Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
!SEASON 1&2 DI SINI AJA, TIDAK TERPISAH!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 20
KELUARGA BERPETUALANG?
Luna berbalik dan memperhatikan Almo yang baru saja duduk di sofa singel berada dekat dengan jendela tertutup gorden hitam. Pria itu membukanya sedikit agar dia bisa melihat ke arah luar sembari berjaga-jaga.
-‘Apa yang dia lakukan? Apakah dia akan berjaga?’ batin Luna dengan tebakan yang benar. Namun dia tak yakin jika pria seperti Almo memikirkan orang lain, mungkin dia berjaga hanya untuk dirinya sendiri.
Luna bergerak menuju ke Cassie, duduk di pinggir ranjang sehingga Almo pun menoleh menatap ke arahnya.
“Tidurlah jika kau ingin tidur.” Ucap Almo.
“No, thanks! Aku sudah cukup tidur.” Jawab Luna menolak tanpa menoleh.
Almo mengerti alasan wanita itu enggan tidur. Dia masih takut jika diraba-raba tanpa sadar. Bisa saja itu terjadi kan!
.
.
.
Berulang kali Luna menguap, sementara Almo masih duduk sembari menikmati beer mahalnya dengan santai. Pria itu juga tak sesekali menoleh dan memastikan apakah wanita itu sudah tertidur? Entah hal jahil apa yang ingin dia lakukan.
Luna bangkit dari duduknya menuju ke arah dapur. Ya! Ia melihat bahan di sana hingga menemukan sesuatu yang dia cari. “Syukurlah ada kopi!” gumam Luna tersenyum tipis. Dia bisa terselamatkan dengan meminumnya— setidaknya itu bisa menahan kantuknya.
“Kau tidak akan bisa terjaga dengan meminum kopi. Kemarilah dan minum bersamaku." Ajak Almo sedikit dengan nada menggoda.
“Minuman yang kau minum itu hanyalah penyakit." Ketus Luna masih berkutat di dapur.
Almo menyeringai kecil mendengarnya. “Penyakit? Omong kosong!" gumam Almo benar-benar tidak memperdulikan kesehatan tubuhnya walaupun dia nampak vit namun tidak ada yang tahu apakah dia baik-baik saja dengan meminum beer hampir setiap hari.
Pria itu masih terduduk, memutar gelasnya yang berisi beer hingga sesekali meneguknya sembari memperhatikan Luna dari belakang.
Lekuk tubuhnya yang tak begitu menonjol karena pakaian longgar yang Luna kenakan. Tapi Almo masih ingat betul bagaimana setiap garis hingga bentuk tubuh Luna. “Baby girl!” gumam Almo meneguk habis minumannya lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Luna.
Air panas di tuang dalam gelas berisi kopi. Luna dengan perlahan mengaduknya sampai ia merasakan tubuh keras yang menempel di punggung hingga pantatnya. “Jika kau berteriak kau akan membangunkan nya.” Bisik Almo yang kini ada di belakangnya.
Bulu kuduk Luna berdiri saat ia merasakan napas panas Almo di telinganya.
“Kalau begitu hentikan dan jangan macam-macam.” Tukas Luna mencoba menghindar tapi kedua tangan Almo memegang erat lengan Luna yang masih tegak.
“Akan aku hentikan setelah aku selesai." Bisik sensual Almo membuat Luna berdegup kencang tak karuan.
Saat Almo terus mengendus area lehernya hingga ke pipinya. Luna mendorongnya tiba-tiba lalu berbalik menjaga jarak. “Tolong jangan lakukan itu.” Ucap Luna dengan wajah gugup dan sedikit merendahkan suaranya agar Cassie tak terbangun.
Pria itu hanya menatapnya datar penuh hasrat.
Lupa dengan kopinya saking terkejutnya akan pergerakan Almo. Luna berjalan melewati pria itu sampai tangan kiri Almo langsung mencengkram tengkuk lehernya dan menariknya hingga Luna memutar tubuhnya berhadapan dengan Almo.
Cup! Pria itu mendaratkan sebuah ciuman mendadak sampai tak ada kesempatan bagi Luna untuk menolak maupun meronta.
Tangan Almo beralih ke leher Luna, mencengkeram nya sembari terus melumat bibir wanita itu dan terus bergerak maju sampai Luna pun refleks berjalan mundur dengan kedua tangannya yang berpegang erat ke pinggang Almo agar dia tak terjatuh.
