Kesalahan satu malam yang mengubah hidup Hanum, dimana di malam itu seseorang datang dan merenggut kehormatan yang selama ini Hanum jaga. Steven Nicholas Dirgantara adalah lelaki yang telah memperkosa Hanum, Steven adalah aktor terkenal juga seorang pengusaha, keluarganya juga adalah keluarga paling kaya di kota ini. Hingga hari dimana Hanum mengandung anak dari Steven dan Hanum harus melahirkan anak itu karena bagi keluarganya dia adalah pewaris selanjutnya dari keluarga Dirgantara. Akan tetapi kejadian tidak terduga terjadi dimana Hanum mengalami keguguran hingga membuat keluarga Steven merasa kecewa dengan Hanum karena tidak bisa menjaga anak itu dengan baik.
Saat itu juga Hanum memutuskan untuk pergi dari kehidupan Steven di saat benih cinta mulai tubuh.
Bagaimana kelanjutan cerita nya, apakah Steven akan mencari Hanum atau membiarkan cinta itu pudar seiring berjalannya waktu simak terus kelanjutan ceritanya dalam novel Kesalahan Satu Malam..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikromatul Fasila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Di dalam kamarnya Hanum menangis karena Steven yang melarang dirinya untuk memakan bakso di jam seperti ini.
"Ini kan bukan permintaan aku tapi ini adalah permintaan dari anak dia sendiri, kenapa dia tidak mau menuruti nya. Lihat saja nanti jika anak dia ngeces jangan salah aku!" kata Hanum tampak menangis sambil memarahi Steven.
Steven sudah berbicara dengan Bibi Ani dan juga Paman Herman tentang keinginan Hanum dan mereka berdua telah mengijinkan nya maka dari itu Steven ingin membawa Hanum untuk mencari warung bakso yang masih buka di jam seperti ini.
"Hanum, kamu masih marah padaku?" panggil Steven sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Tidak! Aku ingin tidur, sebaiknya sekarang kamu pergi!" jawab Hanum dari dalam kamarnya sambil menahan tangisannya.
Steven yang mendengar suara serak Hanum mengerti bahwa saat ini Hanum sedang menangis.
"Hanum, bukankah tadi kamu mau makan bakso. Ayo, kita pergi dan mencari tempat bakso yang masih buka di daerah sini," kata Steven mengajak Hanum untuk pergi.
Steven masih diam berdiri di depan pintu kamar Hanum, setelah mengatakan bahwa dia akan mengajak Hanum untuk mencari warung bakso, Hanum masih belum menjawabnya dan dari dalam kamar Hanum juga terdengar sunyi.
"Apa dia benar-benar sudah tidur? Kenapa tidak ada jawaban?" kata Steven sambil mendekatkan telinganya di pintu kamar Hanum untuk mencari tau apakah Hanum sudah tidur atau tidak.
Tapi di detik kemudian pintu kamar Hanum terbuka dan terlihat Hanum yang saat ini sudah memakai jaket.
"Aku sudah siap! Lihat, aku juga sudah memakai jaket agat aku tidak kedinginan dan masuk angin," kata Hanum tampak terlihat bahagia saat Steven akan mengajak nya untuk pergi mencari bakso.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi." jawab Steven lalu saat itu juga pun mereka berdua pergi untuk mencari bakso.
Steven mengendarai mobilnya dengan cukup pelan karena khawatir dengan keadaan Hanum yang tengah hamil. Setelah berjalan cukup jauh akhirnya mereka berdua melihat warung bakso yang masih buka dengan cepat Hanum dan juga Steven menuju ke warung tersebut.
"Pak, apa masih ada baksonya?" tanya Steven kepada si penjual bakso.
"Oh ada Mas, tapi tinggal 1 porsi," jawab sang tukang bakso.
"Oh tidak apa-apa. Buatkan 1 porsi untuk istri saya yang sedang hamil ini, Pak,"
"Baik Mas," tukang bakso itu pun langsung membuatkan bakso untuk Hanum.
Sedangkan saat ini Hanum hanya terdiam merasa terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Steven pada tukang bakso tersebut.
"Istri? Benarkah dia mengakui bahwa aku istrinya?" gumam Hanum di dalam hatinya dan tanpa Hanum duga jantung nya tiba-tiba berdebar saat dia melihat ke arah Steven yang saat ini sedang melihat handphone nya.
Steven terlihat sangat tampan, siapa yang tidak akan jatuh cinta dengan seorang lelaki yang tampan seperti Steven.
