Arumi harus menelan kekecewaan setelah mendapati kabar yang disampaikan oleh Narendra, sepupu jauh calon suaminya, bahwa Vino tidak dapat melangsungkan pernikahan dengannya tanpa alasan yang jelas.
Dimas, sang ayah yang tidak ingin menanggung malu atas batalnya pernikahan putrinya, meminta Narendra, selaku keluarga dari pihak Vino untuk bertanggung jawab dengan menikahi Arumi setelah memastikan pria itu tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.
Arumi dan Narendra tentu menolak, tetapi Dimas tetap pada pendiriannya untuk menikahkan keduanya hingga pernikahan yang tidak diinginkan pun terjadi.
Akankah kisah rumah tangga tanpa cinta antara Arumi dan Narendra berakhir bahagia atau justru sebaliknya?
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada calon suami Arumi hingga membatalkan pernikahan secara sepihak?
Penasaran kisah selanjutnya?
yuk, ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Keheningan tercipta setelah Arumi mengucapkan keinginannya untuk bercerai. Wajah merah dengan mata sembab itu melirik pelan ke arah suaminya yang terpaku setelah mendengar ucapannya barusan.
Arumi begitu kacau, andai dirinya masih bersih, dirinya akan dengan percaya diri untuk tetap maju mempertahankan rumah tangganya. Namun, beberapa fakta yang muncul membuat Arumi merasa sangat kecil dan tidak berarti. Ia pikir Narendra masih bisa mencari yang lebih baik dari dirinya.
“Kamu ngomong apa, sih, Arumi? Sampai kapanpun aku nggak akan menceraikan kamu seperti yang sudah pernah aku bilang sebelumnya. Bukankah sudah kukatakan kalau aku ingin menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan terakhirku?” ungkap Narendra penuh rasa kecewa.
Narendra sungguh tidak mengerti jalan pikiran istrinya. Ia pikir Arumi sudah benar-benar bisa menerima pernikahan mereka. Namun, yang ia dapatkan justru keinginan Arumi untuk bercerai darinya.
“Tapi–”
“Aku minta maaf kalau sikapku tadi berlebihan. Aku tahu kamu pasti tidak nyaman bersama dengan orang asing. Tapi percaya sama aku, aku suamimu, yang memiliki tanggung jawab penuh atas dirimu, Arumi. Kalau kamu memang belum siap, aku bisa menunggunya. Tidak perlu kamu berbicara seperti tadi. Apa kamu ingin mempermainkan pernikahan ini?” tegas Narendra memotong ucapan Arumi.
Arumi semakin terisak. Kepalanya terasa penuh dengan potongan kisah masa lalunya.
Akankah aku katakan saja semuanya pada Narendra, batin Arumi.
Arumi menatap wajah Narendra yang penuh dengan raut bersalah dan juga penyesalan. Wajah polos pemilik mata bening itu tidak seharusnya mengiba pada seorang wanita kotor dan menjijikkan seperti dirinya.
Sambil mengatur napasnya, Arumi bertekad untuk mengungkapkan semuanya pada Narendra. Ia akan menceritakan tentang kisah kelam masa lalunya agar Narendra bisa kembali berpikir, ingin tetap meneruskan pernikahan bersamanya atau mengakhirinya.
“Sekarang jawab pertanyaanku, apa alasan kamu tiba-tiba meminta cerai denganku?! “
“Ren ….” Arumi menggeleng pelan, ia sedikit mengambil napas dan menjeda ucapannya.
“aku nggak sebaik yang kamu pikirkan. Aku wanita buruk dan kotor yang nggak pantas buat kamu, kamu bisa dapetin yang jauh lebih segalanya daripada aku. Aku telah kehilangan semuanya, Ren! Aku sudah kotor!” ungkap Arumi dengan terisak.
Deg!
Kepala Narendra berpikir begitu keras setelah mendengar ucapan Arumi. Itu tidak mungkin, bukan? Arumi tidak seperti apa yang ada dipikirannya, ‘kan?
Narendra kembali teringat tentang ucapan Arumi setelah kejadian di mana Vino mengganggunya. Arumi pernah mengatakan jika Vino hendak melecehkannya lagi. Ah, kata ‘lagi’ itu berhasil membuat Narendra termenung.
“Ma-maksud kamu?”
Kalimat tersirat dari Arumi tidak serta merta membuat Narendra menyimpulkan demikian, ia butuh kepastian dan kebenaran yang sebenarnya.
Arumi beringsut mundur ketika Narendra hendak menyentuh tangannya yang bergetar.
“Kamu tidak mungkin bodoh, Ren. Aku wanita kotor dan menjijikkan. AKU PERNAH DIJAMAH VINO, NARENDRA! AKU SUDAH KOTOR!” teriak Arumi di sela tangisannya.
Wanita itu bahkan memukuli dadanya untuk menghilangkan sesak yang tidak kunjung pergi. Air matanya mengalir deras, wajahnya tampak memerah, serta bibirnya yang terisak menandakan jika wanita itu tengah merasakan kesakitan yang luar biasa.
Duarr!!
Jantung Narendra bertalu begitu kencang. Tatapan kesakitan begitu terpancar dari mata istrinya yang dipenuhi oleh air mata.
“Jadi–”
“Lebih baik kau ceraikan aku sebelum semuanya terlambat. Aku juga tidak ingin mengekangmu karena kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku!” potong Arumi cepat.
