Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31_Besok Saya Pulang
"Ra mending kamu duduk aja ya di meja, mbak mau lanjut meeting sama tuna Bara." ucap mbak Bella kembali fokus dengan laptopnya dan juga earphone yang dia kenakan.
Di sana Bara bisa melihat sang istri yang sedang duduk dengan bosan di samping sekertaris nya.
'Gimana sih katanya suruh bersih-bersih kok malah sekarang di suruh duduk.' gumam nya dalam hati.
Maura juga sesekali melihat ke layar laptop mbak Bella yang memang sengaja di hadapkan kepada dirinya sehingga Maura bisa melihat wajah serius sang suami.
Dengan perbedaan waktu seharusnya sekarang di sana sudah malam tapi malah ada meeting.
"Ra tuan Bara pingin ngomong." ucap mbak Bella setelah cukup lama meeting dengan Bara.
Maura yang hampir saja tertidur pun langsung membuka matanya dan mengambil earphone yang di berikan oleh mbak Bella tersebut.
^^^Maura: [Ada apa?]^^^
Bara: [Memang gak boleh telepon istri sendiri?]
^^^Maura: [Ya gak papa, kan cuma tanya.]^^^
Setelah beberapa saat berbincang akhirnya sambungan pun terputus dan Maura merasa senang sekali karena sang suami memberikan kabar kepadanya.
"Awwww!" pekik Maura saat dia sedang menunggu jemputan pak Soni, tenang Maura meminta di jemput menggunakan sepeda motor sehingga seperti sedang memesan ojek saja, namun tiba-tiba ada yang menarik rambutnya dari belakang membuat Maura tertarik ke belakang.
"Eh ko jangan sok ganjen ya jadi orang! Elo sengaja deketin pak Adit ya?!" teriak bu Nanda membuat semua orang yang melihat pun menatap ke arah mereka, tapi untung sudah banyak karyawan yang pulang sehingga tidak terlalu banyak yang melihat hal tersebut.
"Gw udah peringatan kan elo buat gak Kecentilan, kalau peringatan saya ini kamu langgar lagi maka siap siap saja." ucap bu Nanda kemudian mendorong tubuh Maura hingga dia terjatuh ke lantai yang cukup keras.
"Ya tuhan galak banget sih, mana kasar banget jadi orang." ucap Maura berusaha bangkit sendiri.
Tubuhnya tiba-tiba merasa pusing, mungkin karena keterkejutan tadi dengan sikap pegawai suaminya membuat Maura pusing.
"Nyonya maaf sudah lama menunggu?" tanya pak Soni dengan terburu-buru karena takut istri majikannya menunggu dirinya lama.
"Enggak kok pak, ini juga baru keluar saya. Ayo pak kita pulang saja," ucap Maura dan di angguki oleh pak Soni.
Sampai di rumah Maura merasa tubuhnya kurang fit, selama perjalanan dia ingin memejamkan matanya saja namun tidak bisa karena dia menaiki sepeda motor, kalau ke jengkal kan gawat.
TOK TOK TOK
"Sayang mama masuk ya?" izin mama Wina dari luar pintu kamar Maura.
Mama Wina begitu khawatir saat menunggu menantunya itu yang tak kunjung keluar dari kamarnya, sejak pulang ke rumah mama Wina melihat wajah menantunya itu begitu pucat.
CEKLEK
"Sayang, kamu gak papa?" tanya mama Wina begitu khawatir.
"Aku gak papa kok ma, tadi udah minum obat sekarang tinggal istirahat aja." ucap Maura yang tidak mau membuat semua orang khawatir.
"Mama panggilan dokter aja ya biar kamu cepet sembuh." ucap mama Wina tidak tega melihat sang menantu.
"Maura gak papa kok ma, nanti juga kalau obatnya sudah meresap pasti sembuh." jelas Maura agar mama mertuanya tidak khawatir.
Mama Wina menyuruh asisten rumah tangga untuk mengantarkan semua kebutuhan menantunya agar Maura sembuh.
DREEETTT DREEETTT
Telepon Maura berbunyi menandakan ada yang menelepon nya, dengan lemas Maura mengangkat telepon tersebut.
^^^Maura: [Halo.]^^^
Bara: [Kata mama kamu sakit? Apa yang sakit sayang? sudah panggil dokter?]
^^^Maura: [Satu-satu mas nanyanya kan pusing aku balasnya.]^^^
^^^Maura: [Cuma sakit biasa kok gak ada yang perlu di khawatirin.]^^^
Bara: [Jangan lupa periksa ke dokter, minum obatnya, besok saya pulang.]
Ucapan Bara terpotong membuat Maura syok berat, bagaimana bisa suaminya mengatakan akan pulang besok padahal jadwal nya masih ada dua hari lagi.
.
.
Bersambung.....