Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
..."Abaikan rasa sakit, atau jika tidak maka kamu tidak akan pernah merasa bahagia"...
...('Ali bin Abi Thalib)...
...🌹🌹🌹...
Pagi-pagi Alma, mama Shanum, dan papa Aiman sudah sibuk di samping rumah yang telah di sulap jadi taman bunga. Sesekali mereka melontarkan candaan kepada Alma, yang membuat pipinya merona.
Ponsel yang berada di saku gamis Alma bergetar pertanda ada pesan masuk. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
Alma mengerjap melihat pesan yang ternyata dari suaminya. semenjak suaminya pergi ke Singapura, dia tidak pernah bertukar pesan dengan Khalif. Karena dia takut mengganggu pekerjaan Khalif. Sedangkan mama Shanum dan papa Aiman saling melirik, mereka bisa menebak siapa yang mengirim pesan pada Alma.
"Ehm kalau Alma lagi sibuk biar mama sama papa aja yang lanjutin" ucap mama Shanum.
"Maaf ya ma Alma balas pesan dulu sebentar" ucap Alma sungkan.
Yang di jawab anggukan oleh mama Shanum, kemudian Alma berlalu ke dalam kamarnya yang berada di lantai atas. Walaupun sudah menjadi sumi istri nyatanya perasaan gugup masih saja menghantui Alma. Sudah beberapa menit berlalu tapi Alma belum membalas pesan suaminya.
Dengan perasaan berdebar Alma mengirim balasan atas pesan suaminya. Tidak berselang lama panggilan dari Khalif datang. Alma yang sedang rebahan di atas kasur langsung berdiri dari kasur. Dia lantas berlari ke arah cermin besar yang berada di samping lemari memerhatikan penampilannya berantakan atau tidak.
"Ya Allah kenapa mas Khalif pake video call sih. Kan aku tambah gugup" gumam Alma.
"Ha-halo assalamu'alaikum mas Khalif" jawab
"Wa'alaikumussalam Mahreen" Jawab Khalif dengan senyuman di wajahnya.
"Mas Khalif kurusan?" tanya Alma tiba-tiba, Khalif langsung melihat badannya di cermin. Ah ternyata benar, dia sedikit kurus dari biasanya.
"Kelihatan ya?"
"Mas Khalif baru tiga hari di sana, tapi berat badannya udah turun. Gimana kalau sampai seminggu, bisa tambah kurus mas Khalif" ucap Alma dengan panjang lebar. Dia tidak Sadar bahwa dia protes pada Khalif.
Khalif yang baru pertama kali mendengar Alma bicara panjang lebar terdiam. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada rasa senang dihatinya. Ternyata istri yang baru dia nikahi empat hari yang lalu begitu memerhatikan dirinya.
"Mas tidak sampai seminggu kok disini" terang Khalif.
"Benarkah? Jadi kapan mas Khalif pulang?" Khalif tertawa melihat istrinya begitu antusias setelah mendengar pernyataan nya.
"kenapa kamu udah kangen dengan mas?" pertanyaan Khalif sontak menyadarkan Alma dengan pertanyaan nya tadi. Pipinya terasa panas, pasti sekarang pipinya dersemu merah.
"Insya Allah besok malam mas udah berangkat dari sini, kamu yang sabar ya" ujar Khalif dengan senyuman nakalnya. Alma tanpa sadar menggangguk saja. Khalif memerhatikan wajah istrinya dengan Lamat. Biarpun mereka baru menikah tapi ada sedikit rasa rindu yang bersarang di hatinya. Sungguh maha kuasa Allah yang bisa mengubah perasaan hambanya.
"Apa mas tidak sibuk sekarang?" tanya Alma. yang di jawab Khalif dengan gelengan kepala.
"Mahreen mas rindu" tiba-tiba saja Khalif mengatakan rindu pada Alma. Tidak ada salahnyakan Khalif jujur dengan perasaannya?. Sedangkan Alma jantung nya sudah berdebar dengan kencang.
"Ka-kalau mas rin-rindu, mas harus cepat selesaikan urusan mas disana" ucap Alma dengan berani.
Khalif tersenyum mendengar penuturan Alma.
"Baiklah, sepertinya mas memang harus bergegas me-"
Tok tok tok
Belum sempat Khalif menyelesaikan ucapannya Rey sudah masuk ke kamar hotelnya.
"Eh sorry bro, lagi sibuk ya"? Tanya Rey tanpa rasa bersalah sedikitpun. Khalif memusatkan perhatian nya kembali ke Alma.
"Nanti mas hubungi lagi ya" ucap Khalif pada Alma kemudian mematikan telepon nya.
*****
Sepertinya Alma sudah mulai menaruh perhatian pada suaminya. Buktinya kata rindu yang di ucapkan Khalif saja masih terngiang di telinganya, dan itu membuat pipinya seketika merona.
