Damarius Argus Eugene (22 tahun), seorang Ilmuwan Jenius asli Roma-Italia pada tahun 2030, meledak bersama Laboratorium pribadinya, pada saat mengembangkan sebuah 'Bom Nano' yang berkekuatan dasyat untuk sebuah organisasi rahasia di sana.
Bukannya kembali pada Sang Pencipta, jiwanya malah berkelana ke masa tahun 317 sebelum masehi dan masuk ke dalam tubuh seorang prajurit Roma yang terlihat lemah dan namanya sama dengannya. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sistem bernama "The Kill System", yang mana untuk mendapatkan poin agar bisa ditukarkan dengan uang nyata, dia harus....MEMBUNUH!
Bagaimanakah nasib Damarius di dalam kisah ini?
Apakah dia akan berhasil memenangkan peperangan bersama prajurit di jaman itu?
Ikuti kisahnya hanya di NT....
FYI:
Cerita ini hanyalah imajinasi Author.... Jangan dibully yak...😀✌
LIKE-KOMEN-GIFT-RATE
Jika berkenan... Dan JANGAN memberikan RATE BURUK, oke? Terima kasih...🙏🤗🌺
🌺 Aurora79 🌺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
R.K.N-12 : RUMAH DIATAS TEBING-02
...----------------...
Dua jam kemudian setelah mereka sampai di rumah tersebut, Damarius dan Gildas sudah berada dalam keadaan segar.
Mereka mengikuti seorang budak untuk melintasi halaman rumah tebing tinggi yang berada di atas lautan, menuju ke bilik di Sayap Utara tempat Kaisar Carausius menunggu mereka.
TAP!
TAP!
TAP!
Bilik yang berbentuk persegi empat itu terlihat diterangi oleh lampu-lampu pada tiang-tiang perunggu yang tinggi, dan perapian kayu bakar bergaya Inggris yang sedang menyala.
Seluruh ruangan itu dipenuhi aroma kayu bakar, saat Damarius dan Gildas berjalan memasukinya.
TAP!
TAP!
TAP!
Kaisar Carausius yang sedang berdiri di dekat perapian, langsung membalikkan badannya ketika mendengar derap langkah kaki yang mendekat.
"Ah! Kalian ternyata sudah membersihkan diri... Ayo, kita makan!" ujar Kaisar Carausius pada mereka.
Lalu mereka semua menuju ke sebuah meja kecil yang ditarik ke depan wadah perapian. Hidangan-hidangan itu terlihat lezat, walaupun terlihat cukup sederhana untuk hidangan seorang Kaisar.
Hidangan itu terdiri dari telur bebek rebus, daging domba muda tang direbus dalam susu, serta anggur yang rasanya lebih baik dari pada semua anggur yang pernah mereka minum di Rutupiae sesuai dengan janji Kaisar Carausius.
Anggur itu adalah anggur kuning encer bercita rasa seperti matahari dari daerah selatan, terletak di dalam botol-botol kaca berwarna indah seperti leher burung merpati, dan bertabur emas serta batu-batu permata tatahan.
Mereka semua dilayani oleh para pelayan meja yang berjalan dengan lembut seperti biasanya. Sementara di belakang kursi Kaisar Carausius, ada seorang pelayan yang melayani dirinya secara pribadi.
Makhluk itu sudah pernah mereka lihat satu atau dua kali sebelumnya, dari jauh...dan selalu berdiri di belakang tuannya. Akan tetapi, mereka belum pernah melihatnya sedekat ini.
Makhluk itu berupa laki-laki yang bertubuh kecil, berperawakan ringan seperti seekor kucing gunung, kakinya terselubung kaus kaki ketat yang berwana aneh, dengan tubuhnya yang terbalut tunik wol kotak-kotak aneka warna yang melekat bagaikan sebuah kulit kedua.
Rambut hitamnya lurus tergerai membentuk ikal-ikal kasar di pipi dan lehernya, dan dua buah mata besar pada wajah tirus tak berjenggot itu di buat seakan lebih besar dan cemerlang dengan garis-garis tato berwarna biru yang membingkainya.
Tali kulit berwarna merah tua berhiaskan tonjolan-tonjolan perunggu mengkilat mengelilingi pinggangnya seperti sebuah tali 4njing. Dan dibaliknya terselip semacam instrumen musik berupa batang perunggu melengkung yang digantungi oleh sembilan apel berwarna perak.
Instrumen itu mengeluarkan dentingan merdu saat dia bergerak.
CRING!
CRING!
CRING!
Tapi hal teraneh yang terlihat ketika makhluk itu berbalik untuk mengambil piring dari budak lain, Damarius melihat ekor 4njing yang menggantung dari belakang ikat pinggangnya.
Makhluk aneh tersebut melayani majikannya dengan kerelaan angkuh yang meluap-luap, gaya dramatis yang agak berbeda, dan perilaku dingin terlatih dari pada budak-budak yang lainnya.
(Ini seperti anak buah Dewa Anubis yang tertangkap sepertinya Guy's... Author gak bisa nemuin gambar yang pas untuk Makhluk ini. Dikira-kira aja bentuknya sesuai imajinasi kalian...😁✌)
Ketika hidangan ketiga yang berupa buah-buahan kering dan bolu-bolu kecil yang masih panas sudah diletakkan di atas meja, Kaisar Carausius langsung mengusir para budak itu keluar.
