harap di baca dan DIPAHAMI, novel ini banyak adegan dewasa, milf lovers, untuk yang tidak menyukai adegan 21++, dilarang keras membaca novel ini.... MC bertindak sesuka hati, kurang berakhlak, jadi bagi yang mencari alur cerita yang bagus dan MC yang lurus, tentunya anda salah novel, itu tidak di temukan di novel ini. selamat membaca, semoga terhibur
seorang pria yg berada di puncak kultivasi... dialah xiao zhou sang dewa kematian, dengan kemampuan yang di ranah surgawi menyebabkan kehancuran dan ketidak seimbangan, sehingga dewa harus menghentikan nya.
xiao zhou pun harus kehilangan segala nya, dan bereinkarnasi kembali 10 ribu tahun kemudian. dengan tubuh yang tersegel dewa.
membuatnya tidak bisa berkultivasi, dan juga takdir yang merubah jalan hidup nya yang kedua harus terbalik dengan kehidupan pertama nya, dialah yang akan menghentikan ketidak seimbangan alam yang di sebabkan orang lain...
ini adalah novel pertamaku, novel ini lebih ke arah romantis, dan erotis dari pada action.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzyl Morinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
malam indah
Hujan deras menyapu atap kediaman Liu Fenghua tanpa ampun, menyamarkan ******* suara wanita cantik itu.
Bulir-bulir keringat tampak membasahi kening dari Liu Fenghua, matanya terlihat begitu sendu menatap wajah Xiao Zhou di atas tubuh nya.
Liu Fenghua melebarkan paha panjang nya, nafasnya sudah memburu, dan tersengal-sengal,
"hakkkkksss...." sebuah pekikan terdengar dari bibir wanita itu,
"pelan..." bisik Liu Fenghua di telinga Xiao Zhou, dan tidak lama, mulai terdengar lenguhan Liu Fenghua, mengiringi gerakan-gerakan mereka yang terlihat mulai liar, dan saling membelit.
terlihat sudah beberapa kali tubuh Liu Fenghua mengejang, dan bergetar, disertai teriakan kencang keluar dari bibir nya, dan tak lama kedua insan itu terbaring lemas, karena sudah mengeluarkan begitu banyak energi malam itu.
***
pagi menyapa, hujan masih melanda tempat itu, keduanya masih terlelap dan saling memeluk di bawah selimut hangat, Xiao Zhou membuka matanya, dan menatap wanita cantik di samping nya dengan rambut panjang yang acak-acakan, tempak senyum kepuasan di wajah cantik nya yang tertidur.
Xiao Zhou perlahan mengambil pakaian baru dari cincin penyimpanan, terlihat hanya beberapa pakaian yang ada di cincin itu, dan keluar dari ruangan remang itu.
Xiao Zhou sudah selesai memasak dan menyiapkan makan untuk mereka berdua, di atas sebuah meja di ruang makan yang kecil, tetapi tampak begitu bersih dan asri, karena tempat itu di hubungkan dengan sebuah taman yang di penuhi rumput dan tanaman merambat dan juga bunga-bunga cantik.
Xiao Zhou mencari keberadaan Liu Fenghua yang masih lemas di bawah selimut.
"bangunlah bibi sampai kapan bibi akan tidur," ucap xiao zhou sambil mendekati tubuh telanjang Liu Fenghua yang tertutupi selimut.
Mendengar diri nya di panggil dengan sebutan bibi, Liu Fenghua pun terbangun dengan mata yang berkaca kaca.
"kau memanggilku bibi lagi setelah apa yang kita lakukan semalam?" ucap Liu Fenghua dengan suara bergetar seakan tangis nya mau pecah.
Xiao Zhou yang menyadari perubahan wajah Liu Fenghua seketika memeluk tubuh telanjang wanita itu.
"maafkan aku" ucap Xiao Zhou sambil mengusap lembut rambut Liu Fenghua, dan mulai mengacak-acak rambut nya.
melihat perlakuan lembut Xiao Zhou itu, Liu Fenghua tidak jadi marah,
"lepaskan rambut ku, kau lihat? kau membuat nya berantakan," ucap Liu Fenghua sambil menggelembungkan pipi nya manja, tingkah yang sangat berbeda dari biasa nya, kini di tunjukkan oleh wanita dewasa itu.
"sebaik nya sekarang kita makan mumpung masih panas" bujuk Xiao Zhou.
Liu Fenghua menggelengkan kepala nya, seperti tidak setuju.
"bawakan kesini, aku mau makan di ranjang ini," bisik Liu Fenghua manja.
akhir nya mereka makan di ranjang sambil di selingi tawa bahagia keduanya.
jadi setelah kita melakukan itu kau ingin aku memanggil mu dengan sebutan apa? tanya Xiao Zhou menggoda Liu Fenghua, membuat wajah tertunduk dan memerah, dan merasakan pipinya terasa terbakar, karena begitu malu mengingat kejadian semalam bahkan Liu Fenghua meminta agar Xiao Zhou melakukan nya beberapa kali.