Narendra menggeleng cepat. Otaknya mengatakan pergi, tetapi hatinya memintanya untuk tetap tinggal, bertahan, dan membersamai kesakitan istrinya.
Aku harus menyelidiki semuanya, batin Narendra.
Narendra beranjak dari duduknya, menyambar ponsel di atas nakas dan keluar kamar—meninggalkan Arumi yang masih menangis sesenggukkan—beruntung penghuni rumah sudah tidur dan lampu sudah dimatikan sehingga tidak akan ada yang melihat dirinya keluar kamar malam-malam dengan ekspresi kurang mengenakkan.
Pria itu berjalan cepat menuju lantai dasar hendak ke belakang rumah. Ia membutuhkan waktu untuk berpikir jernih sebab ia tidak ingin meluapkan semua yang mengganjal di hatinya pada Arumi.
Arumi menatap nanar tubuh suaminya yang telah menghilang di balik pintu. Ia yakin, jika Narendra begitu kecewa setelah mendengar pengakuan darinya dan ini semua gara-gara si breng*sek Vino yang sudah menghancurkan hidupnya.
Siapa juga yang ingin menerima wanita kotor sepertiku, batin Arumi menahan perih di hatinya.
Wanita itu lekas turun dari kasur, meraih satu bantal, dan membawanya menuju ke sofa untuk beristirahat di sana. Arumi sengaja pindah sebab tidak ingin membuat Narendra risi dengan keberadaannya meski Arumi tidak yakin Narendra akan kembali ke kamar setelah mendapatkan pengakuan darinya.
***
Narendra duduk terdiam di pinggir kolam. Suasana dingin tidak lagi ia rasakan, justru rasa panas yang tiba-tiba menjalar dari dadanya seakan hendak membakar tubuhnya.
Pria itu tidak berpikir hingga ke sana. Ia kira hubungan Arumi dan Vino hanyalah selayaknya hubungan kekasih pada umumnya. Namun, ada yang sedikit mengganggu pikiran Narendra, yaitu mengenai Arumi yang terlihat begitu terpukul dengan apa yang sudah terjadi padanya juga tentang sikapnya pada Vino yang tidak menunjukkan bahwa wanita itu benar-benar mencintai Vino.
Narendra menyalakan ponselnya, ia akan menghubungi Satria untuk menanyakan perkembangan mengenai tugas yang pernah ia berikan.
“Halo, Tuan?” Terdengar suara lirih dari seberang sana. Sepertinya Satria baru saja terbangun dari tidurnya.
“Bagaimana Sat?” tanya Narendra ambigu.
“Hah, bagaimana apanya Tuan? Anda tidak sedang bermimpi bukan? Ini masih malam, Tuan. Besok baru kita akan bekerja,” jelas Satria.
“Bukan itu maksud saya, Satria! Ini tentang Vino! Bagaimana dengan hasil penyelidikanmu?” tanya Narendra dengan geram.
Satria yang awalnya masih bermalas-malasan pun seketika beranjak dari tidurnya. Pria itu langsung terduduk dengan mata yang sudah terbuka lebar.
“Saya baru akan melaporkan besok, Tuan. Apa Anda membutuhkan sekarang?”
“Satria!” geram Narendra.
“I-iya, Tuan. Baik, saya akan ceritakan malam ini.” Satria mulai mengatur napasnya. “dari hasil penyelidikan yang saya dapatkan. Beberapa bulan yang lalu, Vino memang sempat menjalin kasih dengan seorang wanita biasa dan dia juga hampir menikah dengan wanita itu. Tapi ketika hari pernikahannya, dia justru pergi berlibur dengan keluarga serta Karina, Tuan. Saya pikir hanya itu yang Vino lakukan, tapi ternyata tidak. Vino memang dari awal sudah menargetkan wanita itu untuk dijadikan kekasih karena sebuah taruhan yang dibuat oleh teman-temannya,” lapor Satria.
“Jadi, Vino mendekati wanita itu karena taruhan? Lalu apa selanjutnya?” desak Narendra karena Satria tidak kunjung bicara.
“A-anu, Tuan. Tapi Anda jangan marah, ya. Awalnya Vino mendekatinya dengan cara yang biasa saja, tetapi karena tidak mendapatkan respon, Vino nekat menculik wanita itu dan membawanya ke sebuah hotel yang tidak jauh dari tempat kejadian. Entah apa yang terjadi, tapi keesokan paginya wanita itu terlihat keluar dari hotel dengan mengusap wajahnya. Itu yang saya tangkap dari rekaman CCTV di sana, Tuan. Mungkinkah Vino sudah, itu, anu, itu loh, Tuan,”
Melaporkan hal itu membuat Satria sampai berkeringat. Bagaimana tidak, wanita yang dibicarakan olehnya adalah istri dari atasannya sendiri.
Satria pun baru mengetahui tentang cerita itu tadi sore setelah dirinya mendapatkan laporan lengkap dari bawahannya. Dan yang lebih membuat Satria terkejut ialah karena wanita itu adalah wanita yang sama dengan office girl yang ia temui siang tadi.
Hening Narendra terpaku mendengar laporan yang disampaikan oleh Satria.
"Tuan?"
🤪🤪🤣🤣🤣🤣