Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 - Pengantin Baru
Sepasang pengantin baru tengah sibuk menarik napasnya sejenak. Mereka baru saja melakukan ritual malam pertama yang pastinya dinanti setiap pengantin di dunia ini.
Cup...
Sebuah kecupan hangat mendarat dengan sempurna di kening Devina dari bibir Arthur.
"Terima kasih, Sayang. Kamu sudah menjaganya untukku," bisik lembut penuh cinta dari Arthur sebagai tanda terima kasihnya pada Devina yang telah memberikan kesucian itu untuk dirinya.
"Sama-sama, Mas. Itu sudah menjadi hak Mas Arthur sebagai suamiku,"
"Percayalah, aku sangat mencintaimu Dev."
"Iya, Mas. Terima kasih,"
"Gimana? Masih sakit? Apa perlu aku belikan obat?" tanya Arthur tanpa basa-basi seraya membuka selimut yang menutupi tubuh urian mereka. Ia ingin melihat kembali sarang yang baru saja memberikan kenikmatan tiada tara yang biasa disebut orang-orang sur_ga dunia.
Apakah terjadi luka lecet yang cukup parah atau robek ?
Hal itu yang ada di benak Arthur. Sontak membuat Devina semakin malu. Ia segera menarik selimutnya kembali lalu menyembunyikan wajahnya yang tersipu.
"Enggak apa-apa, Mas. A_ku malu," cicit Devina lirih seraya terbata-bata karena ia masih gugup berada di dekat Arthur. Padahal keduanya baru saja menyatukan raga bersama.
"Kenapa malu? Aku kan tadi sudah melihatnya, bahkan memasukinya. Aku cuma khawatir punyamu bengkak atau lecet gara-gara milikku," ucap Arthur apa adanya secara gamblang. Sebab, ia khawatir karena ukuran miliknya yang terlalu besar untuk merang_sek masuk ke dalam milik Devina yang sangat sempit, sehingga terjadi robekan parah yang memerlukan jahitan. (Othor solehot mau tepok jidat dulu).
"Kamu minum dulu gih," titah Arthur seraya menyerahkan segelas air putih pada Devina.
Lalu Devina pun tanpa banyak membantah, ia bangun sedikit seraya tetap memegang selimutnya karena khawatir mel0rot. Kemudian ia menerima gelas dari Arthur dan meminumnya. Dirinya memang tengah haus akibat tenaga yang terkuras barusan.
"Makasih, Mas." Devina memberikan gelas itu kembali pada Arthur setelah isinya tandas seraya mengucapkan terima kasih.
"Iya, Sayang." Devina semakin tersipu malu melihat perhatian Arthur padanya.
"Ayo kita istirahat dulu. Kamu pasti capek,"
"Iya, Mas. Aku ngantuk,"
"Ya sudah kita bobo. Aku ninaboboin kamu,"
Devina tak menyahutinya karena sejujurnya matanya memang mengantuk. Namun rasa kantuk itu pun akhirnya buyar karena ulah seseorang.
"Tangannya jangan nakal, Mas." Devina tiba-tiba merasakan gerilya tangan Arthur yang saat ini sudah bertengger di pucuk salah satu mahoni kembarnya.
"Kan sebelum tidur biasanya bayi dapat jatah nutrisi yakni minum susu. Jadi tanganku sudah tepat berada di gent0ngnya langsung sebelum bibirnya datang berkunjung," celetuk Arthur.
"Mas kan bukan bayi. Apalagi tadi kita sudah begituan. Apa masih kurang?"
"Kurang pokoknya," rengek Arthur mirip anak kecil yang tak dibelikan es krim oleh ibunya. Bahkan saat ini ia memeluk Devina dari arah belakang dengan tangan yang bergerilya ke mana-mana sekaligus mendusel-duselkan sesuatu di bawah sana yang baru saja beberapa saat lalu membuat Devina mend3sah nikmat.
Tak ayal ronde berikutnya pun datang menyergap Devina. Ia tipikal istri yang penurut, sehingga Arthur pun kembali bahagia mengarungi puncak madu asmara dengan mengusak sprei bersama di atas ranjang menjadi lebih kusut kembali dan basah.
☘️☘️
Keesokan harinya, Jakarta.
"Mas, aku ke kamar Disya dulu ya buat kembalikan jepit rambutnya yang ketinggalan semalam di sini."
"Iya, Sayang." Arthur berteriak dari dalam kamar mandi.
