Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 18
KHAWATIR DALAM DIAM
Mobil Almo melaju begitu cepatnya. Ketegangan pun terjadi kepada Luna saat dia harus membawa Cassie dalam masalah besar kali ini. “Apa yang terjadi?” tanya Luna sembari sesekali menoleh ke arah spion untuk mengecek sendiri apakah ada yang mengikuti mereka setelah penembakan tadi.
“Cukup diam dan buatlah dia tenang.” Balas Almo dingin dan masih fokus ke depan.
Menyadari akan hal itu, Luna pun mencoba membuat Cassie yang menangis menjadi tenang sebisa mungkin dan bagaimana pun cara lembutnya.
Brakk!! Sebuah mobil tiba-tiba menenggor mobil Almo dari sisi samping hingga hampir saja Almo kehilangan kendalinya. Bahkan Luna pun refleks menjerit kecil.
“Cazzo!” umpat Almo yang tak tinggal diam. Dia pun membalasnya setimpal, menenggor balik hingga saat musuh juga ingin melakukan hal yang sama. Almo langsung menginjak rem sehingga mobil musuh langsung kebablasan dan oleng mengenai para penjual di pinggir jalan.
Almo langsung menginjak gas secepat mungkin dan mencari persembunyian yang ada di Boston. Selain di villa nya, karena dia yakin musuh sudah mengetahui tempat tersebut.
Tit! [“Enzo!”] panggil Almo saat ia menghidupkan sebuah panggilan seluler lewat layar mobilnya.
[“Tuan Almo! Mereka pergi tiba-tiba. Tapi kami berhasil mendapatkan satu orang untuk diinterogasi. ”] Jelas Enzo dengan napas terdengar ngos-ngosan.
Luna pun ikut mendengarkannya dengan saksama meski jantungnya berdetak kencang saat ia berada dalam satu bahaya yang sama seperti Almo saat ini.
[“Bagus! Mungkin mereka hanya mengincar ku. Aku akan pergi ke tempat itu, untuk sementara, jangan menemui ku sampai aku memintanya.”] Jelas Almo begitu terdengar serius sehingga Luna tak sesekali melihat ke arahnya.
[“Saya mengerti! ”] Jawab Enzo hingga panggilan tersebut langsung mati begitu saja.
“Kita akan pergi ke mana?” tanya Luna yang ikutan panik.
“Ke suatu tempat yang aman.” Jawab Almo santai.
...***...
“CARI MEREKA SAMPAI KETEMU!!! AKU HANYA INGIN MENGAMBIL CUCUKU. CEPAT!!” sentak seorang pria tua yang nampak marah akibat anak buahnya yang tak becus menangkap Almo maupun Luna yang membawa pergi cucunya.
“Salah satu dari kita berhasil ditangkap Tuan." Kata salah satu anak buahnya yang tertunduk takut.
“BODOH!!!" pria tua itu langsung melempar vas ke arahnya hingga dahinya berdarah. Suara serak dari pak tua tadi sungguh membuat siapapun akan merinding mendengarnya.
“Cari mereka, aku tidak ingin cucuku sampai terluka. Tidak peduli siapa orang itu!" kesal nya hingga melenggang pergi.
Sementara di sisi lainnya. Mobil Almo masih melaju normal ketika musuh sudah tak terlihat lagi. Pria itu menoleh dan melihat Cassie tertidur pulas dalam pelukan Luna— si wanita cantik yang kini sudah mulai tenang hingga fokus ke depan.
“Apa dia baik-baik saja?” tanya Almo sedikit gugup bahkan pria itu memfokuskan dirinya ke depan seakan-akan ia ingin menyembunyikan sifat aslinya.
Mendengar pertanyaan itu, Luna terdiam, “Ya.” Jawab Luna singkat seraya memperhatikan anak itu sejenak lalu menoleh ke arah Almo.
“Kenapa kau bertanya soal—”
“Aku hanya bertanya, bukan berarti mengkhawatirkan berlebihan.” Sela Almo begitu saja sehingga Luna kembali fokus ke depan dan berpikir yang sama tentang sifa Almo Da Costa yang memang menyebalkan dan berhati hitam.
...***...
Brughh!! Brughh!! Pukulan keras diberikan oleh anak buah Almo atas perintah Enzo.
