BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 31
Kirana membuka sedikit pintu ruang ganti kemudian kepalanya menyembul untuk memastikan keberadaan suaminya. Dapat Kirana lihat dengan jelas suaminya itu sedang berbaring di atas tempat tidur seraya memainkan ponselnya. Dengan meneguhkan hati serta membuang malunya jauh-jauh, Kirana perlahan keluar dari ruang ganti. Karena tidak tahu harus melakukan apa, Kirana memilih mendudukkan tubuhnya di sofa.
Arsen yang melihat itu cuek saja. Namun dalam hati sebenarnya dia ingin tertawa saat melihat raut wajah istrinya yang memerah. Pasti istrinya itu menahan malu karena ulahnya.
Kirana meraih ponselnya yang tadi ia geletakkan di atas sofa untuk memeriksa apakah ada pesan masuk dari sekretaris Niko atau tidak. Namun sayangnya belum ada pesan yang masuk. Mei pun juga tidak mengiriminya pesan sekedar menanyakan kabarnya. Hah, bagaimana mau menanyakan kabar kalau mereka baru saja bertemu. Rasa kantuk tiba-tiba menyerang membuat Kirana menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.
Arsen yang melihat itu menyunggingkan senyum smirknya. "Pindah kemari kalau mau tidur!" Ujar Arsen dengan suara beratnya membuat Kirana tersentak.
Kirana yang baru saja terpejam kembali membuka matanya dan langsung menatap ke arah tempat tidur di mana bosnya saat ini juga sedang menatapnya. "Ti-tidak Tuan, sa-saya disini saja."
"Apa perlu aku gendong agar kamu berpindah ke atas tempat tidur?!"
"Hah! Ti- eh, ba-baiklah." Kirana beranjak dari duduknya melangkah menuju ke tempat tidur. Namun saat dirinya tiba di samping ranjang, Kirana nampak ragu.
"Jangan membuat ku mengulangi ucapan yang sama!" Arsen mulai meninggikan suaranya karena dirinya benar-benar tidak suka jika harus mengulang ucapannya.
"I-iya Tuan!" Kirana langsung naik ke atas tempat tidur. Direbahkannya tubuhnya miring membelakangi suaminya.
Melihat itu Arsen merasa terhina. Langsung saja tanpa aba-aba Arsen membalik tubuh istrinya dan langsung mengungkungnya. Kirana hampir saja menjerit namun ditahannya saat melihat kemarahan di wajah bosnya.
"Berani-beraninya membelakangi ku!" Arsen mengeram marah. Tangan kirinya ia pergunakan untuk mengunci kedua tangan Kirana ke atas. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mencengkeram dagu istrinya.
"Ma-maaf Tuan, ampun." Mata Kirana nampak berkaca-kaca. Melihat itu Arsen segera melepaskan cengkraman tangannya dari dagu Kirana.
"Aku tidak suka tidur dipunggungi!" Suara Arsen terdengar pelan tapi penuh penekanan. Kirana mengangguk.
Wajah Arsen semakin menunduk hingga Kirana dapat merasakan nafas bosnya itu menyapu wajahnya. Detak jantung keduanya beradu. Kirana yang merasa ketakutan sedangkan Arsen menahan amarah agar tidak meledak.
Cup! Arsen menempelkan bibirnya pada bibir sang istri untuk meredakan amarahnya. Biasanya setelah dirinya berciuman dengan Kirana yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu amarahnya akan mereda dan mood-nya akan kembali membaik. Jadi ia akan menggunakan cara itu.
Karena sama sekali tidak ada pergerakan dari bibir istrinya, Arsen mulai memberikan gigitan-gigitan kecil agar mulut istrinya itu terbuka. Dan berhasil, mulut Kirana langsung terbuka dan lidah Arsen langsung menerobos masuk untuk mengeksplor rongga mulut istrinya.
"Balas!" Ucap Arsen saat menghentikan ciumannya sesaat. Kirana yang awalnya hanya diam saja mulai membalas ciuman itu meskipun masih terasa kaku. Ya Tuhan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah hari ini dirinya benar-benar akan menyandang status perawan untuk yang terakhir kalinya? Jika Kirana boleh berharap, semoga saja rumor yang selama ini beredar di kantor memang benar adanya. Semoga saja bosnya itu benar-benar mengalami impoten agar dirinya terbebas dan keperawanannya masih bisa diselamatkan.
"Auwh!" Jerit Kirana saat merasakan gigitan keras pada lidahnya. Mungkin bosnya itu marah lagi karena dirinya tadi sempat diam saja melamun.
"Ma-maaf Tuan, ki-kita ulangi lagi." Ujar Kirana karena tidak ingin bosnya itu semakin marah. Namun karena mood Arsen yang sudah hancur, tanpa mengucap sepatah kata pun Arsen langsung beranjak dari atas tubuh istrinya. Kemudian dirinya merebahkan tubuhnya memunggungi sang istri.
