Cinta Dalam Perjodohan

Cinta Dalam Perjodohan

Bab 1

..."Apa yang menjadi milikmu, akan menemukanmu."...

...('Ali bin Abi Thalib)...

...🌹🌹🌹...

Pagi ini, seperti biasanya pukul 08:00 aku berangkat ke toko bunga milik bibi, aku memang bekerja di toko bunga untuk membantu bibi. Ku keluarkan sepeda yang berada di samping rumah, dan mengayuhnya sambil bersenandung ria.

Hijab panjang yang kupakai tak menghalangi aktifitas ku, sebagai seorang muslimah kita wajib menutup aurat, itu adalah nasehat yang selalu di ucapkan oleh bibi padaku. Sejak umurku 15 tahun kedua orangtuaku meninggal, dan sejak itu aku tinggal bersama paman dan bibiku, mereka adalah orang yang baik, sangat baik.

Mereka menyayangiku seperti anak kandung mereka sendiri, mungkin karena mereka tidak memiliki anak, sehingga seluruh kasih sayang mereka tercurah padaku.

Sampai di toko, ternyata sudah banyak pesanan yang datang, aku lihat bibi kewalahan melayani para pembeli. "assalamu'alaikum bibi" ucapku dengan senyuman di wajahku.

"wa'alaikumussalam, Alhamdulillah Alma akhirnya kamu datang juga, tolong kamu siapin pesanan Bu Shanum ya ma, tadi Bu Shanum udah pesan seperti biasanya, nanti jam 12 beliau mau jemput". Pinta bibi. "ok bi" jawabku dengan acungan jempol.

Bu Shanum sudah langganan membeli bunga di toko kami, beliau walaupun sudah berumur tapi tetap cantik, maklum orang kaya memang banyak perawatannya.

**** ****

Di rumah mewah keluarga Hermawan, pagi-pagi Sang nyonya rumah sudah marah- marah kepada putranya. Bagaimana tidak marah, di usia yang sudah masuk 35 tahun, sang putra tetap betah dengan status singlenya.

"Khalif kapan kamu akan membawa calon mantu mama kerumah ini?", setiap pagi, bahkan setiap hari nyonya Shanum selalu menanyakan hal yang sama, membuat Khalif bosan mendengarnya. "ma Khalif sekarang ini lagi sibuk, tidak sempat memikirkan yang namanya menikah".

Mendengar jawaban putranya nyonya Shanum langsung memukul kepala Khalif. "Aww, ma sakit". Khalif mengaduh kesakitan karena pukulan sang mama.

"ya Allah Khalif, umur kamu sekarang sudah 35 tahun, trus kapan kamu mau memikirkan pernikahanmu?, kamu selalu bilang belum kepikiran, belum ada kandidat yang cocok, belum ini lah, belum itu lah. sudah banyak anak relasi bisnis kita yang mama jodohin, tapi satupun tidak ada yang kamu mau Khalif".

"Sudah-sudah ma, kalian ini anak dan mama tiap hari bertengkar terus, ma jodohkan sudah ada yang ngatur, kita sabar aja mungkin nanti Khalif akan bawa calonnya kesini". Ucap papa Aiman, yang menengahi perdebatan antara istri dan anaknya.

"Papa ini selalu belain anak kesayangan papa ini, memang jodoh Allah yang ngatur, tapi kita harus usaha juga kan, ngak mungkin jodoh itu datang sendiri kalau tidak ada usaha". Bantah mama shanum.

"Nunggu Khalif bawa calon dulu?, sampai lumutan pun ngak bakalan di bawa pa, keburu mama meninggal baru di bawa".

"Astaghfirullah ma, tidak baik ngomong seperti itu". Papa Aiman yang awalnya duduk di sofa samping Khalif langsung pindah kesamping mama Shanum, untuk menenangkan sang istri,sambil mengusap-usap lembut tangan istrinya.

Papa Aiman memang seorang suami yang perhatian terhadap istrinya, ramah dan juga lembut, berbeda dengan sang anak Khalif.

Kalau Khalif orangnya dingin, tidak suka bicara jika menurut nya itu tidak penting, tapi itu jika dengan orang lain, jika dengan keluarganya sebenarnya Khalif orang yang cukup hangat. Suka diam-diam perhatian, tidak langsung menunjukkan perhatiannya.

Karena hari ini hari Minggu, hari libur bekerja, kebiasaan keluarga Hermawan, pasti berbincang ringan di ruang kelurga. Berbeda dengan hari ini, perbincangannya cukup alot.

Sedangkan sang anak yang dimarahi, hanya bisa pasrah mendengar semua unek-unek yang dikeluarkan mamanya, sambil memijat pelan keningnya. Dia kira hari libur, bisa bersantai sedikit dari pekerjaan nya yang banyak di kantor, kenyataannya tidak, dia harus mendengar semua Omelan mamanya.

