Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Karyawan Baru
Tok tok tok. Pintu diketuk.
“Masuk!”
Tampak seorang wanita berusia 40 tahun masuk ke dalam ruangan Ian dengan membawa berkas di tangannya. Dia adalah manajer purchasing di perusahaan tersebut .
“Maaf mengganggu, Tuan. Ada yang perlu saya sampaikan pada Tuan.”
“Katakanlah, ada masalah apa?”
Wanita itu tampak menyodorkan sebuah berkas. Ian menerima berkas itu dan membukanya. Mata nya terbelalak saat melihat berkas yang ada di depannya. Berulang kali ia membaca dan melihat pas foto 3x4 di berkas itu.
“Emilia?” gumamnya sambil mengalihkan pandangan ke arah manajer purchasing.
“Benar, Tuan. Awalnya saya juga sangat terkejut menerima berkas karyawan baru itu. Makanya saya langsung kesini untuk memperlihatkan pada Anda, Tuan.”
“Apa dia sudah melakukan interview?”
“Belum, Tuan. Interview akan diadakan minggu depan.”
“Jangan minggu depan. Hubungi dia sekarang. Suruh dia datang menemuiku sekarang juga.”
“Baik, Tuan.”
“Ini. Pakailah telepon ini. Gunakan speaker nya. Aku mau mendengar nya langsung.”
Ian mendekat kan telepon yang ada di atas meja kerjanya kepada manajer purchasing. Ia sudah tak sabaran lagi. Tanpa buang waktu, manajer purchasing menekan nomor handphone sesuai yang tertera pada berkas si pelamar kerja.
Drrrt. Drrrt. Drrrt.
Dari balik tas selempang nya yang berwarna pink pastel handphone nya bergetar. Dilihatnya ada panggilan dengan nomor yang tak dikenal. Mungkin saja ini penting, batinnya. Apalagi dia memang sedang menunggu kabar dari beberapa perusahaan yang ia kirimi surat lamaran kerja.
“Hallo, selamat pagi.” Sapa gadis itu dengan ramah.
“Selamat pagi. Apa benar ini dengan Nona Emilia?”
“Ya benar, saya sendiri. Maaf kalau boleh tau saya berbicara dengan siapa ya?”
“Saya Bertha dari ERS-Company. Saya sudah menerima lamaran kerja anda, Nona. Bisakah anda datang ke perusahaan sekarang untuk melakukan sesi interview?”
“Ap apa? Sekarang, Bu? Tapi...saya sedang di luar saat ini dan sedang tidak memakai pakaian rapi. Bisakah saya minta waktu sekitar sejam atau dua jam lagi?”
Tiba-tiba Ian bersuara, “Maaf Nona, tidak ada waktu lagi. Anda harus datang sekarang juga. Saya tunggu 30 menit. Soal pakaian itu tidak masalah, datang saja. Yang penting anda interview dulu sekarang atau lamaran anda kami tolak.”
“Jangan Tuan, tolong jangan ditolak lamaran saya. Baiklah saya kesana sekarang.”
Setelah sambungan telepon berakhir, gadis itu bergegas memesan ojek online untuk mengantarnya ke ERS-company. Rasanya seperti tidak percaya saja tiba-tiba diminta interview mendadak. Padahal penampilannya hari ini sangat tidak mendukung.
Ia hanya mengenakan kaos putih lengan panjang, celana jeans hitam, sepatu kets putih, tas selempang berwarna pink pastel yang senada dengan topi nya. Rencananya keluar rumah untuk membeli sabun mandi dan pasta gigi malah berujung interview kerja.
Setelah melalui perjalanan yang cukup mendebarkan, sampailah ia di ERS-company. Rasanya memalukan sekali datang ke perusahaan sebesar itu dengan penampilan yang tidak rapi. Begitu sampai, sudah ada yang mengarahkan nya ke ruangan Ian di lantai paling atas.
“Permisi.” Ucapnya dibalik pintu seraya mengetuknya.
“Masuk!” sahut orang dari dalam.
Ceklek. Gadis itu membuka pintu perlahan lalu masuk ke ruangan tersebut.
Ian yang sedang menatap keluar jendela, berbalik untuk melihat seseorang yang dari tadi sudah ditunggunya. Alangkah terkejutnya dia saat melihat sosok yang ada di depannya. Sampai-sampai ia refleks mundur ke belakang satu langkah.
“No-nona? Nona Emelda?” ujarnya gugup.
“Maaf Tuan. Saya Emilia.” Jawab gadis itu pelan. Ia merasa aneh dengan ekspresi Ian yang penuh keterkejutan.
