"Aku akan mengingat wajah kalian semua, Dan tunggu pembalasanku!" Ucap Chen Long sebelum kematiannya..
Jiwanya melesat dan bermigrasi ke tubuh bayi yang baru meninggal dan dia susupi, Hingga bayi dan jiwanya dapat hidup kembali
Ambisinya terpantik untuk menjadi Dewa Pedang yang tak terkalahkan bersama dengan ingatan masa lalu tentang Kitab Pedang Dewa dengan mengukir namanya dalam legenda yang tak terlupakan, Long Chu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Unsur Petir
"Sepertinya sidat ini disiapkan memang untukku" Long Chu bergumam seraya memikirkan cara untuk menangkap satu ekor.
Dia pun berjalan menyisiri Goa dan tidak jauh dari tempat semula dia mendapati ada ranting yang tersangkut diantara bebatuan, Sangat senang dia melihatnya. "Keberuntungan datang ketika aku hanya berharap ada sesuatu yang bisa dipakai untuk menangkap sidat itu" dia bergegas berjalan kembali seraya meruncingkan ranting itu.
Ada dua alira air digoa itu, Satu aliran air yang mengandung panas. Sedang satunya biasa saja yang sekarang airnya dihuni oleh sidat.
Long Chu menjadikan ranting kayu tadi sebagai tombak dan dia mengambil ancang-ancang untuk menombaknya. Dia ingat dalam kitab Pedang Dewa salah satu unsur petir berada ditubuh sidat listrik. Meski dia masih belum memahami unsur atau Qi. tapi dia tau tenaga dalam bisa dikeluarkan dalam bentuk apa yang diinginkan, tapi itu juga harus memiliki kontrol sempurna. seperti membentuk sebuah pedang, itu bisa dilakukan. namun hal itu sangat sulit. bahkan tingkat kaisar saja tidak semuanya bisa melakukan hal itu.
Dulu dia pernah mencoba. namun hanya terbentuk gagangnya saja dan itu hanya bertahan satu tarikan nafas. Sedang dia sudah berada ditingkat kaisar tahap dua saat itu.
"Mungkinkah hanya namanya saja yang berbeda. tapi cara kerjanya sama. Dulu aku tak pernah terpikir tentang hal ini, Karna ini ku anggap kehidupan kedua barang tentu harus lebih baik dari kehidupan pertama" Netranya langsung bergerak ketika dia melihat ada sidat yang seukuran betisnya lewat. segera dia menombak sidat itu namun sayangnya tidak kena.
Setelah menunggu beberapa waktu, Long Chu menyerah karna sidat itu tidak ada lagi yang muncul.
Dia duduk bermeditasi memasuki keheningan dan konsentrasi menyerap energi langit dan bumi dan mencoba untuk mengontrolnya. Akan sangat berguna jika hal itu dapat disempurnakan. maka dia tidak akan pernah kehabisan energi tenaga dalam dipertarungan.
Entah berapa lama dia memasuki keheningan itu. Seketika dia membuka mata karna dia merasa hari sudah berganti.
"Saatnya pulang ke Sekte" gumamnya.
Diperjalanan yang tidak terlalu jauh hanya menuruni lereng bukit yang cukup terjal. Dia mengayunkan hati dengan senang.
Sayup-sayup terdengar sebuah suara yang merdu. irama ini sangat mengundang rasa penasaran untuk mendekatinya, Langkah Long Chu pun mengikuti alur nada yang seakan menarik tubuhnya.
"Siapa yang memainkan alat musik semerdu ini, aku seakan bernostalgia dengan hidupku dimasa lalu. lagu kerinduan kepada kekasih ini begitu bagus" gumamnya seraya kaki tak henti melangkah.
Di sebuah batu duduk seorang wanita dengan sitar yang berada ditangannya, jari lentiknya memainkan senar dengan lembut namun begitu sakral didengar.
Long Chu melompat ke Pohon dan ingin mendengarkan lebih dekat irama itu. Akan tetapi, sebuah serangan langsung berhembus kearahnya.
Wush!! Long Chu melompat turun dari pohon karna menghindari serangan itu.
Bam!! Pohon itu langsung tumbang.
"Sangat kuat" gumam Long Chu yang bersembunyi dibalik batu
Tiga orang langsung mendarat disisi wanita itu dengan pedang yang tercabut dari sarungnya menjaga sang wanita dari gangguan dan irama kerinduan seketika berhenti dipetik.
