"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Kepedulian Tiger Hou
Bab 30
Kehadiran Tiger Ba dalam Benteng Raksasa itu mampu mengubah hati semua orang yang ada di dalamnya. Wajahnya yang tampan dan cenderung macho maskulin karena memiliki wajah khas Spanyol membuat dirinya berbeda dengan para pria di sana.
Namun, Bibi Chan belum bertemu dengan Lou Meiyer Antaga. Jika dia bertemu dengannya, kemungkinan besar bisa pingsan. Wajah Lou yang putih, memiliki ciri khas orang Tionghoa. Tampan dan lembut, dengan otak encer dan memiliki IQ tinggi yang tidak dimiliki oleh Bahama. Wajah Lou akan mengingatkan dia pada putra kesayangannya yang tiada dalam tragedi berdarah yang terjadi lima tahun silam.
Tiger Hou yang bertampang cool yang sempurna, dengan sikap dingin sedingin es kutub Utara saja, mampu dicairkan oleh kehadiran Bahama Putra. Saat Handrille Versiger bergegas pergi, karena langsung tanggap dengan apa yang ia katakan. Terdengar desahan berat keluar dari mulut Tiger Hou.
"Tiger Ba brengsek!! Jangan mati!!"
Ucapnya lirih, setengah ditahan dalam mulutnya. Kekosongan hatinya selama ini yang belum pernah ia rasakan, muncul seketika. Kekonyolan Bahama mampu mengusik hidupnya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia pun melangkah menuju tempat tugasnya. Tempat di mana dia, bertugas menjadi bawahan bayangan yang paling dipercaya.
Tapi, muncul sedikit kegelisahan dalam hatinya. Dia sudah merasa mengkhianati Tuannya, dengan membocorkan perintah rahasia itu pada Handrille Versiger. Dari relung hati nya yang paling dalam, dia tidak ingin Bahama mati!!
Handrille Versiger yang sudah berada di dalam kapal, langsung memerintahkan seluruh anak buahnya menuju ke laut yang ditunjukkan oleh Tiger Hou lewat isyarat. Ketika Tuan Vengsier Eiger menelepon airphone nya, dengan nada tenang dan sopan Handrille menjawab semua pertanyaan Tuannya.
"Ada di mana dirimu?!" Tanya Tuan Vengsier Eiger dengan nada agak menggertak, karena menahan amarah.
"Menyelamatkan Tiger Ba dari jebakan yang rendah!"
Jawaban Handrille Versiger yang tenang namun bernada ketus, semakin membuat Tuan Vengsier Eiger meninggikan suaranya. Hal itu sudah biasa bagi Handrille Versiger yang merupakan bawahan setia nomer satu untuk Tuannya.
"Jangan lanjutkan, Han!! Apakah kau mau bersekongkol dengan Chan Shu untuk menentang ku?!"
Pertanyaan yang penuh amarah itu tidak membuat Handrille Versiger gugup maupun takut. Dia menghadapinya dengan kepala dingin. Dengan suara khasnya, tegas, elegan dan mantap. Handrille Versiger memberi alasan yang menenangkan.
"Jika Tiger Ba mati sekarang, Bibi Chan bisa membenci Bos seumur hidupnya. Biarkan aku menyelamatkan dia, Bos! Agar Bos tidak kehilangan rasa cinta Bibi Chan. Aku nggak akan membocorkan rencana Bos yang menjebak Tiger Ba agar bisa membunuhnya. Jika Tiger Ba selamat, kesempatan membunuhnya masih banyak tanpa membuat Bibi Chan curiga...."
Penjelasan detail Handrille Versiger mampu membuat Tuan Vengsier Eiger tenang. Nada marah dengan suara meningginya sudah tidak terdengar lagi. Handrille Versiger bernapas lega. Kemudian mendengar perintah diktator dari Bos nya itu.
"Baiklah, selamatkan Tiger Ba!! Tapi, selesaikan misi pengiriman senjata ke Negara W tanpa ada kegagalan!! Mengerti Han?! Jika misi dua-dua mu gagal, maka ku perintahkan dirimu....menembak mati dirimu sendiri!!"
Ucapan itu begitu tegas dan dingin. Sebuah perintah kejam yang tidak manusiawi. Menyuruh anak buahnya melakukan bunuh diri jika gagal menjalankan sebuah misi. Bunuh diri bagi orang sekejam ini, layaknya membunuh seekor tikus yang tidak berharga. Handrille Versiger sudah tahu hal itu. Dengan berbesar hati dan tetap tenang, dia pun menjawab....
"Baik, Bos! Perintah mu pasti aku laksanakan!"