Pria malang yang saat ini tergeletak lemah dengan bersimbah darah itu terlihat teler tak berdaya. “SIAPA YANG MENYURUHMU DAN APA ALASANNYA KALIAN MENYERANG BOS KAMI HAH!!!” sentak anak buah Almo tak berbelas kasih itu hingga menjambak kasar rambut pria malang tadi sampai mendongak.
Saat hendak dipukuli lagi, “Hentikan!” pinta Enzo dengan tegas dan menyuruh mereka untuk pergi meninggalkannya dengan pria malang tadi.
Saat ruangan hening, Enzo bertekuk satu lutut. “Kami tidak punya banyak waktu, jadi katakan saja atau aku terpaksa harus mencabut nyawamu.” Ancam santai Enzo hingga pria itu menatapnya tergagap.
Matanya memerah akibat darahnya sendiri.
“Bu-bunuh saja aku. Kami hanya ingin mengambilnya—” Belum selesai bicara, pria itu langsung tewas ditempat akibat kehabisan darah.
Enzo terdiam dan tak bisa lagi mencaritahu tentang musuh itu. “Kini aku harus mencari yang lainnya." Gumam Enzo tak ada pilihan lain.
...***...
Masuk malam hari, disebuah jalanan yang sepi dengan pinggiran terdapat lahan luas yang kering dan tandus menimbulkan hawa yang mencengkram. Tak ada apapun di sana, baik rumah maupun kedai.
Luna sendiri masih tak pernah tahu tempat tersebut meski tinggal di Boston cukup lama.
“Ka-kau mau membawa kami ke mana?” ucapnya gugup dan gelisah saat dia memperhatikan jalanan yang sepi di sana. Namun Almo tak menjawabnya dan itu membuat Luna berprasangka buruk padanya.
-‘Apa dia ingin membuang kami? Kenapa Almo tidak menjawabnya?’ Batin Luna yang akhirnya memilih diam sampai Cassie terbangun dari tidurnya.
“Kau sudah bangun hah?!" ujar Luna seraya tersenyum lebar hingga memperhatikan wajah lucu anak itu. Terlihat bagaimana Cassie yang tiba-tiba menangis dan cukup lantang sampai membuat Almo sendiri terkejut.
“Apa yang dia inginkan? Buatlah dia diam.” Kesal Almo.
“Dia masih kecil!" Ketus Luna benar-benar tak suka dengan cara bicara Almo.
Pria itu hanya meliriknya sekilas dengan kerutan di kedua alisnya.
“Apa kau lapar? Kau haus??!!” tanya Luna dengan sendu. Dia jelas tahu bahwa anak itu kelaparan saat ini, tapi apa yang bisa Luna lakukan? Meminta kepada Almo?? Wanita itu menoleh menatap Almo dengan sedikit tak percaya.
-‘Dia tidak mungkin mau.’ Pikir Luna sedikit cemberut. Tak ada pilihan lain, wanita itu kembali menenangkan Cassie, mengajaknya bercanda sampai anak itu terkekeh melupakan rasa laparnya.
Almo sendiri yang mendengar kekehan Cassie hingga candaan Luna, tanpa disadari bibirnya terangkat kecil membentuk senyum simpul. Oh, ayolah! Almo Da Costa sangat jarang sekali tersenyum! Terakhir tersenyum tulus hanya saat kepada ibu dan ayahnya saja.
Saat Luna asik bercanda dengan Cassie, tiba-tiba mobil berhenti. Tentu, wanita itu terkejut melihat keberadaan mereka yang berhenti disebuah kedai makan chicken crispy yang berada di pinggiran jalan sepi sehingga lampunya begitu menyentrong jelas.
Memang, kedai makan di tempat-tempat seperti itu selalu ada. Mungkin untuk keadaan darurat pada orang-orang yang tersesat atau berpergian jauh.
“Ayo! Perjalanan hanya kurang beberapa kilometer saja. Aku lapar.” Kata Almo yang turun dari mobil begitu saja.
Sementara Luna masih memperhatikannya. Ucapan Almo menunjukkan bahwa dia juga lapar tapi Luna yakin pria itu rupanya juga memikirkan keadaan Cassie yang lapar.
Luna tersenyum tipis hingga lebar saat menatap Cassie. “Lihat!! Kita akan makan dan minum sampai perutmu kenyang!" ucapnya hingga akhirnya turun.
Terlihat bagaimana Almo memperhatikan sekitarnya untuk berjaga-jaga dan selalu waspada. Jika dia sendiri tidak masalah, kini dia bersama seorang wanita dan anak.
Sangat merepotkan bukan!
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung