Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA TIGA TIGA
Benar dugaan Kinara, usai mendapatkan jatah LDR, Kinara dan Alhambra harus menghadapi Dekan Killer fakultasnya. Shakira salah satu keturunan pemilik kampus Millers corpora.
Selain keluarganya memang religius, Shakira tak bisa biarkan fakultasnya menjadi teater bagi anak play boy Sky Rain. "Kamu pikir kampus ini bioskop Bapak kamu, apa?!"
Bahkan meja pun digebrak-nya. "Maafkan kami, Miss," ucap Kinara.
"Panggil orang tua kamu!" Shakira menatap Alhambra yang lantas memelas.
"Sayang--" Alhambra tahu, Dekan bernama Shakira ini suka berondong. Lihat, bagaimana raut Shakira pada akhirnya berubah melunak.
"Bisa nggak marah-marah gitu kan?"
Shakira menghela napas, andai saja Hambra tidak tampan, dia marah sekali. "Ini untungnya kamu masih kerabat keluarga Miller, ya! Kalau enggak, aku bisa keluarin kalian dari kampus!"
Dekan satu ini memang berbeda sekali, tidak bisa dibayangkan yang menjadi jodohnya, pasti cukup tersiksa hidup dengan wanita berisik dan moody sepertinya.
Alhambra tersenyum, Kinara pun tampak lebih dari antusias. "Jadi dimaafkan, Miss?"
Shakira sudah luluh oleh panggilan Sayang Alhambra. Takut meleleh di sini, jadi lebih baik, disuruh keluar saja. "Keluar sana!"
"Terima kasih, Miss!"
Kinara mencium punggung tangan Shakira. Dan saat Alhambra ingin melakukan itu, Kinara menginjak kakinya hingga meringis.
Shakira mengibaskan tangan. "Awas ciuman di tempat umum area kampus lagi, ya! Miss Shakira tidak segan keluarkan kalian!"
"Terima kasih, Sayang." Alhambra menyengir dan Shakira tampak meleyot sepertinya.
Kinara melirik suaminya, lantas menarik play boy gila itu dari ruangan Dekan. Beruntung juga mereka selamat karena Alhambra tapi, Kinara tak suka dengan centilnya Alhambra.
Kinara menjewer telinga Alhambra, benar- benar definisi play boy gila, Alhambra bahkan masih senyum-senyum pada Shakira sambil mengudarakan kecupan jarak jauh.
"Miss Shakira sudah punya suami, Loh!"
Alhambra tergelak. Sebenarnya dia tahu Kinara cemburu. "Aku cuma menggoda, bukan mau menikahi wanita berisik itu."
Kinara diam, jutek, lalu berjalan lebih cepat dari pada sebelumnya. "Cemburu, hmm?"
Kinara memang cemburu, tapi, lebih fokus pada gatal-gatal di sekujur badannya. Belum lagi bersin yang sedari tadi mengganggunya.
Alhambra yang peka, pemuda itu mengerut kening memeriksa wajah Kinara. "Muka kamu merah begitu kenapa?"
Kinara menggaruk leher. "Nggak enak badan, kayaknya. Padahal ada rekaman audio book setelah ini."
Alhambra meraih tangan Kinara, dibawanya ke sebuah ruangan. "Kita ke klinik dulu. Lagi pula Kamu nggak akan fokus rekaman."
"Biar aku sendirian. Kamu pulang ke fakultas kamu sana!" usir Kinara.
"Aku nggak bisa biarin istri sakit sendiri."
"Ck!" Kinara tersentuh jujur saja, tapi di lain sisi, dia juga tidak nyaman dengan tatapan orang-orang di sekitarnya.
"Mau aku gendong?"
"Nggak!" Kinara bahkan tak mau gandengan seperti ini. Tapi, karena ia tahu, seorang Alhambra tidak akan pernah membiarkan tangannya menganggur makanya diam saja.
Di klinik, ada beberapa calon dokter yang sedang praktek, kebetulan kalau begitu karena, Kinara akan lebih cepat ditangani.
Alhambra menemani Kinara sejauh ini, dan dia sabar meski kesabaran bukanlah bagian dari kesukaannya. "Gimana, kondisinya? Bisa cepet nggak ngasih tahunya?!"
Perempuan berkalung stetoskop itu menghela napas. Agaknya kecemasan Alhambra berlebihan sekali baginya.
"Demam tinggi. Gatal-gatal. Muncul ruam. Dari gejalanya, mirip dengan alergi."
Sontak, Alhambra menatap Kinara yang merasa ia tertuduh. "Kamu alergi aku?"
Bukankah sebelumnya tidak, tapi setelah bertemu, Kinara menjadi alergi. Ini pasti gara-gara kebanyakan gaul sama Galang.
"Jadi ada makan apa?" Perempuan berjas putih itu bertanya kembali.
"Tidak makan, hanya pegang mawar."
"Kamu alergi mawar?" Alhambra yang lebih detil mencecarnya. Bahkan tim kesehatan klinik tidak berkesempatan menyelaminya.
"Hmm." Kinara mengangguk
Sebenarnya Kinara memang alergi serbuk sari untuk beberapa bunga khusus, dan hanya karena tidak mau mengecewakan Alhambra yang sudah cukup effort merangkai sendiri buket bunganya, dia langgar aturan tubuhnya.
"Kenapa nggak bilang, Bee?"
"Emang harus?"
