TRANSFORMASI SILUMAN SERIGALA

" Perempuan itu sekarang berubah menjadi pemfitnah ulung " Gumam Dito sembari melirik pintu kamar Dara yang terhubung dengan kamar nya.

Kemudian dia meletakkan ponsel nya dan bergegas tidur.

( Antonio melirik ponselnya, lalu ia kembali tidur sembari mempererat pelukannya kepada Rose. Perempuan yang menjadi simpanan nya.

Sedangkan Sintia yang baru saja membuka pintu apartemen nya, langsung disambut oleh pelukan hangat Stevens. Ia tersenyum, menikmati rengkuhan penuh cinta )

*****

Pagi hari , semua keluarga berkumpul di meja makan untuk melakukan rutinitas sarapan bersama. Hal itu akan selalu dilakukan jika Tuan Lesmana pulang ke rumah utama. Biasanya pria tua itu akan selalu disibukkan dengan bisnis yang ada diluar negeri.

" Untuk proyek di kota Lobe, kita hentikan dulu"

Tiba-tiba Tuan Lesmana berucap, Lindu dan Dika sontak kaget.

" Pa, nggak bisa gitu dong" Sanggah Lindu.

" Aku akan mengoreksi ulang semuanya " Tegas Tuan Lesmana.

Dito tersenyum puas, Dan Dika melihat hal itu. Dia sangat geram sekali. Jika proyek ini dihentikan, asupan uang besar akan terhenti. Dan Dika tahu, Ayahnya memiliki banyak tunggakan hutang dan juga dirinya.

Ayah dan anak itu saling berpandangan satu sama lain dengan isyarat masing-masing.

Dara yang tahu isi pikiran mereka memilih diam, pantang baginya berbicara saat makan. Dia mengambil beberapa potong daging dan melahap nya dalam sekali suapan.

Tingkah itu memancing perhatian, Ada yang jijik ada juga yang bergidik geli. Tapi Dara tidak perduli, penting baginya untuk kenyang sekenyang- kenyangnya.

" Anin..."

Tiba-tiba sebuah suara mengalihkan pandangan, Rupanya Antonio datang mengunjungi Anindita. Gadis itu tersenyum senang, tapi dalam sekejap berubah manyun-manyun manja.

" Ngapain kamu kesini ?!" Sergah Anindita.

" Sayang... "

" Antonio " Suara Tuan Lesmana cepat memotong kalimat yang hendak dilontarkan oleh Antonio. Pria itu menoleh.

" Eh Kakek... Maaf saya tidak menyapa, saya pikir tidak ada Kakek disini. Maafkan saya Kek" Antonio membungkuk sebagai tanda penghormatan.

" Ya nggak apa-apa, Mau ngapain kamu datang kesini pagi-pagi sekali?"

" UMM anu Kek, saya ingin menjelaskan sesuatu kepada Anin. Cucu kesayangan Kakek, Tadi saya datang ke rumah nya. Tapi kata satpam Anin ada disini. Jadi saya langsung tancap gas Kek"

" Apa yang mau dijelaskan ?" Lanjut Tuan Lesmana.

Antonio merasa seperti diinterogasi.

" Kek, biarkan Antonio bicara dengan ku dulu" Potong Anindita yang ingin menyelamatkan Antonio dari cercaan pertanyaan sang Kakek.

Antonio tersenyum lega, Anindita kini berdiri di depan nya.

" Kamu tadi malam kemana saja? Kenapa tidak angkat telepon dari aku?"

" Maafkan aku sayang, aku ketiduran. Capek banget habis ngerjain proyek di Taman Darma. Kau tahu sendiri kan proyek itu amat sangat penting bagiku "

Uhuk uhuk uhuk...

Tiba-tiba Dara tersedak, konsentrasinya saat makan terganggu oleh bualan si Antonio. Dito sigap mengambilkan air putih lalu ia sodorkan kepada Dara. Dara pun mengambilnya kemudian meminumnya sampai habis.

Ahhhhhh

Dara mengusap perutnya yang sudah kenyang. Anindita memutar bola matanya ke atas, ia sangat jengah dengan Dara serta sikap nya yang menjengkelkan.

" Kalau sudah kenyang, cepat pergi !!!" Seru Anindita.

Dara meliriknya, ia tersenyum miring. Kemudian bangkit. Semua orang mengira jika Dara benar-benar akan pergi. Tak disangka ia justru mengambil langkah memutar mendekati Antonio, kemudian dengan sekali hentak kemeja pria itu koyak. Semua kancing nya terlepas.

