Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 Ada Apa Dengan Nina?
Hari ini adalah hari sabtu, waktunya untuk Nina beristirahat.
"Cil, mau ikut gak?" seru Nino.
"Kemana?" tanya Nina.
"Teman kerja kakak ngajak main futsal, kamu mau ikut gak? daripada diam di rumah," sahut Nino.
"Enggak ah, males mending diam di rumah saja," tolak Nina.
"Di sana ada lapangan tenis juga loh, bukanya kamu suka tenis?"
"Hah, serius?" ucap Nina antusias.
"Seriuslah, kalau mau ikut cepetan ganti baju kakak tunggu 10 menit," ucap Nino.
"Oke."
Nina langsung melompat dari tempat tidur, dia memang suka sekali tenis. Dulu waktu keuangan keluarganya masih baik-baik saja, Nina rutin sekali main tenis seminggu sekali tapi sekarang sebulan sekali pun tidak.
"Kalian mau ke mana?" tanya Mama Venna.
"Kita mau olahraga dulu, Ma," sahut Nina.
"Oh, ya sudah kalian hati-hati," ucap Mama Venna.
"Oke, Ma."
Setelah berpamitan, kakak beradik itu pun segera pergi. Ternyata di tempat lain, Bisma juga sedang siap-siap ingin pergi berolahraga. Dia membawa tas yang isinya baju ganti.
Nina dan Nino sampai di tempat olahraga, Nina tampak terkejut melihat gedung olahraga yang mewah itu. "Kak, ini tempat olahraga mewah loh bahkan perjamnya mahal banget, memangnya kakak punya uang apa?" seru Nina.
"Kamu jangan khawatir, teman kakak yang bayar semuanya jadi kamu olahraga saja sepuasnya," sahut Nino.
Keduanya pun masuk. "Kakak futsal ke sana, kamu ke ujung sana soalnya tempat tenis di sebelah sana," tunjuk Nino.
"Oke."
"Nanti kalau sudah selesai atau kamu merasa kelelahan, kamu samperin kakak saja," ucap Nino.
"Siap."
Keduanya pun berpisah, Nina segera menuju lapangan tenis. Tempat olahraga itu adalah tempat olahraga paling lengkap karena semua olahraga ada di sana maka tidak heran jika tempatnya luas banget. Lapangan tenis ternyata berdekatan dengan ruangan gym.
Nina masuk ke dalam ruangan ganti untuk mengganti bajunya, setelah selesai dia mulai berlatih tenis sendirian. Dengan bermain tenis, dia akan melupakan sejenak semua masalahnya. Sementara itu, Bisma pun baru sampai di tempat olahraga yang sama dengan Nina, dia masuk ke ruangan gym.
Bisma terkejut kala melihat ke arah kaca. "Bukanya itu Nina?" batin Bisma.
Bisma memperhatikan Nina yang bermain dengan riang gembiranya. "Ternyata, kesukaan kamu dari dulu memang tidak pernah berubah," batin Bisma.
Bisma pun mulai melakukan gym, tapi matanya tidak lepas dari Nina. Entah kenapa sulit sekali untuk bisa membenci Nina, mulutnya berkata benci namun hatinya berkata lain. Tapi rasa sakit akibat Nina memutuskannya secara sepihak membuat hatinya kembali ngilu.
"Aku tidak boleh tergoda lagi oleh Nina, dia wanita jahat yang sudah membuat hati aku hancur dan sekarang aku ingin dia juga merasakan apa yang aku rasakan dulu," geram Bisma.
1 jam pun berlalu, keringat sudah membasahi wajah cantik Nina. Nina menghentikan kegiatannya dan duduk di pinggir lapangan sembari minum susu kotak yang tidak pernah lupa dia bawa. Nina mengusap hidungnya, dia merasa ada ingus yang akan keluar tapi pada saat dia seka, itu bukan ingus melainkan darah.
"Astagfirullah, kok berdarah," batin Nina.
Nina tidak membawa tisu, dia mengambil handuk kecil dan menutup hidungnya dengan handuk kecil itu. Nina mendongakkan kepalanya supaya darahnya cepat berhenti.
"Mungkin aku kelelahan, sampai mimisan seperti ini. Jangan sampai Kak Nino tahu, bisa marah dia dan akan melarang aku untuk tenis lagi," batin Nina.
