Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Den, aden pulang? " tanya sang bibi senang saat melihat anak almarhum majikannya kembali kerumah.
"Iya bi, kenalin ini istri Galang bi, kami baru menikah hari ini." sahut Galang memperkenalkan Sahira kepada bibi pengasuh sekaligus yang menjaga rumah Galang selama ini.
"Selamat datang Non." ucap si bibi menatap Sahira dengan menunduk hormat.
"Salam kenal bi, kenalin aku Sahira." sopan Sahira menyalami tangan sang bibi penuh takzim.
Bibi sampai tersentuh melihat perlakuan Sahira itu.
"Ehh... Non, jangan begini, saya jadi tidak enak." ucap Bibi Asnah.
"Emang kenapa bi, bibi kan orang tua, saya sebagai anak paling muda dari bibi, harus hormat sama bibi." tutur Sahira lembut.
"Tapi saya kan kerja di sini Non." sahut bi Asnah.
"Emang kita harus membedakan kasta untuk hormat bi, ngak kan, yang muda harus hormat sama yang tua." tutur Sahira lagi.
Sungguh bibi semakin kagum kepada Sahira, anak majikannya tidak salah pilih mendapatkan istri.
Galang pun ikut tersenyum, ternyata dia tidak salah menerima Sahira menjadi istrinya.
"Ya sudah bi, saya ke atas dulu." ujar Galang memegang tangan Sahira dengan lembut.
"Silahkan Den." hormat si bibi.
Galang membawa sang istri ke dalam kamar tidurnya.
Sahira terbengong melihat kamar tidur sang suami yang sangat luas itu, bahkan kamar tidurnya saja tidak ada seperapat kamar tidur suaminya itu.
"Kenapa bengong, hmm..." ujar Galang melihat Sahira yang masih diam di depan pintu.
"Ehh... I-iya." gugup Sahira melangkah kan kaki ke dalam kamar suaminya itu.
Galang membuka jaket jean's yang melekat di tubuhnya, dan meletakannya di dalam keranjang baju kotor di sudut kamar itu.
"Sahira dulu yang bersihin badan apa mas? " tanya Galang.
Aku duluan mas, udah gerah soalnya." jujur Sahira.
"Ya sudah." angguk Galang mempersilahkan sang istri masuk ke dalam kamar mandi.
Setalah Sahira masuk ke dalam kamar mandi, Galang menghubungi seseorang di telponnya.
"Pak Ben, tolong belikan beberapa potong pakain untuk istri saya, besok lansung kirim ke rumah saja." ucap Galang. Galang melihat pakain sang istri memang sudah mulai kusam, apa lagi tadi dia melihat sang istri memasukan pakaiannya saat meninggalkan rumah orang tuanya tak ada satu pun yang bagus, semua sudah kusam, orang tua kaya, kok istrinya memakai pakain sangat jelek, bahkan pembantu di rumah Galang saja pakaiannya bagus bagus, sungguh Galang sangat miris melihat kehidupan istrinya itu.
"Aku akan membahagiakan mu, hingga tak ada satu orang pun yang berani menghina dan merendahkan mu, termasuk orang tuamu sendiri, aku akan menjaga mu istri ku." gumam Galang memandang wallpaper hpnya yang memakai foto Sahira saat berada di pantai tadi.
Cek lek.
Pintu kamar mandi terbuka dari dalam, dan memperlihatkan Sahira yang sudah segar dan berganti pakain dari dalam sana.
"Mas." panggil Sahira.
"Sudah selesai?." tanya Galang mengusap sayang puncak kepala Sahira.
"Sudah." angguk Sahira.
"Mas mandi dulu ya." ujar Galang lembut.
Dan di angguki oleh Sahira.
Tok...
Tok...
Pintu kamar tidur Galang di ketok dari luar.
Sahira melangkah ke arah pintu tersebut, dan me. buka pintu nya dengan perlahan.
"Maaf Non, bibi mau mengantarkan minuman untuk Non dan Den Galang." ucap Bi Asnah sopan.
"Terimakasih bi." sahut Sahira tak kalah sopan.
"Non kalau butuh apa apa, panggil bibi aja." ujar bi Asnah.
