Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Arsen kini masuk ke dalam kamar dan melihat Naya yang sudah merebahkan dirinya di atas ranjang dengan guling di tengah sebagai penghalang.
"Lo tidur sini tapi gak boleh melewati batas. Gue tahu gak enak tidur di sofa." Setelah itu Naya memunggungi Arsen dan mulai memejamkan matanya karena seharian itu dia merasa sangat lelah.
Arsen kini merebahkan dirinya di sebelah guling yang sebagai penghalang itu. Dia menatap punggung Naya yang ikut naik turun seiring napas Naya yang sudah teratur.
"Cepat banget tidurnya, pasti capek." Arsen tersenyum kecil. Dia tak juga bisa memejamkan matanya karena tidurnya tadi sore cukup lama. Dia masih saja memandangi punggung Naya.
Beberapa saat kemudian Naya memutar tubuhnya hingga dia terlentang.
Arsen hanya menelan salivanya. Lekuk tubuh itu terlihat sangat jelas dibalik piyama Naya.
Sial! Gimana gue bisa tidur, yang ada punya gue malah bangun.
Kemudian Arsen menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh Naya.
Tenang disitu ya. Jangan goda iman gue.
Baru juga Arsen merebahkan dirinya Naya kini memeluk guling pembatas itu dan semakin menghimpit tempat Arsen.
Nih, cewek tidur gak bisa diam. Duh, gimana gue bisa tidur.
Arsen menatap wajah cantik yang tidur dengan bibir sedikit terbuka itu. Dia tersenyum lalu mengambil ponselnya dan mengabadikannya.
Siapa suruh tidur mepet gue terus.
Setelah beberapa kali tangkapan foto, Arsen mengembalikan ponselnya di atas nakas.
Beberapa saat kemudian Naya menyingkirkan gulingnya. Dia mengigau pelan. Entah apa yang ada di mimpinya. Kemudian satu tangannya memeluk dada Arsen
Aduh, makin meluk gue. Makin gak bisa tidur nih gue.
Tangan kiri Arsen kini menjadi bantalan Naya. Dia bisa menghirup aroma rambut Naya yang harum. Hanya aroma rambut saja sudah membangkitkan gairahnya. Tubuhnya semakin terasa panas. Rasanya dia semakin tidak bisa menahannya.
Gak bisa tahan gue.
Tangan kanannya kini meraih tisu yang ada di atas nakas lalu melakukan ritual malamnya sendiri dengan tangan kanannya sambil menghirup dalam rambut Naya beberapa kali.
Andai gue bisa lakuin sama lo pasti mantap, gak usah pakai tangan gini.
Arsen menahan suaranya agar tidak sampai keluar saat hasratnya sudah berada di puncak.
Bahkan meski ada getaran di tubuh Arsen, Naya sama sekali tidak bangun.
Arsen menghela napas panjang saat hasratnya telah keluar. Lega, sekarang tinggal tidur saja.
Dia kembali menatap Naya yang masih tertidur nyenyak di pelukannya. Setelah membersihkan dan membuang tisu ke lantai, Arsen kini memejamkan matanya dan tertidur.
Hingga pagi hari posisi mereka masih tetap sama. Naya kini membuka matanya dan menatap Arsen lalu berteriak. "Arsen! Kan gue udah bilang jangan melawati batas!"
Arsen membuka matanya lalu menguap panjang. "Yang melewati batas siapa? Lihat nih, tempat tidur gue sempit banget."
Seketika Naya duduk dan melihat tempatnya. "Kenapa gue bisa deketin lo. Pasti lo tarik kan?"
"Kalau gue tarik harusnya lo bisa rasain, nyatanya lo tidur nyenyak sampai pagi."
"Ih." Naya turun dari ranjang dan mengambil ponselnya yang berada di nakas dekat Arsen. Tanpa sengaja dia menginjak tisu dan terasa lengket di kakinya. "Iuh, ini apa?" Naya mengangkat kakinya, bahkan tisu itu menempel di telapak kakinya.
Arsen hanya melihatnya dengan santai.
"Lo kan gak pilek? Jangan bilang kalau ini..."
"Of course, calon anak kita terpaksa gue buang sendiri karena gue gak mungkin per ko sa lo lagi." jawab Arsen dengan entengnya. Pagi-pagi rasanya dia senang sekali menggoda Naya.
"Iuh," Seketika Naya menutup mulutnya karena perutnya terasa mual. "Ambil cepat! Jijik banget!"
"Hih!" Arsen mengambil tisu-tisu itu lalu membuangnya ke tempat sampah. "Jangan bilang jijik-jijik lo. Nanti kalau udah ngerasain pasti juga ketagihan."
"Ngerasain? Jangan harap!" Baru saja Naya mengambil ponselnya dan melepas chargernya, tiba-tiba Arsen mendorongnya hingga terduduk di tepi ranjang.
"Gue sampai lupa, kita kan sudah pernah merasakannya. Sayang kita sama-sama gak sadar." Arsen semakin mendekat dan mengintimidasi Naya meski tubuh Naya kian menjauh ke belakang. "Nanti kalau lo mau kita bisa lakuin lagi secara sadar."
"Gak mau!" Naya mendorong tubuh Arsen lalu dia berdiri. "Cukup satu kali itu saja melakukan kesalahan. Gue gak mau lagi melakukan kesalahan yang sama dan ingat jangan jadikan tubuh gue sebagai ajang fantasi lo!"
Kemudian Naya keluar dari kamar dan menuju dapur.
Arsen masih saja tertawa lalu dia kini menata tempat tidurnya dan membersihkan kamar. Satu kemajuan yang pesat. Seumur-umur baru kali ini dia menata kamarnya.
Setelah itu, dia keluar rumah dan duduk di teras sambil menyesap rokoknya.
"Kalau pagi itu jangan merokok. Jangan kotori udara bersih dengan asap rokok!" kata Naya saat keluar dari rumahnya.
"Mau kemana?" tanya Arsen.
"Beli lauk." kata Naya sambil berlalu.
Lama-kelamaan mereka memang akan mendalami peran mereka sebagai suami istri. Apakah akan indah pada waktunya?
.
💕💕💕
.
Like dan komen ya..
Btw salut buat Arsen krn dah berani jujur.
Wah....