Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 16
Di tengah perjalanan pulang, Baby terus memandang Afika yang duduk tepat di sampingnya, sehingga membuat Afika mulai merasa risih dengan tatapan mata Baby.
"Ada apa? Kenapa kau terus melihatku?" Tanya Afika. Dan bukannya menjawab, Baby malah berbicara pada Nadi yang saat ini sedang mengemudi mobil.
"Nadi, kita mampir ke mall dulu. Aku ingin merubah sesuatu."
"Baik nona." Nadi menurut dan memutar setir mobilnya menuju tempat yang di perintahkan oleh Baby.
"Aneh!" Batin Afika saat melihat Baby yang saat ini sudah tidak memperhatikan dirinya. Kini Baby sedang sibuk menatap layar ponselnya dan sesekali tertawa. Entah apa yang ia lihat di sana, yang jelas Afika tidak tertarik sama sekali. Justru Afika sudah merasa legah, karena setidaknya Baby sudah tidak melihat dirinya.
"Ingat jangan perbah mencoba kabur dariku. Kau dalam pengawasanku." Kata Baby sambil menatap tajam Afika dengan mata yang membulat. Afika hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Nadi ikut kami, dan awasi terus Afika."
"Lebih baik kau ikat saja tanganku biar aku tidak kabur." Kata Afika hingga membuat Baby terdiam sejenak.
"Benar sekali." Ucap Baby lalu meminta tali pada Nadi agar bisa di ikatkan dengan Afika. Dan benar saja tangan Afika di ikat dengan tangannya agad Afika tidak bisa meloloskan diri darinya. Keduanya jalan beriringan, namun beberapa saat kemudian kini Baby mulai merasa risih karena semua mata tertujun pada mereka. Bahkan ada sebagian orang-orang menertawakan mereka.
"Ayo cepat jalan." Ucap Baby
Hingga keduanya telah sampai ke salon yang berada di dalam mall. Salon tempat Baby selalu melakukan perawatan.
"Selamat datang nona Baby. Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya pemilik salon.
"Ubah dia secantik mungkin. Tapi ingat! Jangan sampai mengalahkan kecantikanku."
Pemilik salon melihat gadis yang berada di sebelah Baby yang tangannya terikat dengan tangan Baby. "Baik nona."
Setelah berkata seperti itu pemilik salon langsung dengan cekatan memulai pekerjaannya. Afika merasa risih karena baru pertama kali dalam hidupnya masuk ke dalam salon dan melakukan perawatan.
Hingga dua jam lebih, kini perawatan yang di lakukan Baby dan Afika telah usai. Baby menatap Afika yang jauh berbeda dari sebelumnya. Wanita yang ada di hadapannya kini telah menjadi lebih cantik, dan bahkan kecantikan Afika mengalahkan kecantikan dirinya. Baby cemburu, tapi Baby masih bisa menahan semuanya. Baby sengaja membuat Afika bertampilan berbeda agar Afika sadar, secantik apa pun dirinya pasti Adrian tidak akan melirik Afika sama sekali.
"Baiklah, sekarang kita pulang."
••••
Malam ini Adrian kembali meminum alkohol untuk membuat dirinya bisa tenang agar bisa melupakan Inggrid wanita yang sangat ia cintai. Sama seperti malam yang kemarin-kemarin. Saat Adrian minum yang berlebihan maka Adrian akan muntah dan kehilangan kesadarannya. Dan saat itu semua terjadi, seperti biasa Afika masuk ke dalam kamar membereskan semua apa yang Adrian lalukan. Membersihkan muntah Adrian, membawa Adrian ke tempat tidur dan juga, membersihkan tubuh Adrian hingga mengganti baju Adrian. Sudah beberapa hari ini, Afika melakukan tugasnya. Dan Afika kini sudah mulai terbiasa dengan pekerjaannya.
"Jangan pergi." Kali ini Adrian kembali menarik tangan Afika. "Jangan tinggalkan aku." Afika lalu duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangan Adrian dan menatap wajah Adrian yang sudah tertidur.
"Kasihan sekali kau Adrian." Ucap Afika dan terus menatap wajah Adrian, hingga tanpa sadar tangan Afika refleks mengusap wajah Adrian. "Seberapa cintanya kau dengan wanita itu sampai kau merusak dirimu sendiri Adrian."
