Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Sean
"Kau datang ke sini dengan siapa? Dari mana keluargamu berasal? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya di pesta penjamuan seperti ini sebelumnya."
Pertanyaan Felix membuat Claire jadi bingung. Dia ingin mengatakan kalau dia mewakili keluarga Louris, tetapi dia tidak tahu, dia datang sebagai apa? Istri Sean? Tidak akan ada yang percaya dengannya.
"Aku ...."
"Felix." Sebelum Claire menjawab pertanyaan Felix, ada seseorang yang memanggilnya dari arah depan.
Terlihat seorang pria menghampiri Felix. "Tuan Raymond mencarimu," ucap pria itu.
"Baiklah, aku akan segera ke sana." Pria tersebut melirik sekilas pada Claire kemudian pergi.
"Claire, maaf aku harus pergi. Aku masih ada urusan. Kita mengobrol lagi nanti."
Claire mengangguk sambil tersenyum. "Iyaa."
Felix lalu pergi meninggalkan Claire sendirian. Setelah kepergian Felix, dia memutuskan untuk mencoba makanan yang di tersedia di depannya. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain itu karena dia ridak memgenal satu pun orang yang datang ke pesta jamuan tersebut. Saat dia sedang menikmati makanan, beberapa wanita menghampirinya.
"Bagaimana bisa wanita miskin seperti dia bisa masuk ke dalam pesta ini? Apa keamanan pesta ini sudah berkurang?" Suara itu berasal dari seorang wanita. Wanita itu adalah Rosi.
Claire menghembuskan napas lalu menatap malas pada Rosi dan teman-temannya. "Lalu bagaimana dengan dirimu? Hanya karena ayahmu memiliki bisnis kecil, kau sudah merasa sudah menjadi kelaurga konglomerat?" cibir Claire dengan wajah mencemooh.
Terkadang orang bisa meninggikan dirinya, hanya karena dia bisa bergaul dengan kalagan atas dan memiliki usaha kecil. Jika dibandingkan dengannya, tentu saja keluarga Rosi tidak ada apa-apanya.
Amarah Rosi mulai terpancing. "Kau gadis miskin tahu apa soal keluarga konglomerat. Aku lebih baik dari pada dirimu. Setidaknya keluarga adalah keluarga kaya, tidak miskin seperti dirimu."
Sepertinya Rosi sudah melupakan kejadian beberapa hari yang lalu saat dia mempermalukannya dengan membayar semua belanjaanya dan kedua temannya. Kalau tidak, bagaimana bisa dia kembali menghina dirinya miskin.
"Rosi, seperti dia semakin berani saja pada kita," sahut Reya.
Claire, tidak suka berurusan dengan wwanuta berisik seperti Rosi dan kedua temannya. Itulah sebahnya dia tidak ingin meladeni mereka. "Kalian pergilah. Jangan menggangguku. Aku sedang tidak memiliki mood yang baik." Claire kembali meraih potongan kue kering yang ada di depannya lalu memasukkan ke dalam mulutnya dengan wajah acuh tak acuh.
Reya terlihat membisikkan sesuatu pada Rosi yang membuatnya seketika tersenyum. "Lebih baik kau keluar dari sini, sebelum aku panggil petugas keamanan," usir Rosi.
Rosi mengira kalau Claire masuk dengan cara menyelinap ke acara jamuan makan itu. Orang yang bisa datang ke penjamun ini adalah orang tertentu, tanpa undangan, siapapun tidak bisa keluar masuk dengan bebas ke acara tersebut.
"Tidak bisakah kalian pergi dan membiarkan aku tenang sebentar saja? Aku tidak ingin membuat keributan apapun di sini."
Rosi memandang Claire dengan wajah jijik. "Kau pikir aku senang melihatmu di sini? Kau itu merusak pemandangan, apa kau tahu itu?" timpal Dira.
Karena mereka terlihat tidak ada niat untuk pergi, Claire akhirnya memutuskan untuk meningglakan tempat itu sebelum suasana semakin memanas. Dia bukannya takut, hanya saja dia tidak mau menimbulkan masalah di acara orang lain.
