Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Arrrghhh... Ampun Oma! Ampun!"
Terjadi aksi kejar-kejaran di halaman belakang mansion, dengan sapu lidi yang berada di tangan Nenek Margaretha. Nenek Margaretha sedang berlari mengejar Maxime sambil mengelilingi batang pohon yang sangat besar.
"Sini kamu cucu nakal! Siapa yang mengajari kamu untuk berbuat seenaknya terhadap karyawan di perusahaan, heuh?"
Semua pelayan yang berada di mansion, mereka berusaha sekeras mungkin untuk menahan tawa. Jangan sampai tawa mereka meledak, sehingga wajah mereka merah padam dan menutup rapat-rapat bibir mereka, jangan sampai memperlihatkan satu gigi pun. Penampakan seperti itu memang sudah sering terjadi.
Nenek Margaretha berhenti berlari, dia merasakan pinggangnya encok. Nafasnya tersengal-sengal, sangat merasakan lelah.
"Aduh duuhh... Pinggangku!" Ucap Nenek Margaretha sambil memegang pinggangnya dan sedikit membungkukan badan.
Begitu pula dengan Maxime, dia pun segera berhenti berlari. Dia berjalan cepat mendekati sang nenek. "Sudah Maxime bilang, Oma jangan berlari. Jadi encok kan?"
Maxime membantu Nenek Margaretha untuk duduk di kursi yang tersedia di halaman belakang. Dia pun duduk di samping sang nenek. Kemudian mereka minum bersama.
Begitulah Maxime dan neneknya, sering terjadi perdebatan diantara mereka, seperti tom and jerry. Walaupun pada akhirnya Maxime yang selalu kalah jika berhadapan dengan neneknya.
Nenek Margaretha pun mencubit paha Maxime, membuat Maxime meringis. "Ini semua karena Oma sangat kesal sama kamu. Kenapa kamu bisa memecat gadis itu? Dia yatim piatu dan hidup sebatang kara."
Maxime mengusap-usap pahanya yang telah dicubit oleh sang nenek. Dia pun menghela nafas, dia sangat yakin Rachel pasti sudah mengadu kepada Nenek Margaretha tentang sikapnya terhadap Rachel. Sampai dia menggerutu di dalam hatinya, "Bocah itu selalu saja membuat masalah."
"Maxime gak memecatnya, tapi dia yang mengundurkan diri. Lagian di dalam pekerjaan itu tidak ada kata kasihan, Oma. Kita harus profesional. Semua karyawan harus disiplin dan mematuhi semua peraturan perusahaan."
Nenek Margaretha malah mengomel, "Tapi hanya perkara setitik debu saja harus menjadi masalah besar?"
Maxime mencoba untuk membela diri. "Bukan perkara setitik debunya, Oma. Tapi memang kita jangan pernah menyepelekan masalah kecil. Semua OB memang diwajibkan untuk membersihkan semua ruangan dan barang sampai bersih, sebersih mungkin. Itu sudah menjadi peraturan perusahaan."
"Oma gak mau tahu, pokoknya kamu harus membujuk dia kembali untuk bekerja di perusahaan." Mungkin Nenek Margaretha sangat kasihan kepada Rachel yang bercerita sedang mencari pekerjaan. Anak sekecil itu harus menelan pahitnya kehidupan.
Maxime sangat keberatan dengan permintaan sang nenek, "Tapi Oma..."
"Kalau tidak, Oma akan..."
Maxime segera memotong perkataan neneknya, dia tahu Nenek Margaretha pasti akan mengancamnya. "Oke, oke. Maxime akan membujuknya untuk bekerja lagi di perusahaan."
Maxime mengatakannya dengan nada kesal. Padahal dia sudah sangat merasa tenang dengan ketidakhadiran Rachel di perusahaan. Setiap kali dia bertemu dengan Rachel, gadis itu selalu membuatnya naik darah.
Sebenarnya Maxime ingin menjadikan hari ini adalah hari pertemuan terakhir dia dengan Rachel. Makanya dia datang ke sekolah, agar bocah itu kena mental dan sadar diri bahwa dia berhadapan dengan siapa. Maxime hanya ingin menggertaknya saja. Setelah itu, Maxime berharap tidak bertemu lagi dengan bocah itu.
Tapi rupanya Nenek Margaretha malah menyuruh Maxime untuk membujuk Rachel bekerja kembali di perusahaan. Hal tersebut membuat Maxime menjadi frustasi, setiap kali bertemu dengan Rachel, bocah itu selalu membuatnya kesal.
kasih juragan es batu dulu, udah lama gak ada hareudang nya😁
lari sejauh mungkin biar Max frustasi coz kehilangan kamu.
sy yakin sudah ada benih Max yg tertinggal di rahim kamu.