Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Shima terperangah, dia melihat semuanya dan sekarang sadar, ternyata bibinya adalah ibu tiri Karina.
Saat itu, Deril sudah berdiri di pintu, tubuhnya yang tinggi seolah memenuhi area itu. Jika dia masih berdiri di sana, maka tidak ada orang yang bisa lewat. Aura yang terpancar dari tubuhnya seolah mengalahkan cahaya luar yang masuk melalui celahnya.
Sekilas dia seperti seorang penguasa yang membawa pedang di tangan kanan dan kirinya. Dia terkesan begitu mendominasi dan menatap Shima dengan tatapan tidak percaya.
Kenapa dia ada di sini?
Tak lama setelah itu, terdengar suara teriakan seorang perempuan dari dalam.
“Tante Erin! Apa Deril sudah datang?” Itu suara Karina.
“Ya!” jawab Erin, seraya duduk kembali di kursinya.
Karina berlari ke ruang tamu dan terkejut saat melihat Shima sedang menggendong anaknya.
Begitu pula dengan Shima, sepagi ini dia sudah disuguhi adegan yang mengguncang hatinya. Dia ingin lari, tapi apa yang dicarinya hingga datang ke sana belum berhasil dia dapatkan.
“Kenapa kamu ada di sini? Bawa ke sini anakku!” kata Karina, sambil mengambil Freya dari pelukan Shima secara paksa. Wajahnya menunjukkan rasa benci dan tidak suka.
Shima melepaskan Freya yang direnggut oleh Karina dari pelukannya. Padahal, anak itu masih memeluk lehernya erat. Dia hanya membeku di tempatnya.
Kemudian Karina mendekati Deril, pria itu masih berdiri di pintu masuk dan tidak lepas menatap Shima.
Deril sama sekali tidak menyangka melihat Shima di rumah ibu tiri Karina. Kemarin, setelah pulang dari toko perhiasan, dia mengantar Karina yang ingin menginap di rumah ayahnya. Namun, hari ini saat Karina memintanya datang, justru akan melihat pemandangan yang mengharukan. Deril melihat Shima memeluk keponakannya.
Itu manis sekali di matanya.
“Deril, apa kamu datang ke sini sama dia?” kata Karina, sambil menunjuk Shima.
Deril menggelengkan kepalanya seraya memasukkan tangan ke saku celana.
“Dia sudah duluan datang ke sini!” katanya ketus.
Shima memalingkan pandangan demi menyaksikan kehangatan antara suami dan kakak iparnya itu. Mereka mirip sekali dengan suami istri sungguhan. Dia mendekati Erin.
“Tante Erin, bagaimana menurutmu? Aku bisa meminjam –“
“Oh! Apa kamu datang ke sini untuk meminjam uang, Shima? Oh iya, apa kamu mengenal Tante Erin?” kata Karina sambil mendekati Shima dan menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Aku –“
“Rupanya kamu berani sekali ya, datang ke sini?” kata Karina lagi, dia menghina secara terang-terangan.
Dia tahu kedatangan Shima ke rumahnya dan menguping pembicaraan ibu tirinya dari balik pintu. Lalu, memanggil Deril dan mempermalukan Shima untuk yang kesekian kalinya.
“Karina, apa kalian saling kenal? Deril, apa kamu juga kenal dengan Shima?” Erin bertanya heran. Dia melihat interaksi antara Shima dan Deril agak sedikit berbeda. Tatapan mata mereka, seperti orang yang punya hubungan dekat saja.
Erin berpikir kalau Shima kenal dengan Karina itu wajar, karena wanita itu adalah seorang model ternama. Dia sering memperagakan busana di manca negara. Akan tetapi Deril, bagaimana bisa Shima mengenal pria terkaya di Surala itu?
Deril pria yang rendah hati hingga, jarang tampil di tempat umum. Keberadaannya selalu eksklusif dan dikelilingi oleh orang tertentu saja. Dia hanya bisa dijangkau kalangan atas, meskipun sangat terkenal di kota.
Pria itu selalu diperhitungkan kekuatannya dalam hal finansial maupun kemampuan di dunia bisnis. Sementara perusahaan Wisra sudah hancur, lalu bagaimana bisa Shima dekat dengan Deril?
Namun, interaksi dan tatapan mereka menunjukkan sebuah hubungan yang tidak biasa. Antara Shima dan Deril, tidak mungkin mereka ...
“Ya! Siapa yang gak kenal sama Deril, Tante! Dia tampan dan banyak dipuja wanita, kemampuannya bukan hanya di bidang bisnis dan keuangan, tapi juga soal perempuan!” kata Shima, bermaksud menyindir mantan suaminya.
“Oh! Apa Tante Erin itu tantemu juga, Shima?” kata Karina sambil meletakkan Freya di kursi mainan.
Karina tidak akrab dengan Erin, tapi tetap baik dan menerima kehadirannya. Ayahnya menyukai Erin, dan takut ayahnya marah kalau dia menyakitinya. Lagi pula, Erin sudah banyak berjasa, menggantikan peran ibu yang sudah tiada. Namun, mengetahui kenyataan bahwa Erin tantenya Shima, sikapnya berubah ketus.
Freya kembali menangis dan Deril menggendongnya. Pemandangan itu terlihat begitu mengharukan. Seorang pria tampan yang berpakaian rapi serta berwibawa, mau menggendong seorang bayi dengan penuh kelembutan.