Saat Claire berbalik dan berniat melangkah, seseorang menarik gaunnnya dengan kuat ke arah belakang. Sebelum terjatuh, Claire merentang kedua tangannya lalu mengubah haluannya ke arah Rosi dan kedua temannya hingga tubuh ketiga orang tersebut membentur sebuah meja bundar yang berisi minuman berlakohol yang disusun meninggi ke atas hingga membuat semua minuman itu seketika terjatuh ke lantai dan menimbulkan bunyi yang nyaring.
"Praaaang."
Semua yang ada di sekitar situ seketika menoleh ke asal suara. Di sana, Rosi dan kedua temannya terjatuh di bawah setelah menabrak meja, dengan gaun yang basah setelah terkena isi gelas yang jatuh mengenai mereka
Claire yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya menyunggingkan salah satu sudut bibirnya ke arah mereka. Dia berhasil membalik keadaan saat Rosi berniat untuk mempermalukannya.
"Clairee....! Aku tidak akan melepaskanmu." Dengan tatapan penuh kebencian, Rosi bangun lalu berjalan ke arah Claire. Dia berniat untuk membalasnya setelah merasa dipermalukan olehnya.
Rosi melangkah cepat dengan mata yang memera. Setelah jaraknya dengan Claire semakin dekat, Rosi langsung mengangkat tangannya berniat untuk menamparnya, tetapi sayangnya langsung ditangkap oleh Claire.
"Jangan pernah berani menamparku. Kau tidak akan lolos dengan mudah jika berani menyentuh tubuhku." Claire menghempaskan Rosi dengan kasar. Melihat Rosi tidak berdaya, kedua temannya maju mendekati Rosi untuk membantunya.
Mereka bahkan mengabaikan tatapan dari orang di sekitar mereka. Yang ada di pikiran mereka saat ini hanya membalas Claire.
Melihat kekacauan yang sudah ditimbulkan oleh Rosi dan kedua temannya, untuk sesaat Sheryn merasa menyesal karena sudah terlibar denagn mereka, tetapi dia tidak bisa diam saja jika mereka berniat untuk mempermalukannya di pesta tersebut.
"Ada apa ini?" Ketika kedua teman Rosi ingin menyerang Claire, seseorang keluar dari kerumanan orang. Dia adalah orang yang Claire juga kenal.
"Aletha, liat wanita miskin ini. Dia mendorong kami hingga kami jatuh dan membuat gaun kami semuanya basah," adu Reya pada Aletha.
Aletha menatap ke arah Claire dengan tatapan tidak suka. "Kau lagi." Aletha berjalan mendekati Claire. "Dimana pun kau berada selalu saja menimbulkan masalah. Sepertinya kau tidak memiliki rasa takut sedikit pun," cibir Aletha dengan jijik.
"Aletha, lebih baik usir saja wanita ini dari sini. Dia sudah mempermalukan kami semua di disini," sahut Rosi pada Aletha.
Mereka adalah spesies yang sama, tentu saja mereka akan saling membantu di saat merasa terancam.
"Kau harus meminta maaf pada mereka lalu mengganti kerugian karena sudah mempermalukan dan merusak gaun mereka," ucap Aletha.
Claire mendengus dingin. "Mereka lebih dulu mencari masalah denganku. Kau jangan ikut campur. Ini adalah urusanku dengan mereka."
Melihat sikap arogan Claire, Aletha mulai tersulut amarah. "Jika kau tidak melakukan apa yang aku katakan, aku akan menyeretmu keluar dari sini dan mempermalukanmu sehingga kau tidak memiliki wajah lagi untuk datang ke acara seperti ini," ancam Aletha.
Claire menampilkan wajah angkuhnya. Menghadapi Aletha memang tidak bisa dengan cara yang baik. "Kalau kau berani silahkan lakukan," tantang Claire dengan senyum mengejeknya.
"Kau pikir aku tidak berani melakukannya?"
