Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 - Keahlian Memijat
"Iya. Sudah, Nek. Aku menemukan kotak berisi resep obat tradisional milikmu," kata Abas.
"Tapi kenapa kau tidak mengambilnya?" tanggap nenek.
"Nek, aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya," ungkap Abas.
"Bas, apa kau ingat nasihat yang selalu aku berikan padamu?"
"Tentu saja, Nek. Selalu hidup bersyukur dan menghargai apa yang kita miliki, karena di luar sana pasti ada orang yang lebih susah dari kita."
Senyuman lembut mengembang di wajah keriput nenek. Ia kemudian meraih kedua tangan Abas.
"Benar. Maka dari itu, aku ingin mewariskan keahlian memijatku padamu," ucap nenek.
"Apa?!" Abas kaget, karena dia tidak pernah berniat ingin mewarisi keahlian memijat yang dimiliki sang nenek. "Tapi, Nek. Aku--"
Ucapan Abas terjeda tatkala dirinya melihat tangan neneknya bersinar. Mata Abas terbelalak hebat. Apalagi saat melihat sinar itu mulai beralih masuk ke tangannya.
Lama-kelamaan sinar itu semakin menyilaukan. Sampai akhirnya mata Abas reflek terpejam. Dalam sekejap dia terbangun dari tidurnya.
Abas menarik nafasnya dalam-dalam. Ia langsung memperhatikan kedua tangannya secara bergantian. Namun kedua tangannya tampak normal seperti biasa.
"Mimpi yang aneh," gumam Abas.
Bertepatan dengan itu, Tari datang. Perempuan tersebut terlihat kelelahan. Ia juga terus menekan-nekan punggung dengan satu tangan.
"Kau sudah pulang," sambut Abas sembari mendekati Tari.
"Bukankah sudah jelas? Nih! Letakkan di lemari nomor lima." Tari justru menyodorkan tasnya pada Abas.
"Iya." Abas yang tadinya sumringah, langsung merubah raut wajah menjadi datar. Lalu segera meletakkan tas Tari ke dalam lemari koleksinya.
Tari kebetulan bekerja di perusahaan ayahnya. Dia memegang posisi wakil direktur di sana. Jadi wajar kalau misalnya Tari selalu sibuk.
Karena pekerjaan itu pula, Tari selalu merasa hebat dibanding Abas. Dia menganggap suaminya tak berguna. Karena itulah sekarang perlakuan Tari pada Abas jadi berubah drastis. Mereka bahkan tidak pernah bercinta lagi selama beberapa tahun belakangan. Itu semua terjadi begitu saja karena Tari jarang ada di rumah.
"Kau pasti kecapekan." Abas kembali mendekati Tari.
"Ya iyalah! Pundakku pegal banget," keluh Tari. Dia sudah melepas kemejanya. Hingga tampilannya sekarang tampak hanya mengenakan tank top putih. Tari lanjut menekan-nekan pundaknya.
"Kau mau aku memijatkanmu?" tawar Abas.
Tari menatap Abas. "Pijatanmu nggak enak!" tolaknya.
"Apa salahnya coba? Paling nggak pegalmu berkurang kan?" balas Abas.
"Ya sudah deh kalau begitu," sahut Tari. Meskipun begitu, wajahnya masih cemberut. Sekarang Tari hampir tidak pernah lagi tersenyum pada suaminya sendiri.
Berbeda dengan Abas. Dia selalu tersenyum dan sabar dalam menghadapi sang istri. Tak peduli seberapa besar berubahnya sikap Tari terhadapnya.
"Duduklah," pinta Abas.
Tari lalu duduk ke tepi ranjang. Dia duduk membelakangi Abas. Selanjutnya, barulah Abas berikan pijatan ke pundak perempuan tersebut. Dengan pelan tangan Abas memijat pundak Tari.
"Dimana yang pegal? Di sini?" tanya Abas.
"Sedikit ke kanan," tanggap Tari.
"Di sini?" Abas memastikan.
"Ya. Di situ. Aah... Enaknya..." Tari sangat menikmati pijatan sang suami.
"Baguslah kalau kau suka," ungkap Abas.
"Pijatanmu ternyata enak sekali. Padahal sebelumnya nggak begini," komentar Tari.
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Apa kau mau pijat punggung sekalian?" tawar Abas. Dia sebenarnya sedang modus. Karena jujur saja, Abas sudah sangat lama tidak bercinta dengan Tari, dan dia merindukan itu.
"Boleh deh." Tari setuju.
"Kalau begitu lepas semua tank top dan bramu," suruh Abas.
"Lepas baju?" Tari berpikir sejenak. Tak lama, dia melepas tank top dan branya.
Abas membulatkan mata. Dia sama sekali tak menduga Tari akan melepas seluruh pakaiannya. Sungguh, Abas sangat merindukan tubuh indah sang istri.
"Aku akan mengambil handbody biar pijatnya mudah," ujar Abas bersemangat.
kalau suka yang hot recommended nih...