S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. SEMANGAT BERJUANG
"Huh, akhirnya selesai juga." Elmira langsung menjatuhkan tubuhnya terduduk di sofa. Ia menyeka keringat di keningnya menggunakan punggung tangan. Lelah juga membersihkan rumah yang tidak seberapa besar itu, karena begitu berdebu dan banyak sarang laba-laba yang menempel di sekitar dinding.
Tok... Tok... Tok...
Ketukan dibalik pintu rumah membuat Elmira terkesiap, ia baru saja kembali tapi sudah ada yang bertamu. Dengan segera ia beranjak untuk membuka pintu, mungkin salah satu tetangganya yang datang berkunjung.
Namun, ketika membuka pintu, Elmira mengerutkan keningnya melihat sosok wanita setengah baya yang tidak ia kenali berdiri didepannya dengan membawa tas pakaian yang cukup besar.
"Apa benar ini rumahnya Mbak Elmira?"
"Iya, saya sendiri. Ada apa ya, Bu?" Tanya Elmira.
"Perkenalkan, saya Sri Rahayu, panggil saja Bu Sri." Ujarnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya pada Elmira.
Elmira menyambut uluran tangan itu dengan ekspresi bingung. Dari mana bu Sri bisa tahu alamat dan namanya.
"Mbak pasti bingung. Kedatangan saya kesini untuk bekerja." Ujarnya menjelaskan.
Elmira terperangah. Saat tinggal di rumah Ramon saja yang sangat besar ia tidak membutuhkan asisten rumah tangga, apalagi dirumahnya yang tidak seberapa besar ini.
"Tapi maaf, Bu. Saya tidak sedang mencari pekerja." Ujar Elmira dengan hati-hati.
Bu Sri tersenyum, "Saya diutus oleh Pak Farzan untuk bekerja disini. Em, lebih tepatnya untuk menemani Mbak disini." Ujarnya.
Dan kali ini Elmira benar-benar terkejut. Kenapa bosnya itu mengirim orang untuk bekerja dirumahnya. Ia sama sekali tidak membutuhkan pekerja. Ia harus menemui pria itu dan meminta penjelasannya.
"Mbak, bisa tunjukkan kamar saya? Saya harus menaruh barang-barang saya, dan setelah itu akan langsung mulai bekerja."
Elmira terkesiap. Ia mempersilakan bu Sri untuk masuk dengan ekspresi yang masih bingung.
"Ini kamar orangtuaku, Bu Sri bisa tempati kamar ini. Dan sebaiknya Bu Sri istirahat saja. Kebetulan aku baru saja selesai membersihkan rumah."
Bu Sri masuk ke kamar itu untuk menyimpan tasnya, kemudian ia kembali keluar menghampiri Elmira. "Kalau begitu sekarang saya yang akan memasak. Katanya Mbak baru pindah kesini, pasti belum sempat masak kan?"
Elmira mengangguk, bahkan sejak tiba ia belum meminum sedikit pun air. "Tapi disini tidak ada bahan masakan, Bu."
"Tadi saya lihat, didepan sana ada kedai sayur. Saya akan pergi berbelanja sebentar. Mbak Mira istirahat saja, pasti lelah sehabis membersihkan rumah."
"Terimakasih, Bu. Tunggu sebentar, aku ambilkan uangnya dulu." Elmira berbalik hendak ke kamarnya, namun bu Sri mencegahnya.
"Gak usah, Mbak. Tadi Pak Farzan juga kasih saya uang untuk membeli bahan masakan, dia tahu kalau di rumah ini tidak ada bahan masakan karena Mbak Mira baru saja pindah ke sini. Dan satu lagi, pak Farzan juga bilang kalau Mbak Mira sedang kurang sehat. Jadi harus banyak-banyak istirahat. Untuk semua pekerjaan rumah dan lainnya biar saya yang mengerjakan."
Elmira hanya bisa menghela nafas, entah kenapa bosnya itu sangat baik padanya.
Bu sri pun bergegas pergi menuju kedai sayur, meninggalkan Elmira yang nampak bengong.
"Aku harus menemui Pak Farzan. Dia tidak boleh seperti ini." Gumam Elmira sambil berjalan menuju kamarnya.
.
.
.
"Oh jadi sekretarismu itu, adalah gadis kecil yang kau berikan hadiah kalung waktu itu?" Ujar papa Farhan setelah beberapa saat terdiam mencerna cerita putranya tentang Elmira.
Farzan mengangguk pelan, sedang mama Zana masih nampak frustasi.