"Sudah cukup! Jangan bermimpi Hanum bahwa kau akan bersama dengan Steven, kalian berdua menikah hanya karena anak yang saat ini kamu kandung. Setelah anak itu lahir pernikahan ini akan berakhir dan kalian berdua akan kembali pada kehidupan kalian masing-masing." kata Hanum di dalam hatinya berusaha untuk menyadarkan dirinya bahwa dia tidak akan bisa bersama dengan Steven.
Tak lama setelah itu pesanan bakso Hanum pun datang dan entah mengapa saat melihat bakso di depannya Hanum tidak berselera lagi.
"Ayo makan, bukankah kamu tadi sangat ingin makan bakso. Sekarang bakso nya udah ada di depan kamu jadi cepat makan dan habiskan," ucap Steven sambil memberikan sendok kepada Hanum.
"Baiklah," jawab Hanum lalu mulai memakan baksonya hanya saja Hanum hanya memakan nya sedikit karena entah kenapa bakso itu rasa nya eneg buat Hanum.
"Sudah, aku sudah kenyang," kata Hanum sambil menyodorkan mangkok yang berisi bakso tersebut.
Steven benar-benar di buat kesal oleh Hanum karena Hanum hanya memakan sedikit bakso tersebut padahal tadi Hanum bilang bahwa dia sangat ingin makan bakso tapi setelah mendapatkan baksonya dia hanya memakannya sedikit.
"Kamu beneran sudah kenyang? Kamu bahkan hanya meminum kuahnya?"
"Aku juga tidak mengerti padahal tadi aku sangat ingin makan bakso tapi setelah aku memakan nya tiba-tiba rasanya jadi eneg dan aku tidak mau memakannya," jawab Hanum mengatakan apa yang dirasakan oleh Hanum.
"Hanum, jangan menguji kesabaran ku? Kau tau bahwa kita mendapatkan bakso ini tidak mudah, kita bahkan harus pergi cukup jauh hanya demi mendapatkan bakso ini apalagi ini tengah malam, kau juga sudah mengganggu waktu tidur ku. Jadi cepat habis kan baksonya," Steven tampak memaksa Hanum untuk menghabiskan bakso nya.
"Tapi aku benar-benar merasa sangat eneg. Kamu kenapa sih suka maksa aku terus, lagian semua ini juga bukan keinginan aku tapi keinginan anak kamu!" Hanum kembali cemberut melihat sikap Steven yang ingin memaksa dirinya menghabiskan bakso tersebut.
Steven benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia tau bahwa mood ibu hamil itu tidak menentu tapi sikap Hanum ini benar-benar membuat Steven kesal dan Steven hanya bisa bersabar menghadapi sikap Hanum.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita pulang." ajak Steven lalu menyuruh si tukang bakso untuk membungkus baksonya dan membawa nya pulang.
Di perjalanan pulang, Hanum yang mulai kelelahan tampak tertidur dengan sangat pulas. Steven yang melihat Hanum tertidur pun tidak tega untuk membangunkan nya lalu menggendong tubuh Hanum menuju ke kamarnya.
"Tuan?" panggil Bibi Ani yang saat ini tengah menunggu mereka berdua.
"Hhuuust, jangan berisik Bi. Hanum sedang tidur," kata Steven sambil menggendong tubuh Hanum.
Tanpa Steven sadari saat ini Steven tengah membawa Hanum ke atas kamarnya dan menaruh Hanum di ranjang milik nya. Steven melihat ke arah wajah polos Hanum yang tanpa riasan itu terlihat cantik natural.
Steven membelai rambut Hanum yang menghalangi wajah nya dengan pelan. Kini jarak antara dirinya dan juga Hanum sangat dekat, Steven bisa melihat dengan jelas wajah Hanum.
"Ternyata dia cantik juga, apalagi riasan tanpa make up ini membuat wajah nya cantik natural," ucap Steven sambil menyentuh pipi Hanum yang terasa lembut.
Kini Steven pun menyelimuti tubuh Hanum agar dia tidak kedinginan dan Steven juga ikut berbaring di samping Hanum sambil memegang perut Hanum yang sudah buncit.
Pagi hari pun telah tiba, saat ini Hanum mulai membuka ke dua mata nya dan melihat sekeliling tempat yang terlihat begitu asing baginya.
"Dimana aku sekarang?" gumam Hanum dengan wajah bingungnya.
Saat ini Hanum merasakan ada tangan seseorang yang sedang memeluk diri nya dan saat melihat ke arah samping Hanum benar-benar terkejut karena melihat Steven yang tidur bersama dengan dirinya.
"Kau?" Hanum langsung duduk dengan wajah terkejut nya.