi buat apa mas? Dia itu bukan Kalista. Hanya mirip dengan Kalista."
"I know Bi, I know... Dia emang bukan Kalista, dan nggak akan pernah bisa menjadi seperti Kalista. Karena itu aku menikahinya hanya untuk menggantikan figur Kalista bagi anak-anak aku. Itu aja, nggak lebih."
"Hah, kamu yakin kalau kamu nggak akan jatuh cinta sama dia mas?"
"Ya nggak mungkin dong Bi. You know that's impossible. Aku cuma mencintai Kalista. Kamu juga tahu itu kan. Nggak ada yang bisa menggantikan Kalista di hati aku Bi. Selamanya. Aku hanya mau sehidup dna sesurga dengan Kalista."
"Oke. Aku bisa menerima alasan kamu mas. Tapi kenapa harus pakek acara kamu menyatakan hubungan kamu, di depan semua orang malam kemarin?"
"Itu hanya formalitas saja Bi. Karena satu dua teman kantor kita, mereka tau kalau Melisa tinggal satu atap dengan mas. Mas nggak mau aja ada fitnah." jelas Radit. Bianca pun terdiam sejenak.
"Ya, aku ngerti. Ya udah, kalau gitu aku balik dulu. Aku minta maaf ya mas..."
"Mas yang minta maaf Bi, udah bikin kamu sedih kayak gini."
"It's oke mas. Aku keluar ya?"
"Ya... see u again. Hati-hati Bi?"
(Play : FABIO ASHER - RUMAH SINGGAH)
Bianca pun melangkah ke arah pintu dan segera membukanya. Namun saat Bianca akan melangkah ke luar, dia langsung di kejutkan dengan Melisa yang sudah berdiri di depan pintu ruangan Radit. Mata gadis itu basah seperti orang yang sedang menangis.
Radit yang masih berdiri pun, seketika menoleh ke arah Melisa. Dia terkejut luar biasa, melihat sang istri yang ternyata sudah berdiri sejak tadi di depan ruangan, dan mendengar semua pembicaraan dirinya dan Bianca.
"Lis..." Radit menjadi bingung sendiri. Begitu juga dengan Bianca.
Melisa melangkah mendekati Radit dengan ekspresi datar. Air matanya jatuh namun dengan cepat ia seka. Lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini... laporan keuangan Kalista Bakery bulan ini." Melisa menyodorkan secarik kertas laporan keuangan kepada Radit. Radit pun mengambilnya perlahan.
"Lis.... mas.."
"Gue balik dulu. Anak-anak bentar lagi pulang." Melisa balik badan dan langsung menuju pintu. Namun sebelum dia keluar, dia berhenti dan melihat sesaat kepada Bianca. Kemudian berjalan cepat meninggalkan ruangan Radit.
Sesampainya di luar, Melisa langsung menuju ke parkiran dan segera masuk ke dalam mobilnya. Dia menyalakan mobilnya dan mulai bergerak meninggalkan kantor.
"AAAAAAA..... BAJINGAN LO RADITYA..." Melisa berteriak di dalam mobilnya yang sudah keluar dari area kantor Radit.
"LO ANGGAP APA GUE? BRENGSEK LO... JAHAT LO RADIT..." Melisa menangis terisak. Bahkan sampai dia sesenggukan saking sedihnya.Yang baru dia dengar, semuanya begitu menyesakkan dada. Sampai Melisa seperti sulit untuk bernapas. Sesak.
Bagaimana tidak, di saat Melisa sudah mulai memiliki perasaan lebih kepada Radit, Radit justru hanya menganggap dirinya tidak lebih dari figuran semata. Hanya pengasuh anak-anaknya.
"TERUS SIKAP LO KE GUE SELAMA INI, ITU SEMUA APA BAJINGAN. LO PIKIR GUE PEREMPUAN APA? PELACUR LO?" Melisa benar-benar marah. Marah dengan kebodohan dirinya sendiri. Yang terlalu cepat menganggap, jika semua yang Radit lakukan itu adalah sebuah perasaan yang bernama CINTA.
Melisa menginjak gas dengan kuat. Dia melajukan mobilnya dengan sangat kencang. Entah kemana dia akan pergi sekarang. Namun saat dia membawa kendaraan roda empat itu dengan begitu cepat, dari arah samping kiri ada sebuah motor yang keluar dengan tiba-tiba. Membuat Melisa terkejut dan langsung membanting stir ke kiri. Mobilnya pun terpaksa menabrak pohon yang ada di sisi jalan.
BRUUUAAMM!!
*Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Salah Satu Wujud Dari Mencintai, Adalah Menghargai....
Jika Menghargai Saja Kamu Sudah Tidak Bisa, Bagaimana Kamu Akan Tetap Mencintainya... - LV Edelweiss
yg ngikutin dari season 1 pasti seneng banget ada lanjutannya. semangat terus Thor, ditunggu lanjutannya
tapi jangan jadi jahat lagi ya... 😊
btw, bapaknya Kalista tau nggak ya kalau anaknya udah meninggal