"Tapi, By. Dia itu sudah jadi istri orang. Apa gak ada perempuan lain sih, kenapa harus sukanya sama istri orang?" Mama Zana tak henti memijat pelipisnya.
"Tapi dia sudah ditalak sama suaminya, Ma. Dan mereka tinggal meresmikan perceraiannya di pengadilan."
Mama Zana langsung melempar tatapan membola. "Tuh kan, pasti itu gara-gara kamu yang udah gangguin rumah tangga mereka, iya kan?" Kali ini mama Zana tak lagi memijat pelipisnya, melainkan mengacak-acak rambutnya yang selalu rapi dengan sanggul. Tidak habis pikir dengan perbuatan putranya.
"Duh, enggak gitu juga kali Ma. Aku tuh memang suka dari dulu sama Elmira tapi aku gak pernah ada niat buat gangguin rumah tangga dia. Tapi setelah tahu dia dikhianati suaminya, niat itupun akhirnya timbul. Kalau tahu bakal begini kejadiannya, aku gak akan biarin El menikah dengan laki-laki itu." Farzan akhirnya berbicara jujur. Rasanya percuma ia menutupi lagi.
"Dikhianati?" Tanya mama Zana dan papa Farhan serentak.
"Iya Ma, Pa. Suaminya Elmira nikah lagi. Dan parahnya dia KDRT, makanya sejak kemarin aku di rumah sakit nemenin dia. Elmira sampai terkena hipotermia. Keterlaluan kan!?" Farzan berdecak kesal usai mengatakan itu. Jika diberi kesempatan bertemu Ramon lagi, ia akan membalas perbuatan pria itu yang telah dengan berani memberi luka ditubuh Elmira.
"Kasihan juga dia." Mama Zana membuang nafas, tapi tidak merasa lega. Ada sesuatu yang mengganjal dihatinya. Dan kali ini tentang Elmira, malang sekali nasib wanita itu.
"Dimana Elmira sekarang?" Tanya papa Farhan.
"El pulang kerumahnya, Pa. Dan aku juga sudah sewa jasa art buat nemenin dia. Kasihan kalau sendirian."
Mama Zana langsung melirik putranya, segitu perhatiannya Farzan pada wanita itu. Sampai-sampai menyewa jasa art untuk Elmira. Tidak pernah ia melihat putranya itu begitu perhatian terhadap wanita, dengannya dan Fiona saja tidak berlebihan seperti itu. Sebesar itukah cinta putranya terhadap wanita yang bernama Elmira itu.
"Kenapa Elmira sendirian, kemana orangtuanya?" Tanya papa Farhan lagi.
"Orang tua El sudah meninggal lama, Pa. Keluarga pun dia tidak punya. El hanya hidup sebatang kara." Jawab Farzan dengan lirih. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk segera memboyong Elmira kedalam kehidupannya, meratukan wanita itu dan memberinya kebahagiaan yang tiada tara.
Sesaat menjadi hening, baik Farzan maupun kedua orangtuanya larut dalam memikirkan Elmira.
"Jadi gimana Pa, Ma. Apa kalian merestui?"
"Merestui apa? Merestui kamu jadi pebinor? Ada-ada aja kamu, Farzan!" Mama Zana menggeleng-gelengkan kepalanya. Iapun merapikan kembali sanggulnya yang berantakan akibat ulahnya sendiri.
"Tapi kan Ma, sebentar lagi dia udah jadi janda." Farzan menatap dengan memohon.
"Gak semudah itu Farzan. Kamu masih harus menunggu sampai masa iddahnya selesai. Dan setelah itu, iya kalau Elmira mau membuka hatinya lagi untuk laki-laki lain setelah disakiti. Kalau enggak, kamu bisa apa?"
"Yang terpenting Mama dan Papa memberi restu terlebih dahulu. Soal meluluhkan hati Elmira, aku punya cara sendiri." Farzan dengan begitu percaya dirinya.
"Terserah kamu, kalau ditolak jangan nangis!" Mama Zana beranjak pergi dari tempat itu. Ia masih tidak habis pikir dengan putranya.
"Semangat berjuang, Nak." Papa Farhan menepuk pundak putranya, kemudian bergegas menyusul istrinya.
"Lihat saja, aku pasti bisa meluluhkan hati El.'' ucap Farzan sambil menatap langkah kedua orangtuanya yang kian menjauh. Restu dari orangtuanya lah yang akan membuatnya semangat memperjuangkan cinta Elmira.
dah sampe di penghujung saja...
terimakasih sudah menyajikan cerita yg baik, banyak pelajaran hidup dlm berumah tangga dan cinta yg sebenarnya....,Teruslah berkarya tetap semangat ...
💖💖💖💪💪💪