Hati Shima semakin sakit saat melihatnya karena dia teringat akan anaknya. Janin itu hilang saat masih berupa gumpalan darah. Kalau saja dia masih hidup, maka dia tidak akan terlalu sedih.
“Ya! Shima itu anak kakakku! Oh ya, Deril, apa kamu punya hubungan dengan Shima?” tiba-tiba Erin penasaran, dia tahu identitas Deril dan melihat bagaimana tatapan keduanya saat baru datang.
“Oh!” gumam Karina sambil melipat kedua tangannya di depan dada, tersungging senyum mengejek di bibirnya.
Pantas saja dia ke rumah Erin, karena mau meminjam uang!
“Aku memang kenal Shima, tapi aku gak punya hubungan apa pun sama dia!” kata Deril, suaranya datar, tidak menunjukkan emosi yang berarti.
“Oh, jadi begitu? Kita memang bukan apa-apa lagi?” Shima berkata demi menyindir Deril yang seperti menganggapnya udara yang tidak terlihat di sekitarnya.
“Ya! Salah sendiri kamu minta cerai dariku!” sahut Deril, yang jelas-jelas menunjukkan permusuhan dan tidak rela Shima meminta cerai darinya.
“Kalau aku gak minta cerai, terus kamu mau nikah lagi sama Karina? Kamu mau poligami, begitu? Maaf ya! Aku gak mau!” Shima berkata sambil membuka tasnya.
Deril diam, dia tidak bermaksud seperti itu, Shima sudah salah paham.
Suasana mendadak panas, dua orang itu membuka pertengkaran di rumah orang. Namun, itu ungkapan kekecewaan Shima yang sudah sampai pada ujungnya.
Dia benar-benar tak punya harapan lagi.
Ucapan Deril terkesan negatif.
Shima menemukan benda yang dicarinya dari dalam tas. Lalu, mengeluarkan kotak cincin yang kemarin hampir dijualnya.
“Jadi, kamu pikir itu salahku karena meminta cerai padamu?” katanya sambil melemparkan kotak perhiasan itu ke arah Deril dan mengenai perutnya. Benda itu bergulir ke lantai hingga terbuka dan mengeluarkan isinya.
Deril cincin kawin Shima di sana, dia mengepalkan tangan dan menahan amarahnya dalam diam, sedangkan Freya masih berada dalam pelukannya.
“Baiklah! Gak apa-apa, Pak Deril, toh, aku sudah terlanjur buruk di matamu! Kalau begitu, sekarang juga aku tunggu kamu di kantor KUA!”
Setelah berkata seperti itu, Shima segera keluar rumah Erin dengan berlari. Dia melupakan tujuan awalnya datang ke rumah bibinya.
Erin, yang melihat kelakuan Shima dan semua yang dia saksikan barusan, menjadi terheran-heran. Dia baru menyadari kenyataan bahwa, Deril sudah pernah menikah, dan mantan istrinya adalah Shima.
Ini sedikit tidak masuk akal. Apa yang membuat dua orang itu bercerai?
Deril adalah pria berharga yang bisa diibaratkan seperti permata langka. Seharusnya Shima, yang membutuhkan uang itu, tidak buru-buru menceraikannya.
Pikiran Erin menegang dan mengeluarkan banyak dugaan, bahwa, kemungkinan Karina seperti duri dalam daging pada pernikahan keponakannya.
Erin ingat saat anaknya menikah dengan Ganiarta dahulu, dia tidak tahu karena dua orang itu melakukannya secara diam-diam.
Dia tidak tahu persis siapa keluarga besar Ganiarta. Menantunya itu hanya orang biasa saja. Dia bekerja sebagai pemilik restoran kecil di kota Bima negara Hanara.
Identitas Ganiarta baru terungkap setelah pria itu meninggal dunia. Dia melihat sendiri bagaimana Deril bersikap seperti keluarga bangsawan pada umumnya. Pria itu juga berjanji di depan mayat Ganiarta, akan menjaga Karina dan anaknya seperti menjaga keluarganya sendiri.
Sementara itu, Shima sudah menemukan toilet umum. Sejak tadi dia sebenarnya ingin muntah. Saat itu semua isi perutnya yang hanya berupa cairan keluar semua. Warnya kekuningan bercampur hijau, karena belum ada satu pun makanan yang bisa dia makan sejak kemarin.
Tubuhnya sangat lemas dan dadanya sesak sementara perutnya terus terasa sakit begitu dia muntah.
Setelah membasuh mulut dan membersihkan muka, Shima kembali ke jalan untuk mencari tumpangan. Saat berlari tadi, dia sempat dipanggil Candra, tapi Shima tidak menggubris panggilan sopir pribadi Deril itu. Dia sudah tidak tahan lagi.
Sinar matahari menerobos masuk lewat celah-celah awan yang masih berwarna kekuningan. Hari belum begitu panas karena masih pagi, masih banyak sisa genangan air dijalanan yang basah karena hujan semalam.
Shima mendongak sambil memejamkan mata dan menghirup napas dalam-dalam. Dia mencoba untuk mencari sisa kekuatan dan menenangkan diri.
Namun, tiba-tiba yang dia lihat hanyalah kegelapan. Shima justru pingsan di pinggir jalan.
aku cuma bisa 1 bab sehari😭