"Nanti Mas Arthur langsung nyusul ke bawah ya, buat sarapan bersama ke restoran hotel. Keluarga kita pasti sudah nunggu,"
"Iya, Sayang. Bilang saja ke mereka aku segera turun," sahut Arthur. Ia masih sibuk menyelesaikan hajatnya di dalam kamar mandi.
Devina pun keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju kamar Disya seraya membawa sebuah jepit rambut. Ia pun masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai enam. Tak lama, ia pun sampai karena kamar Disya. Sebelum tangannya mengetuk pintu kamar Disya, seketika pintu pun terbuka lebih dahulu.
Deg...
Reno yang membuka pintu karena ia ingin turun ke restoran hotel untuk sarapan bersama keluarga yang lain.
"Dev," sapa Reno lirih.
"Ehm, Disya ada? Aku mau kembalikan jepit rambut miliknya,"
"Disya sudah turun ke restoran. Ini aku mau nyusul ke bawah," jawab Reno.
"Oh, ya sudah kalau begitu aku langsung saja ke restoran. Aku pikir Disya masih di kamar," ucap Devina seraya membalikkan tubuhnya hendak berjalan menuju lift. Seketika...
Grep...
Reno memeluk erat tubuh Devina dari arah belakang.
"Ren, lepas. Apa-apaan kamu!" seru Devina tak suka. Ia tentu khawatir ada orang lain yang melihat kondisi mereka saat ini.
"Aku rindu kamu, Dev. Sejak aku menikah dengan Disya sesuai permintaanmu, kamu justru semakin menghindariku."
"Ren," ucap Devina lirih.
"Apa kamu bahagia menikah dengan Arthur? Apa kalian berdua sudah melakukan malam pengantin? Harusnya aku yang menikah denganmu bukan dia,"
"Please, Ren. Jangan begini. Ingat, Disya sudah jadi istrimu. Aku sudah jadi istri Mas Arthur. Apalagi Disya sekarang sedang hamil," ujar Devina seraya berusaha melepaskan pelukan dari Reno.
"Aku masih sangat mencintaimu, Dev. Apa yang harus kulakukan untuk menghapus rasa ini yang sampai sekarang masih ada di sini," ucap Reno seraya jarinya menunjuk ke arah dadanya sendiri.
"Aku mohon bahagiakan Disya. Jangan sakiti adikku. Lupakan cinta kita. Anggap kita enggak berjodoh, Ren. Jalani hidup masing-masing. Aku juga sedang berusaha mencintai Mas Arthur," tutur Devina.
"Sampai kapanpun aku enggak bisa lupain kamu, Dev." Reno tetap pada pendiriannya kali ini bahwa ia belum bisa mencintai Disya karena cintanya masih terpatri untuk Devina.
"Terserah kamu. Yang pasti jangan dekati aku lagi!" tegas Devina seraya pergi meninggalkan Reno.
☘️☘️
Restoran hotel, Jakarta.
"Loh, pengantin baru kok turun sendirian? Lagi marahan ya. Hehe..." ledek Disya.
"Disya!" seru Arjuna.
"Maaf, Opa. Hehe..." ucap Disya seraya tersenyum pada Arjuna. Ia tahu sang kakek tidak suka jika sikap ceplas-ceplosnya menyinggung orang lain. Terlebih itu dilakukan pada keluarganya sendiri.
Arthur mencium tangan Arjuna dan Bening serta para orang tua penuh takzim. Lalu ia mendaratkan b0kongnya untuk duduk di kursinya.
"Tadi istriku pergi ke kamarmu. Katanya mau kembalikan jepit rambutmu yang ketinggalan semalam di kamar kami," ucap Arthur.
"Oh iya. Aku malah lupa kalau jepitku kemarin ketinggalan ternyata di kamar pengantin," ujar Disya yang memang punya sifat pelupa serta ceplas-ceplos.
Tiba-tiba pandangan mata Disya menatap sosok yang menjadi bahan pembicaraan pagi ini yakni Devina. Istri Arthur tersebut tengah berjalan menuju ke restoran. Tak jauh di belakang Devina, Reno pun berjalan menuju ke tempat yang sama.
"Nah, itu Kak Devi sama suamiku." Disya berucap seraya tangannya menunjuk ke arah Devina dan Reno.
Sontak semua keluarga langsung menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Disya.
Bersambung...
🍁🍁🍁