NovelToon NovelToon
Usai Sebelum Dimulai

Usai Sebelum Dimulai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Pengganti / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Roshni Bright

Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.

Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.

Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.

Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.

Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencurahkan Perasaan

Mereka memesan double bed dan masuk ke dalam kamarnya.

Ji-hyeon dan Jolie yang masih merasa mengantuk akhirnya tertidur lagi, sedangkan Jidan dan Karissa mandi bersama. Setelah mandi, keduanya kembali melanjutkan pembicaraan yang tadi.

“Mas,” panggil Karissa.

“Iya Sayang,” jawab Jidan menatapnya.

“Apa sebelumnya Kamu pernah menjadi korban pembullyan? Atau pernah mem-bully seseorang?” tanya Karissa.

“Hm... Dulu, aku pernah menjadi korban pembullyan pas TK - SD. Saat itu aku hanya bisa terdiam, saat Mereka mem-bully ku, namun pada saat SMP, aku melihat seseorang yang tengah di-bully, dan aku ikut para pem-bully itu dengan tujuan agar aku tidak menjadi korban selanjutnya Mereka,” jawab Jidan.

“Berarti dulu Kamu pernah bully orang dong Mas?”

“Iya Sayang, dan saat ini aku sangat menyesali perbuatanku dulu.”

“Hm... Separah apa yang Kamu lakukan dulu Mas?”

“Aku hanya ikut sekali, sampai orang yang aku bully menangis, dan sejak saat itu aku tidak pernah ikut-ikutan lagi, aku selalu mengelak setiap diajakin.”

“Oh gitu...!”

“Iya!”

“Aku merasa sepertinya ada perubahan sama Ji-hyeon semenjak kepergianmu dulu deh Mas.”

“Apa iya?”

“Iya, Ji-hyeon nampak selalu murung, tidak bersemangat ketika berada di rumah, tapi sangat jauh berbeda saat Dia bersama dengan Aisyah.”

“Aisyah? Siapa Aisyah?”

“Dia teman dekat Ji-hyeon. Aku tidak tahu mengapa, aku melihat tawa bahagia di wajahnya hanya terpancar disaat Aisyah berada bersamanya, ketika tidak ada Aisyah, wajahnya kembali murung, dan tidak bersemangat.”

“Apa mungkin Ji-hyeon menyukai Aisyah?”

“Aku tidak tahu soal itu Mas, aku tidak pernah menanyakannya langsung pada Dia. Jika dilihat dari sikap Ji-hyeon ke Aisyah, nampaknya memang Ji-hyeon menyukai Aisyah, tapi entahlah Mas! Yang tahu hal itu pasti hanya Mereka.”

Mendengar hal itu sontak membuat Ji-hyeon tersenyum dan mengingat Aisyah.

Kembali pada Aisyah di masa kini, Aisyah nampak tersenyum mengingat masa-masa indahnya bersama dengan Ji-hyeon.

Aisyah mengingat saat dirinya dan Ji-hyeon berlari-larian di bawah derasnya air hujan.

“Ji, balik yuk! Udah mendung tuh! takut nanti hujan, ayok balik!” ajak Aisyah.

“Hujan itu air bukan? Kamu mandi selama ini menggunakan air bukan? Lantas untuk apa Kamu takut dengan hujan? Padahal keduanya sama-sama air,” jawab Ji-hyeon.

“Ya tapi beda tahu!”

“Bedanya apa? Bukannya sama saja?”

“Air yang biasa dipakai buat mandi itu tidak membuat badan Kita sakit, tapi air hujan bikin badan Kita nanti jadi sakit.”

“Itu hanya sugesti dari orang-orang zaman dulu saja. Sugesti yang terus disebarkan ke anak cucunya, makanya banyak orang yang berpikir, kalau kehujanan nanti bisa sakit ...”

“... Hujan dan air PAM sama-sama anugerah dari-Nya. Air hujan langsung turun dari langit, sedangkan air PAM berasal dari sumber air baku yang ditampung, lalu diproses, dan didistribusikan ke masyarakat ...”

“... Sumber air PAM itu biasanya dari sumber air permukaan, cekungan air tanah, atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu untuk dijadikan sebagai air minum ...”

“... Jadi mengapa bisa orang-orang berpikir, jika air hujan akan menyebabkan penyakit datang pada Kita? ...”

“... Sedangkan air yang selama ini Kita gunakan juga bersumber dari air hujan yang kemudian diolah kembali, jadi mengapa harus takut? ...”

“... Air hujan yang langsung turun dari langit tidak membuat Kita menjadi sakit, yang membuat Kita sakit itu air hujan yang mengalir dari atas atap gedung, karena pasti air hujan itu sudah terkontaminasi oleh bakteri yang ada diatas atap gedung ...”

“... itulah yang membuat Kita akhirnya menjadi sakit, karena bakteri dan kuman itu, bukan karena air hujan. Satu lagi, kalau kita main hujan-hujanan pasti keasikan, gak sadar, tahu-tahu udah dua jam berlalu ...”

“... badan Kita yang terlalu lama terkena air, itulah yang akhirnya membuat Kita jatuh sakit, jadi bukan salah air hujannya, tapi karena faktor-faktor yang mempengaruhinya ..."

“... Jika hanya lima menit saja tidak akan membuat Kita menjadi sakit, kalaupun membuat Kita sakit, itu berarti sebelumnya sudah ada kuman dan bakteri jahat bersarang di tubuh Kita ...”

