Gadis yang tengah patah hati karena kekasihnya kedapatan tengah bermesraan di dalam kamar dengan adik tiri itu memilih pergi ke sebuah pulau untuk menenangkan hatinya. Ia merasa begitu hancur setelah kematian sang ibu, karena ayahnya menikah lagi. Dan hal tergilanya, adik tirinya tidur dengan kekasihnya sendiri. Dalam kekalutan, ia memilih pergi ke sebuah club malam untuk melampiaskan kemarahannya. Namun kondisinya yang tengah mabuk membuat ia tak sadar dan merayu seorang pria hingga malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Ia kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama ini. Hidupnya bahkan semakin hancur setelah pria yang telah merenggut kesuciannya itu datang dan terus mengusik kehidupnnya. Sampai pada akhirnya ia positif hamil dan mencoba mengakhiri kehidupannya yang begitu rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sirkuit
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan begitu pula pagi ini. Sebelum matahari sempat menyingsing, Nica sudah terjaga, mengenakan seragam olahraganya yang sporty. Setiap minggu, ia menjadwalkan diri untuk berolahraga di taman kota, menikmati udara segar dan suasana alam yang menenangkan.
Nica melangkah lincah, berlari kecil di bawah naungan pohon-pohon rindang yang saling bertaut, seolah merayakan keberanian wanita itu melawan kebiasaan malas di pagi hari. Earphone menancap di kedua telinganya, semakin menambah semangat Veronica dengan dentuman musik favorit yang mengiringi langkah-langkahnya.
Di balik kesibukan sebagai seorang Ceo, Nica tak lupa pada anak-anak bengkel yang menantikan janjinya untuk berlatih drifting bersama tim dari bengkel lain. Dengan penuh semangat, ia berlari, sesekali menggerakkan lengannya agar otot-ototnya tetap rileks dan lentur.
Seiring waktu berlalu, nafas Nica terengah-engah dan keringat membasahi tubuhnya. Hampir empat puluh menit ia berlari, menyibak udara pagi yang segar dan penuh energi. Nica pun duduk sejenak di bawah rindang pepohonan, memanjangkan kedua kakinya dan mengepalkan ngepalkan tangan.
Dalam suasana yang damai dan sejuk, Nica menikmati istirahatnya sejenak dibawah sebuah pohon.
"Seperti biasa, kau pasti ada di sini." Tiba-tiba, suara yang begitu ia kenali terdengar di telinganya. Nica mencoba mengabaikannya, menghela nafas kasar dan bangkit untuk pergi. Namun detik berikutnya, tangan Alan menarik tangannya.
"Please Sayang, beri aku kesempatan lagi." Desak Alan, suaranya penuh penyesalan.
"Lepaskan!" Nica menegaskan.
"Sayang, aku tahu aku salah. Tapi semua itu karena ulah Elsa, bukan murni karena aku selingkuh." Alan mencoba menjelaskan.
"Cukup, Alan! Apapun alasanmu, tak perlu kau jelaskan lagi. Oke?" Nica merasa begitu kecewa.
"Sayang, aku mencintaimu," ujar Alan dengan penuh penyesalan. Namun, Nica yang terluka hatinya menepis tangan Alan dan kembali berlari.
"Sayang! Please! Maafkan aku,Sayang!" Alan berteriak tanpa memperdulikan pandangan tajam dari orang-orang di sekelilingnya. Veronica merasa malu, lalu menyalakan musiknya dan melanjutkan larinya menuju apartemen.
Setibanya di apartemen, Nica segera beristirahat sejenak, lalu mandi dan bersiap untuk pergi ke sirkuit Sentul, Bogor. Kesedihan dan kekecewaan yang mendalam terngiang dalam hatinya, namun ia berusaha menepis perasaan tersebut, setidaknya untuk sementara waktu.
Selesai bersiap dengan segala perlengkapannya, Nica bergegas menuju bengkel yang ia miliki untuk menemui Tommy dan kawan-kawan. "Gimana, anak-anak? Udah siap, Tom?" tanya nya dengan penuh semangat saat tiba di bengkel.
"Siap, Nic," sahut Tommy.
"Oke, kalau gitu kita langsung berangkat, Tom."