Claire tesenyum lalu berkata dengan nada mencemooh. "Aletha, kau hanyalah anak manja yang hanya tahu berlindung dibalik nama besar keluargamu. Menindas orang yang lebih lemah darimu, kau pikir kau hebat? Kau tidak lebih dari anak manja dari keluarga kaya yang tidak memiliki kelebihan yang bisa dibanggakan selain uang."
Setelah mengatakan hal itu, Claire berbalik, berniat untuk keluar dari pesta tersebut. Dia tidak mau berurusan lagi dengan wanita gila seperti mereka.
"Hai, Jala*ng. Mau ke mana kau? Jangan harap bisa pergi begitu saja setelah kau menghinaku." Aletha berteriak dengan suara lantang.
Claire yang mendengar itu seketika berbalik lagi menatap marah padanya. "Aletha, berani sekali kau memanggilku seperti itu. Panggil aku dengan benar. Aku adalah kakak iparmu. Kau berasal dari keluarga terhormat, seharusnya kau tahu hal mendasar seperti itu. Kau seharusnya tidak bodoh, bukan? Biasakan itu mulai sekarang."
Kakak ipar?
Seketika ruangan itu menjadi riuh. Semua orang berada di dalam ruangan itu nampak terkejut setelah mendengar ucapan Claire. Mereka mulai menerka-nerka dengan siapa Claire menikah. Dikeluarga besar Louris hanya ada dua keturanan laki-laki, yaitu Felix dan Sean, tapi ketika mereka berpikir lagi, mereka menduga kalau orang yang dinikahi Claire adalah Felix, bukan Sean.
"Jangan pernah bermimpi. Aku tidak akan pernah menerimamu sebagai Kakak Iparku," ucap Aletha lantang.
Mendengar perkataan Aletha, Rosi yang awalnya terkejut, seketika melemparkan tatapan mencemooh pada Claire. Dia berpikir kalau Claire sangat bermulut besar sampai berani mengaku sebagai kakak ipar dari Aletha.
"Dasar wanita tidak tahu malu. Kau harus mendapatkan pelajaran sebelum kau diusir dari sini." Detik kemudian tangannya terangkat dan melemparkan gelas benimg berisi red wine pada Claire.
Lututnya memar akibat terjatuh tadi, kalau dia tidak bisa membalas Claire malam itu, dia tidak akan memiliki wajah lagi ke depanya.
Sebelum gelas itu mengenai Claire, seseorang memeluk Claire dari depan sehingga gelas itu mengenai punggung pria tersebut dan isinya tumpah dan membahasi jasnya. Mata Rosi seketika membesar ketika melihat siapa pria yang melindungi Claire.
"Tuan Muda Felix," ucap Rosi dengan mata tebelalak.
"Kakak." Aletha tidak kalah terkejut dengan semua orang yang ada di sana termasuk Claire.
"Apa kau tidak apa?" Felix menunduk sambil bertanya dengan lembut pada Claire
Claire mendongakkan kepalanya dengan tatapan linglung. "Ak-aku tidak apa-apa." Mereka bertatapan sejenak hingga suara berat dan dingin terdengar dari arah belakang.
"Ada keributan apa ini?"
Seketika semua orang menoleh ke belakang, termasuk Claire dan Felix. "Sean," ucap Claire sambil menelan salivanya.
Tatapan Claire jatuh pada wajah Sean yang suram. Sorot matanya memancarkan kabut hitam yang pekat dan tubuhnya mengeluarkan aura dingin disekitar tubuhnya ketika melihat tangan Felix melingkar pada tubuh Claire. "Ternyata istriku ada di sini. Aku sudah mencarimu sedari tadi."
Felix yang masih memeluk tubuh Claire seketika beralih menatap Claire. "Istri?" tanya Felix dengan wajah terkejut.
"Orang yang sedang kau lindungi adalah istriku, Felix. Jadi, jauhkan tanganmu dari tubuhnya sekarang juga."
Mata hitam Sean begitu pekat, mengandung aura dingin sehingga membuat Claire sedikit tertekan ketika melihat tatapan matanya.
Bersambung
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor