Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Masih tentang Tania.
Tania memang benar-benar membuktikan ucapan nya. Setelah hari itu, ia benar-benar belajar dan mengambil kembali apa yang menjadi milik nya.
"Hari ini Ibu yang ngambil raport Tania ya? "
"Kan biasanya kakak kamu yang ngambil." Ucap Naina dengan enteng nya.
"Nggak bisa sayang. Ibu mewakili Andi."
"Kan bisa sekalian ambil punya Tania juga."
"Masalah nya nanti kamu kan nggak mungkin pulang dengan kami Tania. Nanti setelah habis ambil raport Ibu dan Andi langsung mau jemput ayah Jaka."
"Trus, Tania nggak boleh ikut?"
"Tania, jangan gini ya nak. Ibu udah janji sama Andi dan Ayah Jaka untuk jalan-jalan bareng."
"Terus, jalan-jalan bareng kami kapan? Tania ini yang anak Ibu tapi selalu di sisihkan. Ibu nggak adil."
Tania menangis masuk ke dalam kamar nya. Ia sangat sedih. Apa salah nya coba kalau dia juga ikut. Ibu nya selalu saja membawa Andi jalan-jalan dan mengacuhkan anak-anak nya yang lain.
"Kamu kenapa Tania?" Tanya Talita saat melihat adik nya menangis.
"Ibu nggak mau ngambil raport Tania kak. Ibu lebih memilih Andi."
"Tapi kan kalian sekelas. Ibu bisa sekalian ambil punya kamu. Soal nya kakak juga harus ambil raport hari ini."
"Ibu nggak mau. Kata nya nanti nggak ada yang nganterin aku pulang. Mereka mau jalan-jalan kak. Cuma bertiga tanpa kita." Ucap Tania yang masih sesenggukan.
Talita tidak habis pikir dengan sikap Ibu nya, harus nya sang Ibu harus lah adil. Mengharapkan ayah mereka, itu sama saja mustahil. Dari dulu mana pernah Anton peduli.
" Yasudah, nanti biar kakak ke sekolah kamu dulu. Trus nanti kita ke sekolah kakak, gimana?"
"Tasya mau ikut juga dong. Di rumah di tinggal sendirian kan takut."
"Oke deh. Sekarang kalian siap-siap ya."
"Iyaa kakak ku tersayang!" Ucap mereka bersamaan.
Mereka bertiga pergi bersama menggunakan taksi online. Sebenarnya Talita memiliki sepeda motor roda dua nya. Namun, tidak mungkin ia membonceng kedua adik nya sekaligus.
"Nah, kita udah sampe di sekolah kak Tania."
Seketika wajah Tania dan Tasya murung saat melihat Ibu mereka bergandengan tangan dengan Andi. Air mata langsung lolos begitu saja dari mata mungil itu.
"Kak, kok Ibu tega sama kita."
"Udah jangan nangis lagi. Nanti cantik nya hilang. Kan kita mau ambil raport nya kamu. Yuk semangat rangking 1."
Akhirnya Tania mau di bujuk oleh Talita. Mereka bertiga masuk dan duduk di kursi yang telah di sediakan.
"Tahun ini kita lagi-lagi di beri kejutan ya. Ibu kira sang pemenang sudah menyerah. Akan tetapi ia telah kembali lagi. Selamat untuk ananda kita Tania Sudrajat."
Riuh tepuk tangan membahana di seluruh kelas. Tampak wajah Andi tidak baik-baik saja saat itu. Dia langsung memasang wajah kesal nya. Dan Naina, seperti biasa akan mencoba menenangkan anak tiri kesayangan nya itu.
" Mana ni wali dari Tania? "
Saat Naina akan maju, Tania melihat tangan Naina di pegang erat oleh Andi. Andi tidak membiarkan Naina mengambil raport milik Tania.
"Bu guru, hari ini ibunya Tania berhalangan hadir. Apa boleh kalau kakak perempuan Tania yang mengambil rapotnya?"
"Wah sayang sekali ya ibunya Tania melewatkan kesempatan mengambil raport seorang anak yang begitu membanggakan."
Bukannya guru Tania tidak tahu, hanya saja sebenarnya guru Tania ingin menyindir Naina. Selama menikah lagi, Naina sudah jarang terlihat bersama Tania. Yang ia pikirkan hanyalah Andi anak tiri nya.
Sebenarnya Tania sering curhat kepada gurunya. Karena pada saat itu Tania sering sekali murung saat di sekolah, ibu guru pun menanyakan mengapa Tania tidak bersemangat seperti dulu.
"Nggak papa kok Bu guru. Ini saya Talita kakaknya Tania. Terima kasih ya, bu telah membimbing adik saya selama ini. Saya sangat bangga memiliki adik yang pintar seperti Tania. Dia ini bukan hanya pintar tapi jenius."
"Wah, Talita kamu beruntung memiliki adik seperti Tania."
Setelah Talita dan Tania menyalami ibu guru, mereka pun langsung pergi dari sana. Tak mereka hiraukan lagi Ibunya yang datang bersama Andi.
"Tania, Talita tunggu!" Naina memanggil anak-anak nya yang akan pergi.
Tania sangat senang. Ia berpikir mungkin ibunya akan mengucapkan selamat kepada dirinya. Namun, semua itu hanyalah khayalannya saja.
"Kok bisa sih kamu rangking satu lagi?"