"Ah, siap! Oh, iya, lupa, nanti kita ada pameran bareng bengkel lain."
"Aseeek! Pasti seru nih! Ayo, gas yuk!" Nica menyahut dengan antusias, membuat Tommy tersenyum dan menepuk pundak gadis itu dengan gulungan kertas di tangannya. Mereka kemudian bersama-sama berangkat menuju sirkuit balapan.
Begitu tiba di lokasi, Veronica dan timnya disambut hangat oleh tim bengkel lain. "Hi Nic, gimana nih? Siap?" tanya Iman, salah satu pemilik bengkel lawan.
"Tentu! Lo ikutan juga kan, Man?" balas Veronica.
"Kagak, Nic, kakiku masih sakit," Iman menyahut sambil menunjukkan bekas operasi di kakinya. "Oh, iya, gue lupa. Terus siapa nih yang gantiin lo?"
"Nanti ada temen yang ikutan."
"Oke, deh. Gue duluan ya, mau pemanasan dulu." Nica pamit dan melanjutkan persiapan sebelum balapan dimulai, semangat menggebu dan siap menghadapi tantangan baru.
“Hahaha, oke-oke," balas Iman sambil tertawa melihat antusiasme Nica yang luar biasa. Nica memang sangat mencintai dunia otomotif, itulah sebabnya ia mendirikan sebuah bengkel khusus. Nica juga sangat menyukai drifting, meskipun tak pernah mengikuti lomba. Baginya, drift adalah kecintaan, bukan tentang mengejar prestasi atau berdiri di atas podium. Padahal, tak diragukan lagi skill-nya di dunia drifting.
Nica masuk ke dalam mobilnya bersama Tommy, kemudian memulai aksi pemanasan mereka. Di tempat lain, seorang pria baru saja terbangun dari tidurnya. Ia bangkit, menuju kamar mandi, lalu menyeduh kopi sebagai penyemangat pagi harinya. Setelah menikmati ritual minum kopi, pria itu mengambil salah satu koleksi mobilnya dan meninggalkan apartemen.
Setelah menempuh jarak kurang lebih satu jam, akhirnya pria tersebut sampai di tempat tujuan. Ia bersiap memulai petualangan seru yang akan segera dimulai bersama kawan-kawannya. Di dunia otomotif ini, persahabatan dan adrenalin menjadi daya tarik yang tak pernah lekang oleh waktu.
"Woy Bro! Baru nyampe lo?" Teriak seseorang pada Dave yang tak lain adalah Iman, salah satu teman sekaligus rekan tim balapnya di dunia otomotif. Betapa tidak menyangka, ternyata Dave juga menyambangi sirkuit yang sama dengan Veronica.
"Hmm... baru bangun gue," balas pria itu dengan santai, kemudian duduk dan memperhatikan salah satu mobil yang tengah melakukan Clutch Kick dengan gesit. "Itu siapa?" tanyanya pada Iman.
"Mau lo battle sama dia?" Bukan menjawab, Iman justru balik bertanya dengan nada menggoda.
"Heh... boleh juga." Balas Dave sambil tersenyum manis. Penampilannya memang menawan meski hanya mengenakan kaos santai berwarna hitam, topi putih, dan celana pendek berwarna abu-abu. Pria itu kemudian bangkit, mengambil helm, dan menentengnya. Melihat semangatnya, Iman pun tersenyum dan segera menghubungi Tommy, memberitahu jika ada yang ingin battle dengan Veronica.
"Gimana mau gak lo Nic?" tanya Tommy pada Veronica, penasaran.
"Hahaha, gas dong!" balas Nica dengan wajah genit, seraya bermain mata dan menantang perasaan mereka yang mulai berdebar kencang.
Tommy akhirnya menyetujui tantangan tersebut. Pria itu segera melangkah menuju mobil yang telah disiapkan oleh timnya. Para penonton menunggu dengan nafas yang tercekat, tak sabar menyaksikan pertandingan antara kumpulan tim dari beberapa bengkel ternama. Di satu sisi, NC Car Auto Service yang terkenal dengan joki wanita berbakatnya yang tak lain adalah CEO dari bengkel tersebut, dan di sisi lain, tim Iman yang terkenal dengan joki andalannya yang sering meraih podium, yaitu Dave.