"Baik bi." sahut Sahira sopan.
"Ngobrol sama siapa, dek? " tanya Galang, yang baru keluar dari kamar mandi dengan memakai celana kolor dan baju kaos.
"Sama bi Asnah mas, tadi habis nganterin minum." tunjuk Sahira ke meja di pojok kamar dekat jendela yang menghadap ke arah taman belakang.
Galang mengangguk tanda mengerti.
"Duduk sini." ajak Galang menepuk ruang kosong di sampingnya.
Sahira menurut, dan mendekat ke arah sang suami.
"Capek ya? " tanya Galang.
"Sedikit." sahut Sahira.
"Habiskan minumnya, setelah itu kita tidur." titah Galang kepada sang istri.
"K-kita tidur bareng ya mas? " gugup Sahira.
"Iya, kenapa memang, kita kan suami istri wajar dong tidur bareng, lebih dari tidur juga sah sah aja." goda Galang.
Tubuh Sahira membeku mendengar ucapan suaminya itu, dia tau apa yang di ucapkan suaminya itu, dia bukan wanita bodoh, usianya sudah 24 th, wajar saja dia tau hubungan suami istri, namun dia belum siap untuk itu.
Galang terkekeh melihat wajah pucat pasi sang istri.
"Hanya sebatas tidur dan peluk aja kok, mas tidak akan meminta lebih dari itu, mas tau kamu belum siap untuk itu, jangan takut." ucap Galang yang tau ketakutan istrinya itu.
"Hmm.. baiklah." lega Sahira.
"Selamat tidur istri ku yang cantik." gombal Galang.
"Selamat tidur juga, suami tukang gombal." timpal Sahira.
Galang tertawa mendengar ucapan istrinya itu.
Sementara di tempat lain.
"Sahira...!! " kenapa kau tidak membangunkan ku, gara gara kamu saya terlambat! " pekik Rega yang lupa tidak ada lagi Sahira di rumah itu.
"Astaga, kenapa tidak ada sarapan, kemana anak itu, bisa bisanya dia masih tidur nyenyak, bukannya membuat sarapan, awas kamu ya." gerutu sang mama.
"Kak Sahira, sepatu gue mana? kenapa lama sekali sih! " pekik Alina dari kamarnya.
"Ma, mana kopi papa? " pinta Pak Bram.
"Tunggu pa, mama mau membangunkan Sahira dulu, bisa bisanya dia tidur nyenyak tidak membuatkan kita sarapan, sudah jam berapa ini, sebentar lagi Rega dan Alina akan berangkat kerja dan kekampus." ucap sang mama.
"Sialan ini Sahira, mana dasi gue coba." kesal Rega menuruni anak tangga.
"Kemana sih, perempuan ngak guna itu, di suruh ambil sepatu tapi ngak datang datang." kesal Alina.
"SAHIRA..." suara menggema memanggil Sahira di rumah orang tua Sahira, mereka lupa, babu gratis mereka sudah tidak ada lagi di rumah itu.
"Astaga, kalian kenapa sih, teriak teriak." omel sang mama.
"Kita cari Sahira ma, kenapa pakaian ku tidak di siapkan olehnya, dan juga tidak membangunkan Rega, kan Rega jadi telat ini." kesal Rega dengan baju yang masih acak acakan.
"Aku juga cari perempuan itu ma, di suruh ambil sepatu saja ngak muncul muncul." sungut Alina.
"Dia ngak ada di kamarnya, mama habis dari kamarnya, kamarnya sudah kosong, apa dia berangkat pagi ya, dasar anak itu, makin hari makin bertingkah." gerutu sang mama.
"Eh... Bukanya Sahira sudah keluar dari rumah ini ya." gumam Alina.
"Apa...!! " pekik mereka yang baru sadar.
Bersambung....
Haii... Jangan lupa like komen dan Vote ya... 😘😘😘
Jangan lupa kasih bintang limanya ya orang orang baik😁
ya bgitu cm ngrengek minta maaf dah luluh sebegitu mudahnya jd wanita.
aku lbih salut ma wanita yg dah pisah ma mantan trus pantang balikan pa lagi salah si laki bnyak lo.
biar kdpnx gk gampang percaya sm org lain.