Tentu hal itu membuat semua orang terperanjat, Apalagi Anindita. Wajahnya langsung merah padam, Apalagi melihat sesuatu dibalik pakaian Antonio.

Antonio kelabakan, cepat ia merapatkan kemejanya.

" Apa itu ?" Gemetar suara Anindita bertanya.

" Bukan apa-apa sayang, aku alergi makanan, iya aku alergi kacang. Jadinya merah-merah semua badan ku"

Anindita menggeleng pelan, dia bukan anak kecil yang mudah dibohongi. Karena sebelumnya dia juga melakukan hal seperti itu kepada Antonio, begitu juga sebaliknya.

" Sayang..." Antonio ingin meraih tangan Anindita, namun Anindita mengelak. Ia lari masuk ke dalam tanpa menghiraukan panggilan Antonio.

Dito jadi kepikiran sama Sintia, Bukankah Dara mengatakan jika Sintia memiliki pria lain. Segera ia mengecek posisi GPS di ponsel pacarnya itu.

Dito menghela nafas lega, Sintia masih ada di apartemen nya.

Tuan Lesmana menatap Dara penuh arti, Dia mulai sedikit terpengaruh. Karena apa yang dikatakan Dara semuanya benar.

Yang lain jadi pada takut, mereka saling berpandangan satu sama lain. Termasuk Sari, cepat ia melirik rekan kerja nya yang pernah dituduh telah bermain api dengan kekasihnya, yaitu Riyan supir pribadinya Donita.

Sedangkan Donita sendiri lekas menyudahi sarapan nya, ia berharap Tuan Lesmana tidak ingat akan ucapan Dara kepada nya.

" Pa, Aku pamit pulang dulu. Sepertinya kondisi Anin tidak baik-baik saja " Lindu berpamitan, Tuan Lesmana mengijinkan. Pria tua itu sama sekali tidak mengatakan apa-apa.

Berbeda ketika Rudi dan Ratu berpamitan, Tuan Lesmana tersenyum hangat.

" Salam untuk Putra " Pesan Tuan Lesmana.

" Mungkin sebentar lagi dia datang Pa, Saya minta dia menjemput kami" Balas Ratu.

Dan itu benar, seorang penjaga pintu datang melapor jika Lesmana Angga Saputra telah tiba.

" Panjang umur anak itu " Gumam Tuan Lesmana. Ia pun bergegas menyambut kedatangan cucu nya itu.

Pelukan yang penuh kerinduan menyelimuti tubuh Angga Saputra. Karena dia tinggal lebih jauh dari sepupu yang lain, jadi dia jarang bertemu sang Kakek.

" Kau tambah ganteng dan gagah Putra" Tuan Lesmana menepuk pundak Angga Saputra beberapa kali.

" Ah Kakek bisa saja"

" Tapi itu benar loh Pa, kalau dilihat-lihat Putra sangat mirip dengan Papa waktu masih muda " Timpal Ratu.

" Hahahaha" Tuan Lesmana tertawa renyah, Angga Saputra hanya tersenyum sekilas. Namun tiba-tiba perhatian nya teralihkan oleh kelibat Dara.

Tuan Lesmana menyadari jika perhatian cucunya berubah, ia mengikuti arah mata elang si Saputra.

" Dara..." Seru Tuan Lesmana, seolah paham apa yang dipikirkan oleh cucunya. Langkah Dara terhenti, ia menoleh. Dirinya tengah asyik menggendong anjing milik Dito.

Ratu tersenyum tipis, sang suami hanya diam pasrah saja.

" Kakek manggil aku ?" Dara masih ingin memastikan.

" Iya, kemarilah!!" Tuan Lesmana melambaikan tangannya, Dara segera mendekat.

" Sapalah Putra, dia baru saja datang. Sudah lama bukan kalian tidak bertemu "

Dara tersenyum tipis, Angga Saputra jadi malu sendiri.

" Hay Putra!!!"

Seketika wajah Angga Saputra berubah, Ia cukup kaget mendengar Dara menyapanya. Itu bukan panggilan yang sering Dara ucapkan untuk Angga Saputra. Mereka memiliki panggilan pertemanan yang hanya mereka berdua yang tahu.

Dara mengulurkan tangannya, tapi Angga Saputra diam saja. Wajahnya terlihat cemas dan gusar.

" Putra " Ratu memanggil nama sang anak supaya segera menyambut uluran tangan Dara.

Dengan terpaksa akhirnya Angga Saputra membalas uluran tangan Dara.

" Aku main di taman dulu ya Kek" Pamit Dara, Tuan Lesmana agak berat untuk mengijinkan. Tapi Dara sudah pergi tanpa menunggu ia menjawab.