"Siapa kau?" tanya salah satu dari tiga orang itu menatap batu yang dia yakini ada orang disana.
Long Chu keluar dari persembunyiannya. "Salam tetua! Maaf jika kehadiranku tidak menyenangkan kalian." dia membungkuk dengan kedua tangan tertangkup.
"Hanya seorang anak kecil Putri" kata salah satu wanita yang menjaga dibelakang.
"Biarkan dia. mungkin dia kesasar" sahut sang putri.
Salah satu diantaranya meminta Long Chu untuk mendekat. "Apa yang kau lakukan malam-malam begini dihutan dan sendirian?"
"Aku sedang berlatih disekitar bukit ini dan ketiduran. setelah bangun dan hendak pulang ke sekte. aku dikejutkan dengan suara indah nada yang dilantunkan. itu seperti magnet yang membawaku kesini. Tak ingin menggangu, aku pun naik ke pohon dan terjadilah hal yang sekarang" ungkap Long Chu dengan sedikit kebohongan.
"Kau berasal dari sekte Fajar Senja?"
"Benar, Aku murid disana" sahut Long Chu.
"Kalau begitu pulanglah dan jika kau bertemu sesuatu dijalan pulang jangan menengok kebelakang, nanti ada setan." orang itu menakuti Long Chu. tapi dia tak senang ketika memperhatikan wajah pemuda itu yang tidak berubah sedikitpun mimiknya.
"Baiklah.. aku akan pulang. Terima kasih sudah membiarkan aku hidup" kata Long Chu dia segera berbalik dan berjalan dengan santai menuju Sekte Fajar Senja.
'Mungkin jika anakku masih ada, aku yakin akan seusia dia'
"Lebih baik kita bermalam disini saja. Buatkan aku tenda" ucap wanita itu. Dia dikenal sebagai Dewi Obat. Karna dia cukup berbakat dan dihormati dengan keahliannya membuat ramuan. Tapi hanya segelitir orang yang tau tentang keahliannya dalam membuat Pil. Jika itu tersebar maka dia akan kesulitan hidup. Sebab orang akan berbondong-bondong untuk mendekatinya. Jika tak bisa didekati, maka lebih baik mati pikir orang lain..
Tiga orang bawahannya itu langsung sigap membuatkan tenda untuk Putri Hua. Setelah itu mereka berjaga diluar tenda dengan api unggun yang menyala untuk menghangatkan malam yang dingin.
Sedangkan Long Chu berlari dengan cepat. Hingga hanya perlu dua puluh menit dia sampai pada pintu gerbang yang dijaga oleh dua orang..
Salah satunya mengenali Long Chu hingga dia tidak perlu repot menunjukan lencana. "Terima kasih Kakak senior!" seru Long Chu seraya menatap dua penjaga itu. Kemudian masuk kedalam dan menemukan jalan yang sunyi untuk wilayah luar. Mempersingkat waktu dia pun menggunakan ilmu meringankan tubuhnya dan mencapai gerbang wilayah dalam dengan pendaratan yang sempurna.
Tidak ada yang mengganggunya. Dia sempat berpikir, apakah ini ketenangan sebelum badai? Long Chu langsung berjalan kedepan kediaman kecilnya dan menengok kanan dan kiri, siapa tau ada yang ingin menyerangnya. Setelah tidak ada yang ditunggu dia masuk lalu berjalan mwngitari rumah sembari mencari makanan jika ada.
Tidak menemukan apa yang dicari dia pun duduk dan masuk kedalam meditasi lagi..
Long Chu membuka mata dan menemukan silaunya mentari yang menembus diantara sela rumah "Sudah pagi ternyata" katanya sambil menguap dan mengangkat kedua tangannya untuk menggeliat.
"Lebih baik aku ke Kedai Tetua Dai saja. siapa tau dia mau latih tanding denganku sekarang. Kemarin dia menolakku karna alasan aku masih berada ditingkat Perak. Tapi sekarang dia tidak akan beralasan lagi." gumam Long Chu...
Long Chu duduk dikedai santai dengan es campur yang paling nikmat sedunia, murah sejagat raya, jika diaduk semakin nikmat..
Cukup banyak orang yang ada dikedai pagi itu. Long Chu melangkah kedapur membawa gelas besar yang terbuat dari bambu. Tapi itu sangat bersih sekali..
"Boleh aku bantu?" Long Chu bertanya.