Ian berjalan mendekat bahkan mengelilingi Emilia. Tidak. Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa gadis di depannya ini begitu mirip dengan sosok tunangan atasannya. Wajah bahkan tinggi badan semua sama. Yang membedakan hanya rambutnya. Yang ini rambutnya hitam dan agak ikal.
“Bisa tolong lepaskan topi anda Nona?”
“Iya maaf Tuan.” Emilia pun melepaskan topinya.
Ian yang saat ini sudah berada di depan Emilia dapat melihat langsung setiap inchi wajah gadis itu. Bagai pinang dibelakang dua. Benar-benar mirip. Siapa gadis ini sebenarnya.
“Siapa anda sebenarnya?”
“Saya Emilia, Tuan. Emilia Agustine.”
“Tidak. Anda pasti berbohong. Bagaimana mungkin anda bisa semirip ini dengan Nona Emelda. Bahkan tadi apa anda bilang? Agustine? Nama belakang anda juga sama dengan Nona Emelda.”
Emilia tampak mengeluarkan handphone dari tas nya. Lalu membuka gallery dan menunjukan sebuah foto pada Ian.
“Jika yang anda maksud adalah Emelda yang ini, maka dia adalah kakak saya. Kami saudara kembar, Tuan.”
“Apa?”
Kenyataan macam apa lagi ini. Benar-benar sulit dipercaya. Setau Ian, Emelda sudah tidak punya orang tua bahkan saudara kandung. Lalu siapa gadis yang sangat mirip dengan nya ini. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing memikirkannya.
“Jelaskan pada saya asal usul anda Nona. Karna setau saya Nona Emelda tidak punya orang tua lagi apalagi saudara kembar.”
“Benarkah dia bilang begitu?” Emilia tampak bersedih, ia tak menyangka Emelda tidak mengakui keberadaan nya dan ibu mereka.
“Benar, Nona. Nona Emelda tidak pernah bercerita kalau dia punya saudara kembar. Untuk itu tolong jelaskan kebenarannya.”
“Baiklah. Saya akan ceritakan semuanya. Emelda adalah saudara kembar saya. Tiga tahun lalu dia meninggalkan saya dan ibu dengan alasan ingin mencari pekerjaan yang lebih baik dan merubah hidup. Dia tidak mau tinggal di kota kecil terus menerus. Tapi setelah pergi, dia tidak pernah memberi kabar sama sekali.”
Emilia berhenti sejenak. Ia nampak menghela nafas dengan berat.
“Sampai akhirnya...saya mendapat kabar bahwa dia sudah bertunangan dengan pengusaha kaya. Tapi saya merahasiakan ini pada ibu. Saya tidak mau ibu tambah sedih karna Emelda tak mengabari kami, penyakit ibu bisa tambah parah. Tak lama setelah itu saya membaca berita kecelakaan nya di koran. Saya coba menyembunyikan pada ibu tapi ternyata ibu tau juga berita itu dari tetangga. Itu membuat kondisi ibu semakin memburuk. Lalu....lalu....”
“Lalu apa Nona?”
“Ibu saya meninggal tepat sebulan yang lalu.”
“Maaf Nona. Saya turut berduka cita untuk ibu anda.”
“Tidak perlu minta maaf Tuan. Semua sudah terjadi. Setelah itu saya merasa tidak bisa berlama-lama tinggal sendiri di rumah karna akan membuat saya sedih dan merasa kehilangan. Untuk itu saya pindah ke kota ini dan mencari pekerjaan. Akhirnya sampai lah saya disini, Tuan.”
“Jadi, anda benar-benar saudara kembar Nona Emelda?”
“Iya Tuan. Saya saudara kembarnya. Maaf kalau boleh tau Tuan ini siapa? Apakah Tuan temannya?”
“Bukan. Saya asisten Tuan Adam, tunangan Nona Emelda. Dan ini adalah perusahaan milik Tuan Adam.”
“Ap-apa? Per-perusahaan....”
“Ya Nona. Ini perusahaan Tuan Adam Smith, tunangan Nona Emelda Agustine. Dan selamat Nona, anda diterima bekerja disini dengan posisi yang sesuai dengan lamaran kerja anda.”
“Ha? Diterima?”
Emilia mendadak linglung. Apa barusan termasuk interview kerja? Kenapa tiba-tiba sudah diterima saja. Bahkan Ian juga memintanya untuk mulai bekerja besok. Ian sengaja melakukannya karna tau Adam akan mulai masuk kerja lagi besok.
Yang ada di pikiran Ian adalah siapa tau dengan kedatangan Emilia yang mirip dengan Emelda dapat mengisi kekosongan di hati Adam. Tapi apa benar itu akan terjadi? Atau mungkin malah membuat nya kembali merasa kehilangan?
nana naannananaa