"Jangan pergi." Gumam Adrian kembali lalu menggeliat dan menarik tubuh Afika, hingga membuat Afika kini berbaring di atas tubuh Adrian. Afika berusaha melepaskan dirinya, namun tetap saja seperti hari-hari kemarin. Semakin Afika berusaha maka semakin erat pula Adrian memeluk tubuhnya. "Aku mencintaimu Inggrid." Gumam Adrian dengan mata yang kini sudah terbuka. Adrian memutar tubuhnya dan membuat Afika kini berada di bawah tubuhnya.
"Adrian lepaskan! Lepaskan aku Adrian. Aku Afika buka Inggrid." Teriak Afika sambil menggeliatkan tubuhnya mencoba melepaskan dirinya. Namun bukannya terlepas, Adrian justru langsung membungkam bibir Afika dengan bibirnya. Afika yang tidak terima kembali menggigit bibit Adrian. Hingga Adrian kini tersadar karena rasa sakit.
"Jangan sentuh aku." Ucap Afika saat setelah turun dari tempat tidur. Adrian menatap tajam pada Afika, saat setelah menyeka bibirnya yang kali ini kembali terluka oleh perbuatan Afika.
Perlahan Adrian berjalan mendekati Afika, membuat Afika berjalan mundur. Namun langkah Afika terhenti kala tubuh belakangnya telah bersentuhan dengan dinding.
"Adrian, jangan pernah coba menyentuhku." Kata Afika sambil menggelengkan kepalanya. Lalu Afika melihat ke arah pintu dan mencoba untuk lari, namun Adrian langsung menarik tubuh Afika dan menghempaskan ke tempat tidur. Kemudian Adrian mengunci pintu kamarnya.
Afika mengambil bantar dan di lemparkan satu persatu ke arah Adrian. Tapi tetap saja Adrian tidak bergeming, ia tetap saja mendekati Afika. Tatapan mata Adrian seperti tatapan yang seeokor singa yang siap mencabik-cabik mangsanya.
Afika mencoba turun dari tempat tidur namun kaki nya di tari oleh Adrian.
"Lepaskan!" Teriak Afika, dan kin Adrian sudah berada tepat di ataa tubuh Afika. "Kumohon lepaskan aku Adrian."
Tanpa banyak kata, Adrian kembali ******* bibir ranum Afika. Bibir yang entah sejak kapan mulai membuat Adrian kecanduan.
"Lepaskan!" Kata Afika setelah tautan bibir Adrian terlepas.
Namun bukannya melepas kan tubuh Afika, justru Adrian melepaskan bajunya dan menyentak baju Afika hingga membuat tubuh baju yang Afika kenakan sobek di bagian dada. Gunung kembar Afika kini mulai muncul, untung saja masih ada satu penghalang lagi. Tapi, dengan sekali gerakan penghalang gunung kembar Afika kini sudah tidak ada lagi.
"Adrian.. Hikksss, Hikkkksss, Hikkksss, tolong lepaskan aku." Ucap Afika di sela tangisnya. Afika menangis ia takut apa yang telah ia jaga selama ini akan di rebut paksa oleh pria yang sangat membencinya dan tentunya pria yang juga Afika benci.
Afika menutup kedua gunung kembarnya dengan kedua tangannya.
Adrian tersenyum tipis.
"Tolong lepaskan aku. Apa pun yang kau minta aku berikan, tapi lepaskan aku Adrian."
Adrian menarik kedua tangan Afika meletakkan di atas kepala Afika, dan dengan sangat lihainya Adrian bermain di kedua gunung kembar milik Afika. Dengan rakusnya Adrian mengesap bergantian gunung kembar Afika.
Kini Afika terus saja menangis, karena perlawanan yang ia berikan tetap saja tidak bisa mengalahkan kekuatan dari Adrian.
"Ya Robb, aku pasrahkan semuanya padamu." Batin Afika dengan air mata yang terus membasahi pipi mulusnya.
"Aaahhhhhh." Teriak Afika saat sesuatu telah menyentuh dan masuk ke dalam inti bagian bawahnya.
Adrian terus bergerak maju dan mundur menikmati permainan tanpa sedikit merasa bersalah sama sekali. Afika terus menangis namun Adrian tidak memperdulikan, Adrian justru menikmati mainannya hingga sesuatu yang ada di dalam dirinya meminta untuk segera di keluarkan.
Gerakan maju mundur semakin cepat, hingga beberapa saat kemudian.
"Aaahhhhh." Adrian teriak Adrian saat cairan miliknya keluar membasahi seluruh rongga inti dalam milik Afika.
Setelah melakukan hal demikian Adrian yang tanpa rasa bersalah sama sekali langsung berbaring dan memejamkan matanya tepat di samping Afika. Tanpa memperdulikan Afika yang terus terisak di sampingnya.