"Pokoknya mama tidak mau tau tahun ini kamu harus nikah, titik". Putus sang mama.

"Ma, ok Khalif akan menikah tapi tidak tahun ini".

"Kamu selalu bilang gitu, kali ini mama tidak bisa percaya lagi sama kamu Khalif". Khalif terdiam mendengar keputusan mamanya, dia melirik sang papa mencoba minta pembelaan, sialnya sang papa malah membuang muka. Kalau istrinya sudah membuat keputusan tidak ada lagi yang berani membantah.

"Ma, gimana mau menikah calonnya saja tidak ada ma". Dia masih coba membujuk sang mama.

"Kalau soal calon kamu tidak usah khawatir, kandidat mama banyak". Mama tersenyum ke arah Khalif, sambil meminum tehnya.

"Baiklah terserah mama saja". Pasrah Khalif, kalau soal berdebat dengan mamanya, Khalif selalu kalah.

"mungkin sudah saatnya aku harus mengakhiri masa singleku". Ucapnya dalam hati.

mendengar jawaban sang anak, mama Shanum sangat senang, Khalif hanya bisa menghela napas nya kala melihat ada binar bahagia yang terpancar dari mata mamanya. Senyumanpun terukir di wajah Khalif, sedangkan papanya, merangkul pundak istrinya ikut merasa bahagia. Khalif tau papanya juga sudah lama menginginkan dia menikah, tapi papa tidak terlalu menekannya seperti mama.

Sebagai seorang CEO di perusahaannya, dia memikul tanggung jawab yang berat, jadwal pekerjaan yang selalu padat membuatnya menjadikan pernikahan berada dalam daftar list terakhirnya.

" Oh ya Khalif, nanti jam 12 anterin mama ke toko bunga langganan mama ya, mama mau ambil pesanan nanti". Ujar mama Shanum kepada anaknya.

"Ok ma, mama panggil aja Khalif nanti, Khalif mau ke ruang kerja dulu".

"sip".

"Ma, mama yakin nyuruh Khalif nikah tahun ini?, mama sudah ada calonnya?, gimana kalau Khalif ngak cocok sama pilihan mama?". Papa Aiman yang dari tadi hanya diam saja mendengar perdebatan anak dan istrinya kini mulai bersuara.

"Papa tenang aja, mama yakin Khalif bakalan suka sama calon pilihan mama".

"Gimana kalau Khalif tidak perduli sama istrinya nanti ma, mama kan tau anak mama itu orangnya cuek kasihan anak orang nanti".

"Papa ini kalau ngomong tu yang bener aja, mama tau gimana sifat anak mama sendiri, diluar aja Khalif keliatan dingin, cuek, tapi sebenarnya dia itu anak yang hangat'. Papa Aiman mengaduh kesakitan karena cubitan sang istri di pahanya.

"Memangnya sama siapa mama mau jodohin Khalif?". Tanya papa Aiman penasaran.

"Itu lho pa, yang keponakannya Bu Rahma , papa kenalkan?". Dengan antusias mama Shanum menceritakan siapa calon yang ingin dia jodohkan dengan Khalif. Kening papa Aiman mengerut mengingat siapa keponakan yang di maksud istrinya.

"Owh, yang kalau tidak salah namanya Alma ya?". Jawab sang papa.

Mama Shanum mengangguk tanda jawaban suaminya benar. "Iya pa Alma, mama sudah lama perhatiin anak itu".

"Dia itu anaknya sopan, ramah, Cantik lagi".

Puji sang istri, mama Shanum senyum-senyum sendiri mengingat anaknya Khalif setuju untuk menikah.

Kali ini tidak boleh gagal lagi, harus berhasil, semua teman-teman arisannya kalau sudah ngumpul pasti ngomongin anak, menantu, dan cucunya masing-masing, dia yang belum punya menantu apalagi cucu hanya bisa diam , dan tersenyum paksa mendengar itu.

"Apa Alma mau di jodohin ma? siapa tau dia sudah ada calon?".

"Alma itu belum punya calon pa, mana mungkin punya calon, kalau pacaran saja tidak pernah, dia itu anak yang Sholehah".

"Wah mama hebat ya sampai itu pun mama tau ya?". Puji papa Aiman dengan mengangkat dua hari jempolnya ke hadapan sang istri.

"Ya Allah kali ini hamba mohon, semoga rencanaku ini berhasil"!. Shanum berdo'a dalam hatinya. Di usianya yang sudah tua ini dia sangat ingin melihat anak semata wayangnya menikah dan memiliki kelurga sendiri.

*****

Assalamu'alaikum, salam hangat dari author perkenalkan ini novel pertama saya semoga teman-teman semua suka yaa.... Mohon do'a dan dukungan dari teman-teman semua. jangan lupa vote dan like ya teman-teman.💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!