🏆 Juara 3 YAAW 2024 Periode 2🏆
"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"
———
Daliya Chandana sudah lama memendam rasa pada sahabatnya, Kevin, selama sepuluh tahun. Sayangnya, Kevin tak menyadari itu dan malah berpacaran dengan Silvi, teman semasa kuliah yang juga musuh bebuyutan Daliya. Silvi yang tidak menyukai kedekatan Daliya dengan Kevin mengajaknya taruhan. Jika Daliya bisa membawa pacarnya saat reuni, ia akan mencium kaki Daliya. Sementara kalau tidak bisa, Daliya harus jadian dengan Rio, mantan pacar Silvi yang masih mengejarnya sampai sekarang. Daliya yang merasa harga dirinya tertantang akhirnya setuju, dan secara random meminta seorang laki-laki tampan menjadi pacarnya. Tak disangka, lelaki yang ia pilih ternyata seorang Direktur baru di perusahaan tempatnya bekerja, Narendra Admaja. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?Akankah Daliya berhasil memenangkan taruhan dengan Silvi? Atau malah terjebak dalam cinta segitiga yang lebih rumit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Lumiere Mode
Dua minggu berlalu sejak kejadian itu.
Daliya menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Dia berangkat kerja, pulang, tidur, lalu bekerja lagi. Begitu terus sampai pagi ini saat jam sudah menunjukkan pukul 8 kurang lima menit, dirinya masih berada di alam mimpi.
Alarm pada ponselnya sudah mati sejak tadi. Mungkin benda itu lelah karena sudah membangunkan berulang kali, tapi tetap tidak digubris. Barulah ketika cahaya matahari pagi menelusup dari jendela kamar kosnya, Daliya membuka mata.
"Astaga!" Daliya loncat dari tempat tidur. "Aku bangun kesiangan!"
Ia meraih ponsel dari atas meja dan makin melotot karena terkejut. "Udah hampir jam 8!"
Tanpa membereskan tempat tidur dulu ataupun sekedar membuka jendela kamar kosnya, Daliya sudah berlari menuju kamar mandi. Untunglah kamar mandi di kos-kosan itu berada di dalam kamar, jadi dia tidak perlu mengantre dengan penghuni kos yang lain.
"Alarmku kenapa nggak bunyi sih?" Omel Daliya sambil cepat-cepat menuangkan pasta gigi ke sikat gigi, sekaligus meratakan sabun ke badannya. Dengan gerakan kilat seperti seseorang yang punya tangan lebih dari dua, Daliya mengguyur tubuhnya dan langsung melesat keluar kamar mandi.
Ponselnya yang tadi dituduh tidak menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya kembali berbunyi. Tapi kali ini bukan alarm, melainkan sebuah panggilan telepon dari Hani, rekan kantor Daliya.
"Lo dimana?" Teriak Hani dari seberang telepon tanpa basa-basi menyapa. Daliya mengaktifkan loudspeaker pada ponselnya dan bergegas mengambil alat catokan.
"Otw! Otw!" teriak Daliya sambil mengaplikasikan sunscreen pada wajahnya.
"Lo nggak mungkin masih di rumah kan?" Hani bertanya curiga.
"Be-bentar lagi otw kok," kilah Daliya. Kali ini ia mengoleskan foundation.
"Lo gila? Lo lupa kalau hari ini ada direktur baru yang dateng?" Suara Hani terdengar meninggi. "Eh, gue nggak mau tahu ya. Lo harus sampai kantor dalam sepuluh menit. Cepetan, sekarang kita udah dipanggil buat kumpul di ruang rapat,"
"Iya!" Daliya berteriak panik, saking paniknya sampai ia tidak sadar belum mengatur suhu pada catokannya. "Aw, panas!" Keluhnya sambil meringis kecil. Tapi ia tak mengeluh terlalu lama. Karirnya sebagai karyawan teladan jauh lebih penting sekarang!
Setelah memastikan penampilannya rapi, Daliya segera menyambar tasnya dan berlari keluar kamar. Tak lupa ia mengunci pintu kamar kosnya dari luar, lalu segera berlari menuju gerbang tempat ojek onlinenya menunggu di sana.
"Daliya bodoh!" rutuk Daliya sepanjang perjalanan. Memang, keterlambatan nya hari ini adalah karena kebodohannya sendiri. Semalam Daliya begadang sampai jam tiga pagi untuk marathon drama Korea terbaru, karena ia sangat penasaran dengan endingnya. Sebenarnya ia juga sudah tahu kalau besok adalah hari super penting karena kantornya kedatangan direktur baru, tapi Daliya memilih untuk mengabaikannya. Dan sekarang, barulah Daliya terkena getahnya.
"Makasih Pak!" teriak Daliya setelah ia sampai di depan gedung kantor Lumiere Mode. Saking terburu-burunya sampai ia lupa melepas helm.
"Oy mbak! Helm saya!" teriak sang supir ojol yang membuat Daliya mau tidak mau kembali berbalik sambil berlari. Ia langsung memberikan helm itu kepada sang supir dengan terburu-buru.
"Maaf Pak!"
...----------------...
Sementara itu, pagi yang sama di sebuah mansion mewah keluarga Admaja.
"Ren!" Mama Ren yang bernama Anita itu mengetuk pintu kamar putranya. "Hari ini hari pertama kamu kerja kan?" ujar Mama Anita lagi. Karena tidak ada jawaban, wanita paruh baya itu lantas membuka pintu kamar Ren.