"Ibu jauh-jauh berlari dan mengejar kami, hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting itu? Sudah jelas bukan bahwa adikku Tania adalah anak yang pintar dan cerdas." ucap Talita
"Bukankah waktu itu kamu sudah berjanji akan mengalah. Mengapa sekarang malah kamu mendapatkan ranking 1 Kembali?"
"Tania hanya berjanji untuk sekali saja mengalah demi Andi. Tapi ibu malah lupa dan mengatakan kalau Andi memang pintar. Dan sekarang Tania membuktikan, bahwa Tania memang lebih pintar dari Andi. Dan sampai kapanpun, Andi tidak akan pernah bisa menyaingi Tania."
" Sudah ya Bu. Kami mau jalan-jalan dulu. Silahkan urus anak tiri kesayangan ibu itu. Oh ya, jangan lupa hadiah untuk Tania karena sudah mendapatkan rangking 1. Ibu harus adil. "
Setelah mengatakan hal itu, mereka bertiga pun pergi mengunjungi sekolah Talita. Tania tidak ikut masuk ke dalam kelas karena harus menjaga Tasya di kantin.
Walaupun hanya di traktir jajanan di kantin, Tania sudah sangat senang.
" Terima kasih kak Talita." Gumam nya lirih sambil menghapus air mata.
Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata kali ini Andi mendapat kan rangking 5. Ia merasa sombong karena waktu itu mendapatkan rangking 1, sehingga tidak belajar lagi dirumah. Al hasil saat ujian ia tidak mampu menjawab beberapa soal yang ada.
Bukan nya mendapat hadiah, Jaka bahkan mengurung Andi seharian di dalam kamar. Jaka sangat marah karena Andi bisa dikalahkan oleh Tania si anak tiri.
"Jangan gini dong sayang. Kok kamu sampai mengurung Andi. Kan kasihan dia."
"Biar dia belajar dari pengalaman Naina!"
"Tapi, kasihan Andi. Aku bukain pintu nya ya."
"Tidak, dia harus aku beri pelajaran."
"Sayang, Andi masih kecil loh."
"Diamlah Naina! Kamu bisa bicara seperti ini karena anak-anak mu selalu mendapat kan peringkat 1 bukan."
"Aku nggak bermaksud apapun."
"Ah, sudahlah."
Naina sangat kesal saat ini. Mengapa dia yang disalahkan jika memang Andi tidak bisa mendapatkan peringkat 1 lagi.
"Tania! Puas kamu hah! Gara-gara kamu Andi sekarang di kurung sama Ayah Jaka."
Tania dan Tasya yang sedang tertawa dan bercanda pun akhirnya diam saat melihat Naina tiba-tiba datang dan marah-marah.
"Kok Ibu marahin kak Tania sih. Harus nya kan sekarang kak Tania dapat hadiah dan kecupan dari Ibu karena udah berhasil dapat rangking 1. Waktu Andi aja Ibu ngasi banyak kado."
"Tasya, nggak baik ikut campur urusan orang tua. Sekarang kamu keluar dulu. Ibu mau bicara dengan kak Tania."
"Nggak mau. Nanti Ibu pasti mau memarahi Kak Tania."
"Tasya! Keluar!"
Suara Naina yang keras menggema di dalam kamar itu. Selama ini Tasya tidak pernah di bentak apalagi di perlakukan seperti ini. Ia sangat sedih. Dan langsung menangis.
Talita yang masih di dapur langsung berlari ke kamar nya dan melihat Ibu nya sedang berdiri di depan Tania dan Tasya.
"Tasya kenapa?"
"Ibu jahat. Ibu marahi kak Tania dan Tasya."
"Bu, apa yang Ibu lakukan?"
"Gara-gara adik mu sekarang Andi di kurung di kamar nya. Harus nya adik mu bisa lebih mengalah sekali lagi."
"Kenapa harus Tania yang mengalah? Ibu sudah lupa ingatan kah? Apa Andi lahir dari rahim mu? Apa dia juga yang Ibu su sui? Tidak kan. Jadi kenapa hanya karena orang asing Ibu bertingkah seperti ini."
"Talita! Jaga bicara mu."
"Seharusnya Ibu yang harus menjaga sikap. Mana hadiah untuk Tania bu? Mana? Selama bertahun-tahun ia mendapatkan rangking 1, jangankan hadiah ci uman kasih sayang dari Ibu saja tidak pernah ia dapatkan."
"Kalian ini, benar-benar membuat Ibu kesal. Tidak seperti Andi yang penurut."
"Jangan bandingkan kami dengan orang asing itu. Darah Ibu mengalir di dalam tubuh kami. Tapi di dalam tubuh nya, kita tidak tahu."
Naina pergi dengan amarah yang ada. Ia banting pintu kamar anak-anak nya dengan kuat sehingga membuat mereka terkejut.
Setelah hari itu, Naina mulai bersikap dingin di depan anak-anak nya. Hanya Andi lah yang selalu ia perhatikan. Sampai hari anak-anak itu pergi dari rumah.
Semoga ini pe jaga bayangan kedua anak itu 🤲🏻🤲🏻
Tiati deh ama nama2 yg mirip2 gitu 😂😂😂
Sorry Thor 🙏🏼🙏🏼😉😉
😭😭😭
Napa ada bau bawang ??
Dapat anak di buang, pas enyak2 suka banget.
😱😡
Btw kakak sulung umurnya berapa thor?