Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WANITA ITU MEREPOTKAN
Axton tak bisa memejamkan matanya. Masih terbayang saat ia makan malam dan tiba tiba mencium wangi yang ntah berasal dari mana.
Apa dia ada di sini? - Axton terus membolak balik tubuhnya, berharap ia bisa segera terlelap.
Sementara itu, di dalam kamar hotelnya, Jeanette berbaring di atas tempat tidurmya setelah ia selesai makan malam dan membersihkan diri. Ia membuka ponselnya dan sempat tertawa mengejek dirinya sendiri karena tak ada satupun panggilan dari kedua orang tuanya.
Ia mulai membuka media sosial miliknya. Ia menghapus satu persatu semua kebersamaannya dengan Hansen, sejak mereka menjadi sahabat. Saat ia selesai, ia mulai melihat postingan teman temannya. Matanya membulat ketika melihat wajah seorang pria yang ia kenal. Seketika jantungnya berdetak dengan cepat.
George Orlando, seorang bangsawan Inggris, bekerja sama dengan Axton Brave Williams, pemimpin Williams Coorp. Mereka akan bekerja dalam proyek perluasan rumah sakit di Kota Berlin dan Kota London, yang akan didedikasikan untuk para penderita kanker dan juga masyarakat kurang mampu. Hari ini, mereka menandatangani kerja sama dan disaksikan oleh berjuta pasang mata yang sungguh berharap proyek ini segera terealisasi.
Axton Williams, menjadi pria single yang sangat diminati oleh para wanita saat ini. Namun sayang sekali, pria ini sangat dikenal sebagai pria yang anti akan pernikanan. Jadi, maaf jika kalian kecewa sebelum mencoba.
Jeanette mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas nakas. Ia berbaring menyamping dan memejamkan matanya. Ia menghela nafasnya pelan dan pikirannya terasa begitu berat.
Jeanette memegang perutnya, "Tenanglah, sayang. Kamu masih punya Mommy."
*****
Kediaman Keluarga Archer telah dihias sejak semalam. Hari ini, mereka akan mengadakan acara pernikanan antara Hansen Daniel dengan putri mereka Jesslyn Archer.
Jesslyn sudah dirias sejak pagi agar penampilannya hari ini bisa memukau semua tamu. Kedua orang tuanya pun turut berbahagia dengan kebahagiaan putri mereka.
Acara pengucapan janji pernikahan akan diadakan di taman belakang kediaman Keluarga Archer, sementara resepsi akan diadakan di sebuah hotel bintang 5. Persiapan pernikahan terlihat begitu cepat, hal itu karena memang Hansen dan Jesslyn sudah mempersiapkannya sebulan yang lalu, saat ia tahu bahwa ia tengah mengandung anak dari Hansen.
Jeanette menatap rumah kedua orang tuanya dengan tidak percaya. Ya, setelah ia berpikir semalaman, ia memutuskan akan menerima keputusan kedua orang tuanya. Ia tidak ingin hubungannya dengan Dad Marcello dan Mom Gemma menjadi rusak hanya karena hal ini.
Jeanette yang membawa koper, meletakkan koper itu di ruang petugas keamanan karena melihat bahwa para pelayan sedang sibuk dan sudah banyak kursi disiapkan. Jeanette masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke arah kamar tidur kedua orang tuanya. Kebetulan sekali kamar tidak rapat, itu berarti mereka ada di dalam.
"Apa kamu tak akan menghubunginya?" tanya Dad Marcello.
"Nanti saja. Aku akan menghubunginya setelah pernikahan Jesslyn selesai. Aku tak mau ia datang dan mengacaukannya," jawab Mom Gemma.
"Aku yakin ia tak akan melakukannya. Kamu tahu bagaimana Jean, kan?"
"Aku tahu, tapi ... Kemarin saja emosinya meluap luap. Bagaimana jika itu terjadi lagi hari ini? Aku memang merawatnya dengan didikan yang sesuai dengan kemauanku, tapi bagaimana jika kedua orang tua kandungnya adalah orang yang tidak benar. Bukankah ia akan memiliki sifat sepertu mereka? Aku tak mau ambil resiko," kata Mom Gemma.