Oh ayolah! Mereka saat ini berada di tempat yang menegangkan, tapi bagi Almo itu sama sekali bukan halangan untuk nafsu birahinya.
“Mmmppphh~ ” Luna mencoba bersuara memanggil Almo agar menghentikan ciuman itu, namun itu malah membuatnya seperti suara desahan.
Sampai mereka terjatuh tepat di ranjang dan tepat di samping Cassie tertidur.
Almo masih menciumnya penuh gairah, lalu sesekali juga dia mengecupi pipi hingga leher dan rahang Luna sampai wanita gelagapan sendiri saat menoleh ke Cassie yang masih tertidur. “Henti— ”
Bibirnya kembali dibungkam oleh lumatan Almo sampai akhirnya Luna menarik-narik kemeja nya dan memukulnya sembari menggertakkan kepalanya ke kanan dan kiri secara cepat hingga Almo pun melepaskan ciuman mereka.
Tentu, mereka saling menatap.
“Dasar gila!” kesal Luna benar-benar ingin sekali menguliti pria itu. Bagaimana tidak marah? Mereka berada tepat di samping seorang anak kecil.
“Bagaimana jika dia terbangun dan melihatnya? Lepaskan aku." Celoteh Luna, namun Almo menoleh ke Cassie sekilas.
“8 jam adalah waktu terlama untuk anak kecil tidur. Don't worry babe! (Jangan khawatir sayang)!" balas Almo mengusap jejak salivanya di bibir Luna dengan ibu jarinya, lalu beranjak menjauh dan kembali ke sofanya dangan perasaan puas.
Luna mengusap wajahnya kasar hingga menutupinya dengan kedua tangannya. Rasanya ingin marah dan berteriak karena tindakan Almo yang semakin meresahkan dan kurang ajar.
...***...
“Tuan Jeff! Titik lokasi mereka tidak ditemukan lagi.” Ucap salah satu anak buahnya yang berada di satu mobil yang sama dengan si pria tua itu.
“Kalau begitu ikuti saja jalannya.” Pinta Jeff yang mencoba menenangkan dirinya sambil terus mencari keberadaan cucunya itu.
Sementara di sisi lain, Enzo dan anak buah Almo juga mencari keberadaan Jeff dengan menuju ke arah yang sama. Namun Jeff tidak akan pernah tahu tempat yang Almo kunjungi saat ini.
Meski pria itu mencoba menebaknya sendiri.
.
.
.
[“Tuan Almo! Anda bisa pergi dari sana. Mereka melewati jalan yang berlawanan dengan tempat Anda. ”] Jelas Enzo yang begitu mudahnya dia melacak keberadaan Jeff saat ini.
Hanya itulah yang Enzo sampaikan di malam yang hening dan melewati jam tengah malam. Namun, ada hal lainnya juga yang membuat pria itu akan pasrah dan melepaskan Cassie.
“Tinggal beberapa jam saja." Gumam Almo.
Pria itu langsung bangkit dari duduknya dan meraih jas hitamnya sehingga Luna yang baru saja menggendong Cassie pun terheran.
“Kita akan pergi.” Ucap Almo sangat mendadak dan tergesa-gesa.
Hendak melangkah pergi, Almo kembali berbalik arah menuju ke lemari dan mengambil satu selimut berbulu warna putih dan memberikannya kepada Luna tanpa mengatakan sepatah katapun.
Luna sendiri sudah tahu akan diapakan selimut tersebut.
Mereka segera bergegas keluar dan masuk ke dalam mobil yang sama.
Luna juga menyelimuti Cassie yang masih terpulas dalam pelukannya. Sungguh! Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang sedang berpetualang.
Almo segera mengeluarkan mobilnya dari semak-semak dan melaju normal kembali menjauh ke rumah minimalis tadi.
“Kita akan pergi kemana? Dan bisa kau jelaskan siapa mereka? Kenapa mereka mengejar kita?”
Luna tak sempat menanyakan hal itu saat di rumah.
“Kau juga akan tahu nanti. Aku hanya butuh beberapa jam lagi untuk mendapatkan hasil tesnya, setelah itu aku akan menyerahkan anak itu.” Jelas Almo langsung membuat Luna terkejut.
memang hrs bulan-madu utk memupuk cinta mereka 😍🥰😘🤭🫢
ayah tirinya luna kyknya mau cari gara2 deh..
ungkapan cinta Almo membuat luna smkin percaya utk hidup bahagia bersama Almo.