Ya, kebanyakan para penonton drift sudah tak sabar menanti TSUISO BATTLE (TANDEM), sebuah momen yang paling ditunggu-tunggu dan penuh adrenalin, di mana kedua drifter dilepas bersamaan di satu trek untuk beradu aksi dan keindahan drifting.
Veronica sendiri baru pertama kali akan melawan tim bengkel Iman, dan ia bahkan tak mengetahui siapa joki andalan dari bengkel Iman. Perasaan campur aduk antara rasa penasaran, gairah, dan kekhawatiran bercampur menjadi satu di dadanya, seiring dengan detik-detik yang semakin mendekati pertarungan. Semua orang menunggu, tak sabar untuk menyaksikan pertempuran drift epik antara dua tim legendaris.
Melihat mobil dari tim Iman yang baru saja memasuki arena, Nica tersenyum sinis. Dari penampilan mobil tersebut, ia sudah bisa menebak betapa hebat akhir dari tandem ini nanti. Nica sangat yakin dengan kemampuan mobilnya yang telah disiapkan dengan maksimal untuk hari yang penuh tantangan ini. Namun, ia tak dapat melihat siapa yang ada di balik setir mobil lawannya. Joki tersebut menggunakan topi, sehingga wajahnya tersembunyi dari tatapan Nica.
Sesaat sebelum tandem dimulai, Nica kembali mencuri pandang ke arah joki lawannya yang kini melepaskan topinya dan menggantinya dengan helm. Ia merasa jantungnya berdegup kencang seiring dengan ketidakpercayaan yang mulai merasuki pikirannya. Tak tahan dengan perasaan penasaran yang menggebu, Veronica menoleh untuk memastikan siapa sosok di balik kemudi lawannya.
Begitu wajah laki-laki tersebut terpampang jelas di hadapannya, Nica terkejut bukan kepalang. Jantungnya seakan berhenti sejenak dan emosi yang bercampur aduk di benaknya menjadi semakin intens. Hatinya terasa seperti tersambar petir, hingga tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan yang sedang melanda dirinya.
"Dave...." Nica mengucapkan nama itu lirih sambil menatap tajam laki-laki yang berada di dalam mobil tim Iman. Dibalik kemudi, pria itu juga membalas tatapan Nica, seolah tak percaya bahwa lawannya hari ini adalah wanita cantik yang tak asing baginya.
Mereka saling beradu pandang; suasana tegang terasa menggantung di udara. Nica terpaku, hatinya bergetar, tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya hari ini. Ia sama sekali tak menyangka bahwa pria yang selama ini menghantui pikirannya kini berdiri di hadapannya sebagai lawan dalam perlombaan.
Raungan mesin mobil tiba-tiba terdengar nyaring, membuat Nica tersentak. Ternyata tanpa disadarinya, kakinya menekan pedal gas. Untuk mengusir rasa gugup dan cemas, Nica mengenakan helmnya, berusaha menenangkan diri, dan bersiap melanjutkan pertandingan hari ini.
Perasaan bercampur aduk di hatinya: antara muak, bersemangat, serta kekecewaan yang mendalam. Tetapi ia tahu harus bisa mengendalikan emosi untuk menghadapi perlombaan sengit yang akan segera dimulai. Tak ada pilihan lain, Nica harus menghadapi pria yang mengusik hati dan pikirannya.
Kedua tangan Veronica mencengkeram stir mobil erat-erat, seolah otaknya sudah tidak mampu bekerja secara optimal. Ia menoleh sekilas ke arah mobil tim Iman, di mana pria itu masih duduk diam, menatap tajam ke arahnya. "Brumm brumm," suara mesin mobil memecah keheningan saat Nica menginjak pedal gas dengan penuh determinasi, siap menghadapi segala rintangan.
Sementara itu, pria tersebut tersenyum miring, tak menyangka bahwa hari ini, nasibnya akan bersinggungan dengan wanita incarannya. Keduanya saling bertatapan, bagai dua predator yang bersiap melancarkan serangan. Tension di udara semakin terasa pekat, menandakan awal dari pertempuran yang tak terhindarkan.