Deggg
Jeanette kembali memegang dadanya dan meremasnya. Satu kenyataan lagi ia ketahui. Ternyata, ia bukanlah putri kandung dari Keluarga Archer. Apa karena itu mereka tak mempedulikan perasaannya kemarin dan hanya membela Jesslyn?
Dad Marcello dan Mom Gemma yang telah selesai berpakaian untuk acara pernikahan Jesslyn pun keluar dari kamar.
"Jean?" ucap Dad Marcello saat melihat Jeanette yang berdiri di depan pintu. Dad Marcello melihat muliran air mata di pipi putrinya itu dan mulai mendekat. Namun Jean justru memundurkan tubuhnya.
"K-kamu mendengar semua yang kami bicarakan?" tanya Dad Marcello saat melihat perubahan raut wajah Jeanette.
"Biarkan dia tahu, dia sudah dewasa. Kita tidak bisa menyimpan hal itu terus menerus. Oleh karena itu juga, ia seharusnya mulai tahu bagaimana cara menempatkan dirinya di keluarga ini," ucap Mom Gemma, yang kemudian berlalu dari sana menuju ke kamar tidur Jesslyn untuk memeriksa putrinya.
"Maaf. Aku hanya ingin pamit. Terima kasih atas semuanya. Suatu saat nanti aku akan membalas semua kebaikan kalian yang telah merawatku," Jeanette menundukkan sedikit kepalanya kemudian berbalik. Ia akan segera keluar dari kediaman Keluarga Archer. Ia bahkan tak sanggup lagi melihat wajah kedua orang tuanya.
"Jean!" Dad Marcello berusaha memanggil putrinya itu. Namun sayang, Jean sudah keluar dengan cepat dan tak terlihat lagi.
Maafkan, Dad. Kami harus memilih dan kami tak bisa melihat kesedihan Jesslyn. Ia adalah satu satunya putri kami yang sudah kami tunggu bertahun tahun dan kami tak akan mengecewakannya. Maaf karena tak bisa menjadi orang tua yang baik untukmu. - Dad Marcello berdiri di pintu dan melihat ke arah luar.
**
Jeanette memukul dadanya sendiri untuk menghilangkan sesak yang seakan memenuhi dadanya saat ini. Air mata seakan tak mau berhenti mengalir hingga terus menunduk.
"Anda mau ke mana, Miss?" tanya supir taksi itu.
"Bandara."
Ya, Jeanette merasa semua yang ada di Kota Berlin kini hanya menyisakan kenangan dan kepahitan dalam dirinya. Tak ada yang membuatnya ingin tinggal lebih lama di sana. Hanya saja ia belum tahu ke mana ia akan pergi.
Sementara itu di bandara, Axton yang semalaman tak bisa tidur pun memutuskan untuk berangkat ke bandara lebih cepat. Ia akan sarapan di sana sambil minum kopi, untuk menghilangkan kantuknya yang justru baru muncul sekarang ini.
Ponsel Axton berbunyi dan tertera nama Dad Azka di sana. Ia pun segera mengangkatnya.
"Halo, Dad."
"Kamu di mana, Brave?"
"Aku di bandara. Ada apa Dad?"
"Tadinya Dad ingin memintamu untuk datang ke acara pernikahan putrinya Uncle Cello. Tapi kalau kamu sudah di bandara, tidak perlu. Nanti Dad saja yang ke sana minggu depan bersama Mom."
"Baiklah kalau begitu, Dad."
"Safe flight, Brave."
"Thanks, Dad."
*****
Jeanette menggunakan kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sembab karena terlalu banyak menangis. Ia duduk di sebuah cafe sambil menikmati secangkir teh hangat.
Ia membuka jadwal penerbangan hari ini dan melihat satu persatu tujuan di dalam selembar kertas yang ia minta di bagian resepsionis tadi. Jeanette juga menggulung rambutnya dan menutupinya dengan topi.
Saat sedang menyesap cangkir teh miliknya, tubuhnya bergetar saat mendengar seseorang berbicara di dekatnya.
"Tuan Ax, apa berita ini perlu kututup?" Tanya Zero.
"Berita apa?" tanya Axton.
"Berita bahwa anda adalah pria anti pernikahan."
Axton tersenyum, "Biarkan saja. Lagipula apa yang mereka katakan adalah benar. Aku tak akan menikah karena bagiku wanita itu merepotkan!"
🧡 🧡 🧡