Sehabis menjawab begitu, airphone pun mati. Tanpa mau membuang waktu lagi, Handrille Versiger menyuruh Nahkoda Kapal menambah Knot kecepatan nya. Dia berpacu dengan waktu. Karena selisih keberangkatan Tiger Ba beserta rombongannya beberapa jam yang lalu. Handrille Versiger bisa menebak, sekarang mereka pasti sudah dikepung oleh pasukan Patroli Angkatan laut setempat.
"Bertahanlah, Tiger Ba!! Aku pasti menyelamatkanmu!!"
Kata Handrille Versiger dalam hatinya. Dia tetap waspada mengawasi lautan di malam buta. Matanya yang tajam terus meneropong semua keadaan di lautan lepas itu. Pelabuhan Kasat mata hampir dekat. Dan terdengar suara tembakan bertubi-tubi. Kapal yang dinaiki oleh Tiger Ba terkepung dan nggak bisa meloloskan diri.
Di saat genting itulah, Tiger Ba mengorbankan dirinya menjadi umpan agar teman-temannya bisa meloloskan kapal dan misinya. Begitulah yang terjadi pada malam buta itu. Bibi Chan yang gelisah, mondar-mandir di kamar Tiger Ba. Saat hendak memanggil Tiger Ba agar makan malam, kamar itu kosong.
"Tiger Hou!!"
Panggil Bibi Chan yang keluar dari kamar Tiger Ba, melihat sekelebatan orang melesat kilat di depan pintu. Bibi Chan yang memiliki insting tinggi, langsung mengenali gerakan orang itu. Bibi Chan pun mengejarnya, dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh. Bukan Chan Shu namanya, mantan murid Sense Akimoto Sousa yang nggak sanggup mengikuti lari orang itu.
Orang itu pun menghentikan langkahnya saat di sebuah ruangan yang penuh formasi ilmu bela diri. Seluruh bawahan bayangan Tuannya ada di sana. Bibi Chan tidak merasa kaget melihat hal itu. Karena di hadapannya, duduk dengan tenang Sang Penguasa yang begitu mencintainya, lambat namun pasti hati Bibi Chan berubah membencinya.
"Apakah kalian ingin membunuh ku bersama-sama?" Tanya Bibi Chan dengan nada marah dan nggak gentar sedikitpun.
"Jangan bicara hal yang menakutkan seperti itu, adik seperguruan ku....Chan Shu, murid kesayangan Sense Akimoto Sousa!!"
Suara menggema bahkan terdengar menggaung, muncul dari arah belakangnya. Bibi Chan langsung menoleh ke belakang dan melihat seorang pria tinggi besar berwajah Mexico.
"Golden Armando?!" Pekik Bibi Chan kaget.
Mata itu melihatnya tidak percaya. Mata Bibi Chan beralih ke orang yang duduk tenang di singgasana nya....Tuan Vengsier Eiger yang tak bergeming dari posisinya. Kemudian, mata Bibi Chan beralih lagi ke pria seusianya yang sedikit lebih tua darinya yang dianggapnya sebagai kakak seperguruannya....Golden Armando!
"Ya!! Chan Shu, aku datang memenuhi panggilan Veng! Melihat ilmu meringankan tubuh mu, bela dirimu tidak berkurang sedikit pun meskipun usiamu tidak muda lagi..."
Balas Tuan Golden Armando sambil tersenyum. Muncul tokoh lagi, seorang mafia baik hati yang menguasai negara W. Tuan Vengsier Eiger adalah sahabat dekatnya. Karena dekat, Golden Armando begitu mempercayainya untuk menyerahkan adik seperguruannya untuk berada di sisinya.
"Jadi, semua ini ulahmu?! Ada apa Si Veng memanggilmu kemari? Apakah ingin bersama-sama mencincang ku??"
Nada Bibi Chan agak marah. Matanya begitu tajam saat melihat Tuan Vengsier Eiger yang masih diam dalam posisi duduknya. Golden Armando hanya tersenyum, dan melangkah maju mendekati sahabatnya yang duduk tenang di singgasana nya.
"Elisabeth akan kembali."
Ucapan singkat Tuan Golden Armando sanggup membuat Bibi Chan menjerit kaget. Mulutnya menganga tak percaya. Mata tajam itu berangsur-angsur memudar. Karena tak terasa, air mata sudah menguasai kedua matanya.
Tuan Vengsier Eiger merasakan apa yang dirasakan oleh wanita cantik dihadapannya itu. Bahkan memory masa lalu yang kelam, samar-samar membayang di pelupuk matanya. Tuan Golden Armando hanya bisa tersenyum simpul, menyaksikan dua pasang kekasih lawas itu bernostalgia sesaat, begitu mendengar nama Elisabeth Eiger yang akan kembali.