Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. Momen Salting
Matahari membumbung tinggi di atas langit yang putih, panas teriknya serasa membakar permukaan bumi, kesibukan manusia seolah terhenti. Waktu dzuhur telah tiba seruan suara Adzan terdengar berkumandang di mana - mana, memanggil - manggil anak manusia untuk beribadah kepada tuhannya, tuhan yang maha pemurah lagi maha pengampun.
Pengajian mingguan khusus ibu-ibu telah usai setengah jam yang lalu, setelah di tutup dengan doa oleh Ustadz Muda yang penuh karisma lagi mempesona. Kini semua jamaah telah pulang kerumahnya masing-masing, menceritakan betapa seru dan meriahnya pengajian kali ini, kepada orang - orang yang tidak ikut hadir.
Dengan semangat yang menggebu-gebu seorang ibu-ibu menceritakan kepada tetangganya, betapa kali ini ia telah mendapatkan banyak ilmu yang sangat bermanfaat dari seorang Ustadz Muda yang tampan lagi menawan, dengan penuh kekaguman, ia menceritakan tentang sosok Ustadz Muda yang luar biasa yang memimpin pengajiannya kali ini, kepada ibu-ibu tetangganya yang tidak sempat ikut kepengajian. Mereka sangat antusias mendengarkan penuturan dari ibu yang tadi mengikuti pengajian mingguan. Ibu itu begitu memuji kecerdasan dan kepiawaian sang Ustadz, meskipun usianya terbilang masih cukup muda tapi ilmunya luas dan mendalam, dengan perangainya yang santai dan tenang serta kata - katanya yang tegas dan lugas. Sehingga yang mendengarnya pun bagai terbius dan terhipnotis oleh kata-katanya yang penuh hikmah. Ibu itu masih dengan semangat empat limanya menceritakan kejadian - kejadian seru dan lucu yang terjadi tadi di pengajian, hingga membuat penasaran para ibu-ibu yang tidak sempat hadir ke pengajian.
Syifa Fauziyah tidak langsung pulang ke rumahnya, ia mampir dulu di rumah Umi Tiah. Bukannya tanpa alasan, tapi karena dia ingin bantu-bantu membereskan tempat pengajian yang lumayan berantakan. Setelah di pakai pengajian. Maklumlah, namanya juga ibu-ibu mulutnya gak bisa diam, sekalinya diam yah harus di sumpel dengan makanan. Kini banyak sampah bekas makanan dan minuman yang berserakkan di mana-mana, mungkin ibu-ibu ini termasuk orang yang mengamalkan seruan dari sosmed yang mengatakan: "Buanglah Sampah Jangan Pada Tempatnya". begitulah kalau di kira-kira.
Seperti sudah menjadi kebiasaanya setelah pengajian rampung Syifa Fauziyah ikut beres - beres, menyapu ruang majelis, dan halaman, juga mengepel lantai serta lain-lainnya. Agar Majelis Taklim kembali bersih dan rapih, karena mottonya; 'ANNADHAFATU MINAL IMAN' kebersihan itu sebagian daripada iman.
Karena setelah dzohor nanti tepatnya jam 01:30 akan di gunakan kembali oleh para santri yang menyetorkan hafalannya, baik hafalan Al-Quran maupun hafalan Kitab Matan ataupun Kitab Nadzom.
Syifa Fauziyah juga mempunyai alasan lain yang sengaja di sembunyikannya. Dia ingin bertegur sapa dengan Ustadz Muda yang berhasil mencuri hatinya. Juga ingin meminta maaf atas ketidak tahuan nya waktu itu yang menganggap Ustadz Muda ini sebagai Tukang Ojek.
Syifa juga membantu Umi Tiah memasak di dapur untuk makan siang.
Setelah menunaikan ibadah Sholat Dzuhur berjamaah di masjid. Sang Ustadz balik lagi ke rumah Umi Tiah kakaknya, dia menemukan Seorang Wanita Muda yang di kenalnya masih berada di situ, sedang mempersiapkan makanan untuk Makan Siang bersama. Ya wanita itu memang lah Syifa Fauziyah yang tidak langsung pulang ke rumahnya.
Selagi menunggu Ustadz Adin pulang dari Masjid. Umi Tiah dan Syifa Fauziyah memang tengah sibuk mempersiapkan makanan untuk Makan Siang bersama-sama.
"Assalmualikum?" seru suara dari luar
"Waalikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh!" jawab suara dari dalam.
Syifa Fauziyah layaknya seperti seorang istri yang sedang menyambut suaminya yang baru saja datang, dia menunggu di depan pintu dengan memasang wajahnya secantik mungkin dan memberikan seulas senyum yang menghangatkan, namun tetap menjaga pandangannya agar tidak di sangka kecentilan. Kemudian ia mempersilahkan orang yang berada di luar untuk masuk dengan suaranya yang lembut dan sopan.
"Silahkan masuk Bang! Eh ..Ustadz, eh.. Ab-ang Us-tadz!" Kata Syifa Fauziyah agak gugup mempersilahkan Ustadz.
