Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19: Kedatangan eyang dan kakek Ady
Malam ini merupakan malam pertama bagi Alea tidur di kediaman Dominic, saat ini dirinya tengah menyusui putrinya agar segera tertidur.
Cklek!
Alea terkejut mendengar suara pintu terbuka, dia segera melepas mulut putrinya yang sedang menyusu dan merapihkan pakaiannya.
"Oeekk ... Oeekk,"
Alea menghela nafasnya pelan, ternyata Ady yang masuk dengan laptop di tangannya.
"Kenapa? kenapa Ara menangis?" bingung Ady
"Tadi lagi nyusu, aku kaget terus lepas paksa. Jadinya nangis," ujar Alea dan kembali memberikan putrinya asupan.
"Kan aku yang masuk, kenapa harus kaget? kalau yang lain sebelum masuk kamar ini mereka terbiasa mengetuk pintu," terang Ady.
Tangisan Ara terhenti, Alea pun mengusap keringat di dahi sang putri. Ara tampak menatap sang bunda dengan mata polos nya, hal itu membuat Alea tersenyum.
"Alea, uang sekolah Edgar dan segala kebutuhannya kini menjadi tanggung jawabku. Untuk sebulan ku beri dia uang saku lima juta sebulan apakah cukup?" terang Ady dan bertanya pada istrinya itu.
"Itu kebanyakan mas, kamu kasih dia dua puluh ribu sehari itu udah lebih dari cukup kok." ujar Alea sambil sedikit menolehkan kepalanya.
Ady menatap istrinya yang tengah membelakanginya itu, dia menaruh laptopnya di kasur dan menghela nafasnya.
"Kamu tega sama adik kamu? dua puluh ribu di sekolahan elit mana cukup, lagian aku juga mampu," terang Ady.
"Mas tapi ...,"
"Aku gak menerima penolakan," tegas Ady.
Alea akhirnya tidak protes kembali, dia pun menatap sang putri yang ternyata sudah tertidur. Bahkan bibir putrinya sudah tidak menyedot lagi.
Alea menutup dadanya, dia menduduki dirinya dan menggendong putrinya itu.
"Mas," panggil Alea.
"Hm?" gumam Ady sambil menoleh.
"Ara tidur disini gak papa yah, takutnya tengah malam dia bangun seperti di rumah sakit. Jadi aku gak perlu samperin ke box bayinya," pinta Alea.
Ady mengangguk singkat, dia kembali fokus pada layar laptopnya. Sementara Alea memindahkan Ara ke tengah dirinya dan Ady, dia menepuk paha putrinya agar pulas tertidur.
Tak lama Alea pun ikut tidur menyusul putrinya, dia sangat lelah hari ini. Itu sebabnya dia langsung mudah tertidur.
Ady yang saat ini duduk dengan bersandar di kepala ranjang sedikit menoleh menatap istri dan anaknya, ini adalah impiannya. Impiannya saat dia dan Alea masih tinggal satu rumah saat itu dan kini keinginannya menjadi nyata.
Ady pun kembali menyelesaikan pekerjaannya, setelahnya dia menutup laptopnya dan menaruhnya di nakas.
Ady bangkit dari ranjang, dia mendekati lemari Ara yang memang disiapkan khusus untuk putrinya. Dia membuka lemari dan mengambil selimut yang bermotif kuda itu dan kembali ke ranjang.
Ayah baru itu memakaikan selimut pada putrinya yang hanya memakai jumper. Ara pun tak terganggu sehingga Ady merebahkan dirinya dan menarik selimut untuk dia dan istrinya.
Ady pun tertidur menyusul istri dan putrinya, bagai keluarga hangat mereka tertidur dengan tenang.
Tengah malam, Ady terbangun akibat tangisan Ara. Mungkin karena bayi itu lapar sehingga Ady pun menggendongnya.
"Iya, haus yah nak. Bentar yah, ayah panasin dulu susu Ara." ujar Ady sambil bangkit berdiri.
Ady merekatkan selimut anaknya, dia berjalan menuju lemari pendingin kecil yang ada di kamarnya dan membukanya. Dia mengambil satu kantung plastik Asi yang sudah Alea pompa dan memanaskannya.
Ady pun memasukkan susu itu kedalam botol, walau sulit karena satu tangannya dia gunakan untuk menahan tubuh sang putri tetapi Ady tetap berusaha.
"Sebentar yah, nangisnya jangan keras-keras. Kasihan bunda tidur," ujar Ady.
Ady mengecek suhu susu tersebut, setelahnya di pastikan aman. Dia pun memasukkan dot itu pada mulut Ara, Ara pun menyesapnya dengan lahap.
"Mas, Ara bangun yah," tanya Alea yang baru saja terbangun. Dia mengusap pelan matanya dan menduduki dirinya.
"Iya, kamu tidur lagi aja. Besok kamu harus ngurusin keperluan aku," ujar Ady.
Alea menurut, dia juga masih sangat mengantuk. Dia kembali merebahkan dirinya dan tertidur.
Ady tersenyum melihat putrinya yang sudah mengantuk, dia menimang ke kiri dan kanan agar putrinya segera tertidur.
***
Pagi harinya, seperti permintaan Ady. Alea menyiapkan segala keperluan Ady, setelah dia menyusui putrinya dan menaruhnya di ayunan elektrik Alea pun memulai tugasnya menjadi seorang istri.
Cklek!
Pintu kamar mandi terbuka, Ady keluar dengan handuk di pinggang. Alea pun melihat sebentar dan mengalihkan pandangannya.