“... sehingga terkena air hujan langsung sakit, karena air hujan biasanya terasa lebih sejuk daripada air PAM, tapi juga kadang air PAM terasa sangat dingin ketika sedang turun hujan, ya karena bersumber dari hal yang sama, apa Kamu mengerti?” tanya Ji-hyeon tersenyum menatapnya.

Aisyah menggelengkan kepalanya dengan ekspresi wajah kebingungan.

“Hm... ya sudahlah!” ucap Ji-hyeon.

Tiba-tiba suara gemuruh petir mengagetkan keduanya dan langsung turun hujan deras.

Ji-hyeon memejamkan matanya dan membentangkan kedua tangannya.

Ji-hyeon berputar-putar dengan masih memejamkan matanya dan membentangkan kedua tangannya.

Melihat hal itu membuat Aisyah mengikutinya. Keduanya menghirup udara khas hujan yang begitu menenangkan hati dan pikiran.

“Bagaimana?” tanya Ji-hyeon tersenyum menatapnya.

“Ini sangat menyenangkan Ji, dinginnya air hujan, dan udara khas saat hujan benar-benar menenangkan hati dan pikiran ku,” jawab Aisyah.

Ji-hyeon membuka kedua telapak tangannya mengarah ke Aisyah dan Aisyah memegang tangan Ji-hyeon.

Keduanya tersenyum dan berputar-putar dengan saling berpegangan tangan.

“Manis sekali!” ucap Aisyah mengingat hari-hari indahnya bersama dengan Ji-hyeon.

Aisyah kembali menulis di buku diary miliknya.

“Seandainya hubungan Kita seperti planet Saturnus yang akan tampak seperti kehilangan cincinnya saat rotasi terjadi, pasti aku akan merasakan ketenangan, karena sekuat apapun badainya, tetap aku yang menjadi tujuanmu untuk pulang ...”

“... Planet Saturnus diibaratkan sebagai aku dan Kamu, sedangkan cincinnya diibaratkan seperti hubungan Kita. Rotasinya diibaratkan sebagai jarak yang akan memisahkan Kita. Sekuat apapun rotasi berputar, tetap saja, cincin tidak akan bisa terlepas dari planetnya.”

“Mengapa hubungan Kita justru seperti sampah yang dengan mudahnya hanyut terbawa oleh arus air? Bukan seperti bendungan hilir yang terus-menerus diterjang ombak, namun tetap berdiri dengan kokohnya ...”

“... Rusaknya bendungan hilir, diibaratkan sebagai lika-liku perjalanan kisah Kita yang sudah kuat selama ini bertahan dengan derasnya ombak dan airmata. Dibangunnya kembali bendungan hilir, diibaratkan dengan usaha Kita untuk tetap mempertahankan kisah Kita untuk kembali kokoh melawan derasnya ombak yang menerjang.”

“Jika boleh jujur, aku iri pada semua barang yang Kamu sentuh dan selalu dekat denganmu, mengapa bukan aku saja yang selalu dekat denganmu? Mengapa harus barang-barang tak bernyawa itu? Tapi ya sudahlah! nasi sudah menjadi bubur, tanpa adanya ayam sebagai orang ketiga diantara Kita.”

“Layaknya mencintai hujan yang harus selalu siap dengan gemuruhnya, seperti itulah aku mencintaimu.”

“Aku tidak tahu mengapa, yang aku tahu hanyalah aku mencintaimu.”

“Jutaan syair indah yang tertuliskan di dalam setiap bait aksara pun, akan kalah telak dengan keindahanmu itu.”

Aisyah tersenyum mencurahkan segala isi di dalam hatinya melalui sebuah pena dan kertas, walaupun Ia tahu, jika Ji-hyeon tidak akan pernah bisa mengetahui isi di dalam hatinya itu.

1
JAESAHI😎
ceritanya bagus👍
Nini 🐻: makasih kak 🥰
total 1 replies
JAESAHI😎
dah mampir ya kaka
Nini 🐻: iyaa kak, makasih 🥰
total 1 replies
Angel
aku suka puisinya indah banget puisinya 🥰
Nini 🐻: makasih kak 🥰
total 1 replies
Setia R
wauuu indah!
Nini 🐻: makasih kak 🥰
total 1 replies
LISA🌟
definisi cinta monyet 🐒😭😭
Nini 🐻: tidak ada salahnya kan jika monyet jatuh cinta? wkwk
total 1 replies
Fahri
Ji-hyeon? kayak kenal deh 🤭
Nini 🐻: Ri, diem gak lu 🫵🏻😭😭
total 1 replies
Sayang Kamu 🌷
kau kesambet apaan Ni? lama ngilang sekalinya dateng puitis sekali 😭😭
Nini 🐻: kesambet rinduku padamu duhai sayangku 🤣🤣
total 1 replies
范妮·廉姆
hi sy mampir
Nini 🐻: makasih udah mampir kak 🥰
total 1 replies
Vinaaa 👸
tuh tak vote, karna Nini sedang berusaha menjadi seorang wanita yang puitis 🤣🤣
Nini 🐻: gimana? gimana? ngakak gak? nulisnya geli² gimana gitu, ngakak sendiri wehh 🤌🏻😭🤣
total 1 replies
Vinaaa 👸
sejak kapan Nini jadi puitis sekali 🙄😂
Nini 🐻: sejak saat ini sayangku 😂
total 1 replies
Feyza
aku heran covernya org indo tp tokohnya namanya ke koreaan
Nini 🐻: follback ya
Nini 🐻: oke kak
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!