"Tu-Tuan maaf." Lirih Kirana. Namun bosnya itu sama sekali tidak menoleh. Kirana menggigit bibir bawahnya untuk menyalurkan ketakutannya hingga tanpa sadar dirinya malah terlelap.
Mendengar suara nafas teratur dari balik punggungnya, Arsen perlahan membalik tubuhnya dan mendapati istrinya itu sudah tertidur lelap dengan posisi miring menghadap ke arahnya.
"Dasar bodoh! Penakut tapi berulah!" Rutuk Arsen lagi. Arsen langsung ikut memejamkan matanya.
*****
Malam harinya, semua orang sudah berkumpul di meja makan untuk menikmati makan malamnya. Mama Davina terlihat melayani suaminya. Mengambilkan nasi beserta lauknya untuk sang suami setelah itu baru mengisi piringnya sendiri.
Melihat itu Kirana hanya diam saja karena tidak tahu harus melakukan apa. Apakah dirinya juga harus melayani sang suami seperti apa yang dilakukan oleh Mama mertuanya itu? Tapi dirinya takut kalau suaminya itu tidak mau dilayani olehnya. Kirana sibuk dengan pemikirannya sendiri hingga dirinya tersentak saat Mama mertuanya itu menyentuh tangannya.
"Ambilkan suami mu seperti yang Mama lakukan tadi untuk papa." Rupanya apa yang biasa Mama Davina lakukan itu adalah untuk memberikan contoh kepada sang menantu. Mama Davina paham bahwa Kirana pasti tidak akan mengerti bagaimana melayani suami. Karena dulu dirinya saat baru pertama menikah juga tidak mengerti cara melayani suaminya dengan baik. Bahkan dulu yang mama Davina tau tentang kata melayani adalah melayani di atas ranjang. Hahaha... mengingat itu Mama Davina kembali menahan tawanya agar tidak meledak.
Kirana mengangguk kemudian segera beranjak untuk menyendok nasi dan meletakkannya di atas piring sang suami. Namun saat dirinya ingin mengambilkan lauk untuk suaminya, Kirana kebingungan karena tidak mengerti apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh suaminya itu.
"Tuan mau makan sama apa?" Akhirnya Kirana memilih bertanya daripada nantinya salah mengambilkan lauk.
"Loh, kok manggilnya Tuan?" Mama Davina tentu saja terkejut dengan panggilan yang disematkan oleh menantunya itu untuk anaknya.
"Eh, maaf Ma, soalnya sudah kebiasaan di kantor memanggil dengan sebutan Tuan."
"Ya, ya, Mama tahu. Tapi mulai sekarang kalau di rumah jangan memanggil dengan sebutan itu. Kan bisa memanggilnya dengan Mas, atau kalian punya panggilan sayang sendiri?"
"Hah, panggilan sayang?" Beo Kirana.
"Sudah, sudah, ayo kita lanjutkan makannya." Ujar Papa Haris melerai keduanya.
Arsen yang sudah tidak sabar langsung mengambil sendiri lauk kesukaannya. Melihat itu Kirana jadi merasa bersalah. Namun dirinya memperhatikan apa saja lauk yang diambil oleh suaminya itu dan Kirana akan berusaha mengingatnya.
"Kamu ambil cuti berapa hari Kirana?" Tanya Mama Davina kepada menantunya.
"Tiga hari Ma."
"Hah, tiga hari?"
Kirana mengangguk karena memang dirinya hanya meminta cuti selama tiga hari kepada bu Winda atasannya itu.
"Kenapa cuma tiga hari? Kenapa nggak sebulan? Memangnya kalian tidak ingin bulan madu?"
"Uhuk.. uhuk.." Kirana langsung tersedak saat mendengar ucapan dari mama mertuanya itu. Beruntung nasi yang baru ditelannya tidak sampai menyembur. Kirana langsung meraih gelas yang berisikan air putih di hadapannya dan langsung meneguknya pelan-pelan agar tidak tersedak lagi.
"Kamu ini, mendengar kata bulan madu saja langsung tersedak." Mama Davina terkekeh. "Mama harap kalian tidak menggunakan alat kontrasepsi agar kalian cepat diberikan momongan."
Susah payah Kirana menelan nasi yang berada di mulutnya. Momongan? Kirana saja berharap saat bosnya itu bosen dengan dirinya, ia masih perawan. Kenapa sekarang malah Mama mertuanya itu membicarakan tentang momongan? Terus sekarang dirinya harus bagaimana. Sedangkan Arsen hanya diam saja tanpa menyahut. Dia terlihat cuek dengan ucapan Mamanya itu.
"Usia Nio tak lagi muda Kirana, kamu pasti tahu itu kan? Kalau kalian menundanya, mau sampai umur berapa? Jangan-jangan nanti saat kalian memiliki anak sudah seperti cucu bagi Nio."
Ah sialan! Maki Arsen di dalam hati. Gue masih muda, baru juga umur 35. Arsen benar-benar tidak terima dengan ucapan Mamanya itu. Namun dirinya hanya berani merutuk di dalam hati.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
ntah lah karna jawaban ny hny othor saja yg tau😅😅