"Kamu ngapain aja sih dari tadi kok nggak jawab Mama?" omel Mama Anita sambil menghampiri putranya yang berdiri di depan cermin.
"Sorry Ma," Ren tersenyum sambil menunjukkan dasinya yang belum diikat. "Aku nggak bisa pasang dasi,"
"Ya ampun," Mama Anita menghela napas panjang. "Bilang dong dari tadi," Mama Anita lantas membantu putranya itu mengikat dasi.
"Makanya Ren, cari istri dong. Jadi kan enak kalau berangkat kerja udah ada yang masangin dasi," omel Mama Anita yang membuat Ren otomatis memutar bola matanya.
"Kenapa larinya ke sana lagi sih?" Ren menghela napas panjang. "Nikah kan bukan cuma sekedar masangin dasi, Mama.."
"Tapi kan itu salah satu keuntungan yang bermanfaat," seperti biasa, Mama Anita tak mau kalah. "Kalau nggak gini aja deh. Bawa tuh Daliya buat datang ke rumah. Kita kenalin sama keluarga besar,"
Ren menggelengkan kepalanya. "Nggak bisa Ma,"
"Kenapa nggak? Padahal Mama tuh udah kangen banget loh sama dia,"
Sama Ma, aku juga, batin Ren di dalam hati.
"Kita udah putus," jawab Ren yang membuat Mama Anita sontak menarik tali dasi putranya, dan hal itu jelas membuat Ren langsung tercekik.
"Ma! Mama mau bunnuh Ren?" Ren buru-buru melepaskan diri dari sang Mama. Astaga, wanita ini sungguh mengerikan!
"Putus? Kok bisa sih? Kalian baru pacaran berapa hari? Kenapa sih Ren? Padahal Mama lihat Daliya anaknya baik loh," Mama Anita terdengar kesal.
Ren tertawa kecil. "Ah, Mama kaya tau aja. Mama kan baru ketemu Daliya sekali doang Ma,"
"Heh, Mama kan udah pernah bilang sebelumnya, Mama tuh punya insting yang kuat. Mama dulu juga pernah bilang kan kalau Melissa bukan cewek baik-baik setelah pertemuan pertama, dan lihat? Dia beneran ninggalin kamu dan nikah sama orang lain,"
Aktivitas Ren yang semula membetulkan dasi langsung terhenti saat Mama Anita menyebutkan nama itu. Mama Anita yang melihat reaksi putranya langsung menyadari sesuatu, menutup mulutnya karena merasa salah bicara.
"Ups, maaf Ren, Mama nggak bermaksud bahas masa lalu kamu," Mama Anita terdengar menyesal. "Tapi, kamu sama Daliya putus bukan karena kamu belum bisa move on kan?"
Ren menghela napas panjang, lalu ia menggelengkan kepalanya sambil melanjutkan aktivitasnya merapikan dasi. "Kita putus karena udah nggak cocok aja Ma," Ren kemudian menyambar tas kerjanya yang berada di atas kasur.
"Pergi dulu ya Mama," Ren mencium tangan sang ibu dengan takzim.
"Ren," Mama Anita memanggil putranya sekali lagi, membuat Ren mau tidak mau menoleh. "Kalau gitu, apa Mama harus atur kencan buta lagi buat kamu?"
"No!" Ren menjawab tegas. "Mama kan tahu aku nggak suka dijodoh-jodohin. Lagian aku masih bisa cari sendiri Mama. Mama percaya sama aku, kan?"
"Iya.." Mama Anita akhirnya mengalah. "Dengan syarat kamu harus bawa pacarmu ke rumah sebulan lagi,"
"Mama!"
"Udah, udah! Sana berangkat! Ini kan hari pertama kamu kerja, jadi nggak boleh telat! Bye sayang," Mama Anita melangkah pergi begitu saja tanpa menghiraukan seruan protes dari Ren. Ren memandangi kepergian Mama Anita sambil menghela napas panjang.
"Halo Ren! Selamat pagi!" seruan seorang wanita terdengar saat Ren turun dari tangga lantai dua. Ren menghembuskan napas kesal saat melihat Tante Desy, adik dari papanya berada di sana. Tante Desy adalah tantenya yang terkenal punya mulut paling tajam.
"Udah sarapan, Ren? Belum ya? Makanya cari istri biar ada yang masakin,"
Tuh, kan? Padahal Ren tidak ada masalah apa-apa dengan Tante Desy, tapi wanita cerewet itu memang sengaja membuat masalah dengannya.
"Loh, kok Tante sarapan sendirian, sih? Suaminya mana? Selingkuh ya?" balas Ren yang membuat Tante Desy langsung melotot.
"Kamu ya! Nggak sopan sama orang tua!" teriak Tante Desy sambil mengacungkan pissau di tangannya.
"Jangan marah-marah Tante! Nanti darah tinggi cepat matti loh!" Ren berteriak sambil berlari menuju pintu keluar. Dengan langkah tergesa ia segera masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di sana. Di dalam rumah masih terdengar teriakan Tante Desy yang kesal padanya.
"Anak kurang ajar!"
Ren tertawa, lantas ia mengemudikan mobilnya keluar dari gerbang rumah, menuju kantor tempatnya bekerja, Lumiere Mode.
🙏🫶🫶🫶
punya dendam kah sama Ren
Dali ya 🌹
kocak🌹