"Ya ampun, pipiku kok terasa panasnya?" gumam Alma. Alma senyum-senyum sendiri sambil menghentakkan kakinya di atas kasur. Layaknya seorang anak kecil yang mendapat hadiah istimewa, seperti itulah perasaannya sekarang.
Tok tok tok
"Maaf mbak Alma, nyonya Shanum memanggil mbak agar segera turun kebawah" panggil seseorang yang ternyata itu bik Minah asisten rumah tangga mama Shanum dan papa Aiman.
"Iya bi, Alma bentar lagi turun" jawab Alma sedikit.
Di kamar hotel kini ada Khalif dan Rey sedang menikmati waktu senggang mereka. Sebelum mereka di sibukkan lagi dengan masalah perusahaan.
"Gimana dengan ajakan Catherine tadi?" tanya Rey memecah keheningan di antara mereka.
"Kamu saja yang pergi' jawab Khalif malas.
"Bro kamu kan tau maksud Catherine itu apa, dia ngajak kamu bukannya aku" bantah Rey.
"Aku sibuk" Khalif sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan Catherine.
"haaah" desah Rey, sudah dia duga membujuk Khalif itu sangat susah. Kemudian dia mengirim pada seseorang. Bukannya dia ingin mendekatkan Khalif dengan Catherine lagi, tapi dia kasihan melihat Catherine yang ingin sekali mendapatkan kesempatan untuk berbincang berdua dengan Khalif.
"Malam ini aku nginap di kamarmu" belum di jawab oleh Khalif dengan santainya Rey merebahkan badannya ke atas ranjang.
"Tidur di kamar mu sendiri" Khalif menarik tangan Rey bermaksud mengusirnya.
Tok tok tok
Firasat Khalif sudah tidak enak. Siapa lagi yang datang ke kamarnya kalau bukan Catherine. Sungguh dia ingin memukul wajah Rey sekarang. matanya melotot tajam. Ke arah Rey.
"Aku tidak pernah no kamar hotelmu, aku hanya bilang kalau kita nginap di hotel Mercure" ucap Rey dengan polosnya.
"Biar aku buka pintunya" Rey langsung melesat pergi kearah pintu. Dan ternyata benar itu memang Catherine.
Rey dan Catherine duduk di sofa yang sama, sedangkan Khalif duduk di sofa single yang ada di samping kiri Rey dan Catherine. "Ini aku bawakan kado untuk pernikahanmu, sekali lagi selamat atas pernikahanmu" Catherine meletakkan kado tersebut di atas meja.
"Silahkan mengobrol aku kebelakang ambil beberapa makanan" Rey berdiri dari tempatnya membirakan ruang untuk Khalif dan Catherine.
"Khalif aku dengar kamu dan istri mu di jodohkan?" tanya Catherine.
"Ya" jawab Khalif singkat.
"Apa pernikahan yang di dasari tanpa cinta bisa bertahan? Bukankah dulu kamu hanya ingin menikah dengan orang yang kamu cintai?" todong Catherine.
"Kami memang di jodohkan, tapi bukan berarti kami tidak bisa saling mencintai. Perasaan itu muncul karena seringnya bersama. Bukankah begitu?" Balas Khalif, ya memang benar apa yang di katakan Khalif, mereka juga begitu. Yang awalnya hanya sebatas teman bisnis, lama kelamaan karena sering bertemu mereka menemukan kecocokan.
Catherine terdiam mendengar ucapan Khalif, dia tidak bisa menyangkalnya. "Apa perasaanmu sudah tidak ada lagi untukku Khalif?" dengan tidak malunya Catherine bertanya seperti itu kepada Khalif. Dia rela merendahkan harga dirinya di depan Khalif.
"Jujur saja aku masih mencintaimu" ucap Catherine terus terang.
"Tidak sepantasnya kamu mengatakan cinta pada orang yang sudah punya istri" dengan nada suara yang sedikit meninggi.
"Aku yakin kamu terpaksa menerima pernikahan itu" Catherine masih saja tidak mau berhenti menggoyahkan perasaan Khalif.
"Aku tidak terpaksa sama sekali, kalau soal cinta yang kamu bilang. Tidak sulit untuk mencintai istriku" pungkas Khalif kemudian dia berlalu ke kamarnya meninggalkan Catherine sendirian di ruangan itu.
Rey yang mendengar perdebatan keduanya langsung menghampiri Catherine. "Kamu tau sendiri bagaimana sifat Khalif Cath, dia tidak akan mudah goyah" ucap Rey. Catherine hanya diam saja, dia tidak akan berhenti sampai disini. Karena dia yakin Khalif masih mencintainya.
*****