Sedangkan Makhluk itu tidak pergi bersama mereka, melainkan dia langsung berbaring seperti seekor 4njing di depan perapian.
"Saat Tuan Rumah pergi, Cullzen tidur di dapur hangat. Dan ketika Tuan Rumah pulang, Cullzen tidur di samping perapian milik tuannya..." ujar Makhluk tersebut tenang.
Kaisar Carausius meliriknya dengan puas.
"Cullzen memang 4njing yang baik...." ujar Kaisar Carausius.
Kaisar Carausius mengambil sejumput kismis dari piring terakota berwarna merah, dan langsung melemparkannya ke arah makhluk itu.
SRAK!
HAP!
Makhluk tersebut menangkapnya dengan sebelah tangan, gerakannya aneh, cepat, dan indah.
Wajah anehnya menyeringai lebar sampai ke telinga.
"Jadi....aku adalah 4njing Tuanku, dan Tuanku memberiku makan dari mejanya sendiri...." ujar Makhluk tersebut.
Kaisar Carausius berbalik kembali ke kursinya dengan satu tangannya meraih sebotol anggur. Dia memergoki pandangan takjub dan kebingungan dari Damarius, ketika Damarius melihat Makhluk lelaki bertubuh kecil itu.
Kaisar Carausius kemudian berkata dengan senyum lebar pada bibir terkatupnya.
"Maharaja Everglass memiliki DRUTH sebagai Pelawak Rumah Tangganya, dan...haruskah Kaisar sepertiga Romawi sepertiku tidak memiliki apa yang dimiliki oleh Maharaja Everglass?" ujar Kaisar Carausius.
Cullzen menganggukkan kepalanya, menyantap kismis tersebut, lalu membuang bijinya ke dalam perapian.
NYAM!
NYAM!
PLUUUK!
"Karena itulah...Tuanku Curoi membeliku dari para pedagang budak di tepi Laut Barat sana, sehingga dia memiliki apa yang dimiliki oleh Maharaja Everglass di dalam gedung-gedungnya di Tara. Dan menurutku, karena aku berasal juga berasal dari Laighin yang sama dengan Tuanku..." ujar Cullzen terjeda.
"Aku telah menjadi 4njing Tuanku selama tujuh musim panas dan musim dingin terakhir kali ini..." tambah Cullzen.
Sambil berputar dan berlutut dengan satu gerakan kilat seperti seekor burung pemakan ikan, Cullzen merogoh ikat pinggangnya dan mengeluarkan sebuah instrumen yang dilihat oleh Damarius tadi.
Sambil duduk bersila di samping perapian, Cullzen memiringkan instrumen tersebut dengan gerakan cepat dan aneh. Sedangkan perbincangan Kaisar dengan Damarius dan Gildas, sudah beralih ke hal-hal yang lain.
SWING!
TRING!
Suara desiran lonceng terdengar dari apel perak terkecil sampai ke apel perak terbesar yang berada di atas gagang tebal berenamel tersebut, lalu berbalik kembali dalam kunci minor.
(Bayangin aja seperti suara seruling yang dipukul seperti angklung ya Guy's....hehehehe)
"Tring...tring...tring...!"
Dengan suara lembut dan sangat jelas bahwa ini adalah untuk kesenangannya sendiri, Cullzen mulai memainkan instrumennya.
Itu tidak bisa disebut dengan...musik!
Karena tidak terdengar irama sama sekali, melainkan hanya sebuah nada-nada tunggal lembut dan lantang secara bergantian.
TING!
Ketika Cullzen menjentikkan setiap apel perak dengan buku jari atau kukunya, nada-nada tunggal itu seakan jatuh dari tempat yang sangat tinggi.
Bagaikan tetes-tetes berkilau yang disuling dari kehampaan. Masing-masing tetes itu terbentuk sempurna dengan caranya sendiri.
TING!
WUSSSH!
BYUUUR!
Hempasan angin dan deburan ombak laut di luar sana, membuat Damarius semakin tidak bisa melupakan akan malam aneh ini.
Sedangkan di dalam ruangan, tercium aroma kayu yang terbakar, pancaran indah lampu-lampu, serta bintik-bintik warna indah yang membias dari botol-botol anggur yang berwarna-warni itu.
Lalu Damarius menjulurkan tangannya ke dalam salah satu bintik cahaya itu. Tangannya terciprati oleh warna merah tua, hijau jamrud, dan biru merak menyala.
Tiba-tiba Damarius bertanya dalam hatinya...
"Apakah botol-botol ini, cawan emas besar Carausius, tirai tebal bersulam gaya Timur yang menutupi ujung ruangan, serta seutas tali kekang berhias koral yang ada di dinding belakangnya ini pernah berada di dalam gudang-gudang kapal panjang milik Saxon yang bersayap hitam itu..?"
DING!
"Apa yang Host tanyakan dalam hati, semuanya benar...! Barang-barang ini adalah hasil jarahan dari bangsa Saxon!"
...****************...
mampir juga ya dikarya aku jika berkenan/Smile//Pray/