"Terima kasih Mbak!" Jawab Ustadz seperti biasanya, dengan bibir yang tersenyum manis.
"Mm-mm.. An-u..! Kata Syifa Fauziyah masih dengan gugupnya.
"Anu apa Mbak?" Kata Ustadz Adin penasaran.
"Mm-mm... Bisa nggak, jangan panggil aku Mbak!?"
"Mm.. Emang kenapa?"
"Em..gak kenapa-napa kok! Em-mang, A..k-u, ke-lia-tan, ud-ah, tu-a, ya-ah?" Kata Syifa pelan banget dengan malu-malu, suaranya seperti berbisik.
Ustadz Adin tertawa sambil geleng-geleng kan kepalanya, melihat tingkah lucu dari Syifa Fauziyah. Dalam hatinya Ustadz bergumam "Bisanya gadis ini enggak begini-begini amat, kalau ketemu sama aku! Kenapa sekarang terlihat berbeda yah, apa ada yang salah dengan otaknya?"
"Ehmm.. hmm..Ada apa nih, kayaknya serius banget?" Ledek Umi Tiah yang tiba-tiba datang entah dari mana, sehingga membuat mereka berdua terkejut dan jadi salah tingkah. Wajah Syifa Fauziyah memerah sekali, menahan malu tapi dalam hatinya ia senang. Melihat mereka berdua salah tingkah seperti itu Umi Tiah melebarkan senyumnya dan geleng-gelengkan kepalanya.
"Ehem.. Kalian berdua.... nampaknya sudah saling kenal yah?, jangan - jangan...? Kata Umi Tiah menggantungkan kata-katanya.
"Ah Umi ....... !" Kata Syifa Fauziyah, sambil berlari ke belakangnya, dengan wajah malu-malunya dia membenamkan wajah cantiknya di belakang punggung Umi Tiah.
"Em... E..em. iya .. kak !" Jawab Ustadz Adin sekenanya, sambil tersenyum kecut dan garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Seolah - olah rahasianya akan terbongkar.
"Em. E. Em. E. Tadi ngomong berjam-jam mah lancar, sekarang di tanya gitu doang, jawabnya kayak orang lagi mikir Em. E. Em. E. Ngomong apa yang bener? Kenapa garuk - garuk kepala segala? Emang kepalamu gatal dek? Bentak Umi Tiah dengan gemesnya, dengan gaya tangan di tekuk ke pinggang, dan wajah di buat sedikit galak, seperti sedang memarahi anak kecil. Padahal dalam hatinya beliau tertawa terbahak - bahak, sesekali boleh dong mengerjai adek lelakinya ini pikirnya. Ustadz Adin yang tahu kalau dirinya sedang di kerjai oleh kakaknya. Dia cengar cengir bagai maling jemuran yan tertangkap basah. Sedangkan Syifa Fauziyah wajahnya bersemu merah, di candai oleh Umi Tiah, dia memeluk Umi Tiah dari belakang dengan eratnya, sehingga suara detak jantungnya terdengar jelas di telinga Umi Tiah."hmmm anak ini" Umi Tiah tersenyum penuh misteri.
"Sudah, sudah. Ayo mari kita makan dulu, ntar keburu dingin lagi makanannya!" Seru Umi Tiah, menyudahi candaannya.
"Siappp!" Jawab Ustadz Adin tangan kanannya diangkat ke atas kewajahnya, dengan suara di buat tegas seperti seorang kopral yang menerima titah dari komandannya.
Setelah itu mereka bertiga menuju ke meja makan, lalu mereka makan bersama - sama. Layaknya seperti sedang melayani seorang suami, Syifa Fauziyah dengan terampilnya mengambilkan dan menyiapkan makanan untuk Ustadz Adin. Semua itu tidak terlepas dari pantauannya Umi Tiah, namun beliau terlihat biasa-biasa saja. Padahal dalam hati Umi Tiah pun berkata. "Dua Adik kecil ku, kini sudah beranjak dewasa, akan terasa indah bila keduanya saling mencinta dan membina hubungan rumah tangga. Yang lelakinya tampan dan menawan, sedang yang wanitanya cantik jelita!!" tanpa sengaja Umi Tiah tersedak di tengah - tengah makannya. "Khuk.. khuk..khuk"
"Kenapa Kak?"
"Kenapa Umi?"
Seru keduanya berbarengan, terlihat khawatir di wajah keduanya. Keduanya saling berpandangan dan menautkan alisnya masing - masing, seolah mereka mengatakan "Aku nggak Tahu" kata Ustadz Adin "Aku juga nggak Tahu" kata Syifa .
" Khuk..huk..Khmm.. gak tau nih, tiba - tiba saja kakak tersedak!" kata Umi Tiah sambil mengurut urut tenggorokannya agar terasa lega.
Secara reflek kedua muda-mudi itu segera menyodorkan gelas minum yang satu, namun tanpa di sadari kedua tangan mereka saling bertumpangan, tangan Syifa di bawah sedang tangan Sang Ustadz di atasnya, keduanya terdiam seolah waktu berhenti untuk sesaat. Setelah sadar mereka jadi salah tingkah.