Sedangkan Bisma mengerutkan keningnya kala melihat Nina. "Kenapa dia?" batin Bisma.
Cukup lama Nina menutup hidungnya dengan handuk kecil itu, bahkan handuk itu sudah penuh dengan darahnya. Hingga beberapa saat kemudian, darahnya pun berhenti dan itu membuat Nina lega. Nina pun segera bangkit dari duduknya, lalu mencari tempat sampah untuk membuang handuk itu karena kalau sampai kakak dan kedua orang tuanya tahu, pasti mereka akan sangat khawatir. Setelah membuangnya, Nina pun segera pergi untuk menemui kakaknya.
Bisma merasa penasaran dengan apa yang dibuang oleh Nina. Dia pun bergegas menghampiri tempat sampah dan membukanya. Betapa terkejutnya Bisma kala melihat handuk kecil yang penuh dengan darah itu.
"Darah, tadi dia mimisan? kok bisa, perasaan dulu dia tidak pernah mimisan," batin Bisma khawatir.
Hati Bisma menjadi gelisah, dia merasa khawatir dengan keadaan Nina. Karena takut ketahuan Nina, Bisma pun memilih untuk bergegas pergi dari tempat olahraga itu. Dia ingat sesuatu, dia ingin pergi ke suatu tempat untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Bisma pun menghentikan mobilnya di sebuah rumah mewah. Dia keluar dari mobilnya dan mendekati rumah itu. Seorang sekuriti datang menghampiri Bisma.
"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Sekuriti.
"Maaf, saya mau tanya apa benar ini rumahnya Pak Indra?" seru Bisma.
"Bukan Mas, ini rumah Pak Wili," sahut Sekuriti.
"Hah, perasaan saya tidak salah alamat. Ini benar rumahnya Pak Indra," ucap Bisma bingung.
"Mungkin orang yang Mas cari sudah pindah dari sini, karena dari 7 tahun yang lalu rumah ini milik Pak Wili," sahut Sekuriti.
"7 tahun yang lalu?" gumam Bisma.
"Benar Mas, mungkin yang Mas maksud pemilik rumah ini sebelumnya? kalau itu saya tidak tahu, yang jelas Pak Wili sudah menempati rumah ini sejak 7 tahun yang lalu," jelas sekuriti.
"Baiklah, terima kasih Pak," ucap Bisma.
Bisma pun dengan cepat kembali masuk ke dalam mobilnya lalu bergegas pergi dari rumah itu. Usut punya usut, dulu rumah itu ternyata milik Nina dan sekarang Bisma bingung kenapa rumah itu dijual.
"Kenapa rumah itu dijual? apa yang sebenarnya sudah terjadi 7 tahun yang lalu?" batin Bisma.
Bisma benar-benar penasaran dengan semua itu tapi dia tidak mungkin jika harus bertanya langsung kepada Nina. Bahkan Bisma sudah mencari tahu perusahaan yang dulu di kelola oleh Indra, dan ternyata perusahaan itu juga sudah diambil alih oleh orang lain.
"Aku yakin, pasti ada sesuatu yang sudah terjadi," batin Bisma kembali.
***
Malam pun tiba...
Ponsel Nina berdering dan tertera nomor baru di sana. "Nomor siapa ini?" batin Nina.
Dengan ragu-ragu, Nina pun mengangkat sambungan telepon itu. "Hallo, maaf ini dengan siapa?" tanya Nina ramah.
"Besok kamu harus menemani aku main golf," sahut Bisma.
Nina mengerutkan keningnya, dia tahu kalau itu adalah suara Bisma. "Maaf Pak, besok itu hari minggu dan itu hari libur, aku tidak bisa menemani Bapak," tolak Nina.
"Kamu berani menolak perintah dari atasanmu! jangan main-main Nina, masa depan mu ada di tanganku jadi jika kamu masih ingin bekerja di perusahaanku, maka kamu harus menuruti perintah dariku dan aku akan bayar kamu kontan untuk pekerjaan besok," ucap Bisma.
Nina terdiam sejenak. "Baiklah." Akhirnya dengan terpaksa Nina harus menyetujui permintaan Bisma.
Bisma pun langsung mematikan sambungan teleponnya. "Dari mana dia tahu nomor ponselku? Bisma benar-benar sudah sangat berubah, dia sangat membenciku dan aku bersyukur jika dia membenciku karena memang itu tujuanku selama ini," batin Nina.