Liu Fenghua mengipas-ngipaskan telapak tangan nya di pipinya yang merah
"hihihi... kau memang bocah nakal, berani sekali kau menggoda ku hah?" teriak Liu Fenghua.
buukkk... bommm... tubuh xiao zhou audah menempel lagi di dinding kamar.
"apa kita tidak bisa bicara seperti orang dewasa???" rengek Xiao Zhou
Liu Fenghua turun dari ranjang, dengan langkah yang pelan dan tertatih, seperti begitu kesulitan untuk berjalan, dan selang satu kedipan mata sudah menggunakan pakaian bersih, sambil memapah Xiao Zhou duduk.
"itu cukup sepadan dengan apa yang kau lakukan padaku semalam, kau lihat aku kesulitan berjalan saat ini," ucap Liu Fenghua pelan di telinga Xiao Zhou.
kembali dadanya berdebar, mengingat benda milik Xiao Zhou begitu besar, dan merenggut kesucian nya, tetapi tidak tampak penyesalan sedikit pun di wajah nya, bahkan wajah nya tampak berkali-kali lebih cerah dari biasanya.
"baiklah... kau benar sekarang banyak yang harus kita bicarakan seperti orang dewasa, maksud ku benar-benar dewasa," tegas Liu Fenghua.
'pertama kau harus," tiba-tiba suara Liu Fenghua terhenti.
"rubah licik itu diluar kebetulan aku ingin bicara padanya," guman Liu Fenghua berjalan kearah gerbang portal segel.
****
Di tempat lain di puncak sebuah gunung berapi ribuan mil dari puncak abadi.
ilustrasi pedang merah.
seseorang pria dengan rambut panjang sedang bersila memangku pedang, mata nya terpejam, dan sudah jelas pria itu sedang berkultivasi, awan berubah menjadi gelap petir menggelegar di angkasa, petir berkali kali menyambar laki-laki berkultivasi tersebut.
petir yang menyambar nya tidak membuat nya bergeming, dan tidak selang beberapa lama wajah mulai di tekuk, kening nya berkerut, serta tampak keringat seperti butiran jagung mulai keluar di keningnya itu.
jhiiiiaaaahhhhhhtttttt..........
tiba-tiba kedua tangan pria itu mengarah ke langit, dan ledakan energi qi begitu besar keluar dari tubuh nya menyebabkan gelombang udara berbetuk lingkaran dan terhepas kesegala arah.
boommm....
roaarrrrsssshhhh...
gelombang itu menyapu seperti tsunami ke seluruh permukaan dan semua yang dilalui gelombang itu tersebut hancur.
menciptakan kawah berdiameter 5 kilometer.
"akhir nya aku menembus kultivasi tertinggi tingkat dewa, hummm sungguh luar biasa rasanya kekuatan ini," batin Biksu Song Lian, yang sudah berhenti menjadi seorang biksu.
sifat iblis nya sudah keluar, arak, tubuh wanita dan semua unsur kenikmatan duniawi mulai di gemari nya lagi.
"hahaha..." suara tawa nya menggelegar di udara, dan hanya sekali kedipan mata saja beberapa bayangan hitam melesat di udara dan mendarat di tanah, sambil bertekuk lutut di hadapan Song Lian.
"selamat tuan anda telah menerobos tingkat dewa...." ucap bayangan hitam itu dan berubah menjadi sosok manusia.
"hahaha... bangunlah kalian semua ada yang ingin aku bahas dengan kalian," ucap Song Lian lugas, dan mereka pun terbang kearah sebuah bangunan megah di pinggir hutan, di sebuah Desa di kaki gunung berapi itu.
***
di istana Kekaisaran Ming.
.......
"sudah satu bulan lebih mereka belum juga ada kabar, kemana perginya pemuda bodoh itu?" batin Puteri Ming Mei, yang masih duduk di ranjang sambil melihat pemandangan dari jendela dekat ranjang nya.
"yahhh dewa apa yang telah terjadi padaku?" batin wanita itu.
"kenapa aku bisa begitu menyukai nya, padahal aku baru bertemu sekali dengan nya, wajah nya begitu mempesona ku, dan tingkah nya yang begitu dingin membuat ku semakin penasaran dengan pemuda itu, apakah aku bisa hidup bersama nya? jurang diantara kami sangat jauh... aku Puteri seorang Kaisar, dan dia... dia hanya seorang pelayan, aku pendekar tetapi bocah itu bahkan tidak bisa berkultivasi, bagaimana ini? akan banyak orang yang menentang hubungan ku," pikiran Puteri Ming Mei berkecamuk.
"aku tidak bisa seperti ini, sebagai seorang Puteri Kaisar aku harus memiliki prioritas dan ambisi untuk menguatkan posisiku, aku harus menghancurkan hatiku, dan memilih laki-laki yang berkuasa sebagai pendamping.
tidak ada waktu lagi untuk cinta, tidak ada lagi pemuda pujaan ku itu, ini air mata terakhirku untuk mu bocah," guman Puteri Ming Mei dan menghapus air mata nya dan berjalan keluar kamar nya, Puteri sudah mengambil keputusan.