"Mana bajuku?" tanya Ady sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Di atas kasur, aku keluar sebentar mau ambilkan mas kopi," ujar Alea.
Ady pun mengangguk singkat, dia segera mengambil bajunya yang ada di kasur dan memakainya.
Tak lama Alea kembali, dia melihat Ady yang tengah memakai kemejanya.
"Ini kopinya mas," ujar Alea.
Ady menerimanya, dia meminum kopinya tersebut. Sementara Alea, wanita itu mengancingkan kemeja Ady.
"Ara mana?" tanya Ady yang telah selesai dengan kopinya.
Alea mengambil cangkir itu, dia menaruhnya dan mengambil dasi Ady yang terletak di kasur.
"Sama Shaka, lagi anteng di ayunan." jawab Alea sambil memakaikan Ady dasinya.
Ady menatap wajah cantik istrinya, dia mengakui jika Alea sangatlah cantik. Kulit yang putih, bibir yang tipis dan berwarna cherry. Hidung yang mancung, dan pipi yang chubby.
"Masukin kedalam kemejanya mas, aku ambilkan pengering rambut untuk kamu," pinta Alea.
Ady pun merapihkan kemejanya, dia duduk di kasur dan datanglah Alea dengan membawa pengering rambut. Alea dengan telaten mengeringkan rambut Ady, setelah selesai dia mengambil sisir untuk merapihkannya.
"Ayo kita ke ruang makan," pinta Ady.
Alea mengangguk, dua menaruh kembali pengering rambut dan keluar kamar bersama Ady.
Sesampainya di ruang makan, Ady tampak terkejut. Berbeda dengan Alea yang menatap bingung kedua orang tua paruh baya yang duduk di meja makan bersama keluarga yang lain.
"Cucu eyang, sini Ady," seru wanita paruh baya.
Ady tersenyum, dia mendekati wanita itu dan memeluknya. Alea masih mematung di tempat, dia meremas tangannya satu sama lain karena takut pada tatapan pria paruh baya yang sepertinya kakek dari Ady.
"Siapa dia Ady?" tanya pria paruh baya itu.
Seketika suasana berubah menjadi berbeda, Alea merasa tidak enak. Dia bingung ingin berbuat apa.
"Dia istri Ady kek," ujar Ady pada kakek itu.
"Oh, berasal dari kalangan mana? dari keluarga apa?" tanyanya pada Ady.
Tuan Robert Dominic adalah kakek dari Ady, dia merupakan orang yang tegas dan tak terima sedikitpun kesalahan. Dia orang yang sangat keras dalam hal apapun, terlebih Ady merupakan cucu yang paling dia sayang.
"Pi, Alea hanya berasal dari kalangan biasa. Tapi dia baik kok," ujar Ethan pada papinya itu.
"Mana kamu tahu dia baik, bisa saja dia menikah dengan Ady agar menjadi kaya. Dia dan adiknya tinggal disini, enak sekali," ujar Robert.
Amanda mendekati Alea, dia menyuruh Alea mendekat sambil memberi kekuatan agar Alea tidak takut.
"Ck, kenapa kau memilih istri tidak berkelas Ady?" tanya Robert.
"Mas! gak boleh begitu, kau akan menyinggung perasaannya," ujar istri Robert yang bernama Naura.
Robert memutar bola matanya malas, dia bangkit dari duduknya dan menjauh dari ruang makan.
Robert berjalan tanpa tau kemana, dia hanya ingin menenangkan pikirannya. Netranya tak sengaja melihat pintu bercat biru dan dia pun memasukinya.
Tampak Siska sedang bermain dengan Shaka dan Ara, dia sesekali tertawa akibat kelucuan Ara. Berbeda dengan Shaka yang hanya menatapnya dengan wajah datar.
"Siska," panggil Robert sambil berjalan masuk.
"Loh, kakek. Kapan kesini kek," ujar Siska dan memeluk kakeknya itu.
Tatapan Robert mengarah pada dua bayi itu, dia mengerutkan keningnya dan menatap Siska yang kembali duduk di dekat kedua bayi yang sedang berada di ayunan elektriknya.
"Sini kek, lihat cicit kakek," seru Siska.
Robert melepas sepatunya, dia menduduki dirinya di karpet berbulu itu. Tatapannya jatuh lada Ara yang menatapnya dengan polos.
"Kau melahirkan bayi kembar? ku rasa kau hanya melahirkan bayi laki-laki saja, terus bayi siapa ini?" heran Robert.
"Coba tebak," seru Siska.
"Apa kalian menyembunyikan fakta jika kau melahirkan bayi kembar, begitu?" tanya Robert.
Robert mengarahkan jari telunjuknya pada Ara, Ara pun menggenggam jari telunjuk itu dengan tangan mungilnya.
"Apa kakek senang melihat bayi itu?" tanya Siska.
"Yah, dia sangat cantik. Warma matanya mirip denganku, padahal anak-anakku tidak ada yang menuruni mataku. Tapi bayi ini, dia menuruni warna mataku," ujar Robert.
"Itu bukan kembaran Shaka kek, tapi itu sepupunya," ujar Siska.
Robert mengerutkan keningnya.
"Sepupu?"
"Iya, dia anak dari Ady dan Alea. Ara," ujar Siska yang membuat Robert terkejut.
alea &ady 👍👍👍
Barulah crita mreka remaja.
Dan crita ttg Bela.
Apkh Bela mempunyai watak buruk?
yaitu dia ahirny jdi seorang pelakor?
Trimksih Author critany yg membuat Sy terhibur.