Alhambra peluk Kinara, di mana semua orang yang kebetulan ada di sana harus menghela napas sabar atas pemandangan itu.
"Maaf, ya ... aku nggak tahu kalau bunga mawarku alergi bunga mawar juga." Kinara lagi-lagi tersentuh, jadi benarkan filosofi yang Galang baca dari lukisan AMR kemarin.
...\=//°°°®™©™°°°//\=...
Pukul empat sore, Kinara baru selesai dengan kegiatannya. Kali ini, Alhambra yang mengajak Kinara pulang bahkan keduanya berniat pulang ke kediaman Kinara.
Kinara masih tak mau ada uang tiga milyar di rumahnya. Biar saja Alhambra ambil lagi dan dimasukkan ke dalam rekening saja.
Seperti biasa, Alhambra duduk di kursi penumpang sementara Kinara yang ambil kendali setir. Sopir yang mengantar Alhambra pagi tadi, sudah disuruh pulang sebelumnya.
"Kasus Echy gimana?"
Alhambra ingin tahu perkembangan Miranda dan Echy. Sepertinya kasus itu masih membuat Kinara bolak-balik ke pengadilan.
"Masih bergulir."
"Maaf soal waktu itu." Alhambra meraih sebelah tangan Kinara. Dia cium lembut, dari tampilan wajahnya Alhambra menyesal.
"Aku juga minta maaf sudah buat kakimu dioperasi dua kali." Kinara sadar sekali dia gadis yang egois dan keras kepala. Dia tahu Alhambra memiliki alasan tersendiri untuk tetap tidak mengatakan kejujuran padanya.
"Okay, kita baikan."
Setelah melewati banyak kemacetan lalu lintas di sore hari, tiba juga mobil sport merah mengkilat itu di kediaman Kinara. Sekarang, rumah ini milik sah Kinara dan hanya dihuni Kinara, tidak ada Echy atau Miranda.
Alhambra turun lebih dulu, dia sudah berlari berputar hanya demi membukakan pintu untuk istrinya. Dan sialnya, Kinara justru bergeser untuk turun lewat pintu lainnya.
"Bee!!" Kinara hanya tertawa karena muka marah Alhambra menyenangkan. Ah, dia jadi rindu sticker-sticker buatan pemuda itu.
Alhambra melenggang masuk ke dalam rumah sederhana Kinara. Pandangan mulai dirotasi-kan. Tidak terlalu kecil, tapi juga tidak terlalu besar, idealnya sedang dan terawat.
Semua perabot didominasi oleh kayu, dari sofa, meja dapur, meja makan, kabinet, semuanya kayu. Dan ternyata cukup estetika meski sederhana.
Kinara meraih gelas di meja bundar, lalu mengucur air putih dari kan kaca. Dia minum separuh, lalu Alhambra yang menghabiskan sisanya dari gelas yang sama.
"Duitnya aku taru di bawah ranjang."
Alhambra tergelak seketika. "Kamu beneran nggak punya berangkas?"
"Enggak."
Kinara lantas terpejam menikmati endusan hidung runcing di keningnya. Alhambra sudah cukup lama membuat istrinya menganggur.
Agaknya setelah kaki Alhambra sembuh, Kinara tidak akan memiliki kesempatan menganggur lagi. "Aku kangen, Bee."
Kinara mendesah saat raba tangan Alhambra sampai ke dadanya. "Kamu tahu kan aku lagi datang bulan?" cegahnya.
Alhambra tertawa, lantas memeluk erat wanita itu. "Aku cuma mau peluk kamu."
Detik berikutnya bukan lagi pelukan, karena saat Alhambra menguraikan jarak, keduanya justru berpagut satu sama lain. Entahlah, ini rindu atau puncaknya, ini hasrat atau gairah, yang pasti mereka sudah cukup dewasa.
Kinara setuju saat Alhambra menanggalkan jaketnya di sela kecupan. Alhambra duduk di sofa, dan Kinara reflek melangkah di pangkuannya.
Kembali ia menyatukan bibir, sampai Alhambra mulai pusing. "Bee, tunggu--"
"Kenapa?"
Alhambra tertawa lirih, wajahnya memerah, seperti menahan sesuatu. "Kamu pasti ngerasain kan?"
Kinara paham apa yang Alhambra bicarakan, dia juga merasakan ketegangan yang dia duduki saat ini. Tapi bukannya kasihan, Kinara justru menghantam milik lelaki itu dengan menghentakkan duduknya.
"Sshit!" Alhambra meringis. Kinara tidak akan melanjutkannya karena tidak mau kebablasan sebelum selesai haid.
Alhambra mendongak bersandar di kepala sofa, tangannya mengusap tipis resleting celananya. "Sabar Sayang, kita akan lakukan yang paling ekstrim setelah Bee sembuh."
Kinara tertawa melihat kelakuan konyol Alhambra. "Jadi kamu tahu bahasa ular?!"
"Jangan sembarangan. Ini ular juga bakal bikin kamu merem melek, Bee." Pemuda itu mendesah sekedar mendinginkan hasratnya.
Kinara duduk di sofa saat kebetulan Alhambra berdiri. Memang dasar otak Alhambra sedang korslet, Alhambra membayangkan posisi yang sekarang.
"Posisinya pas. Kayaknya kamu bisa bantuin aku pake posisi yang ini." Alhambra terkikik mendapat teriakan Kinara. "Mesum!!"
...Visual Depa Rocky sudah ada di IGeh....
seru2 masalah kalian...