Benci Jadi cinta mengisahkan perjalanan cinta Alya dan Rayhan, dua orang yang awalnya saling membenci, namun perlahan tumbuh menjadi pasangan yang saling mencintai. Setelah menikah, mereka menghadapi berbagai tantangan, seperti konflik pekerjaan, kelelahan emosional, dan dinamika rumah tangga. Namun, dengan cinta dan komunikasi, mereka berhasil membangun keluarga yang harmonis bersama anak mereka, Adam. Novel ini menunjukkan bahwa kebahagiaan datang dari perjuangan bersama, bukan dari kesempurnaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Nikegea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 : awal yang buruk
Alya berdiri di depan cermin, menatap diri nya yang sudah rapih dengan kemeja putih dan blazer biru muda. Ia menghela napas panjang.
“Kenapa sih, aku harus ikut makan malam ini? Bukan nya bisa diwakilin sama Mama aja?” gumam nya sambil memutar bola mata nya.
Di belakang nya, Mama berdiri dengan senyum penuh arti. “Alya, ini penting buat hubungan keluarga kita. Lagi pula, kamu kan harus mulai belajar kenal sama Reyhan. Siapa tahu cocok.”
“Cocok?” Alya langsung menoleh, nyaris tersedak udara. “Mama serius? Ini per jodohan, ya?”
Mama hanya ter kekeh kecil sambil ber lalu, meninggalkan Alya yang masih syok.
Malam itu, di restoran mewah, Alya duduk dengan enggan di sebelah Mama dan Papa. Mata nya sibuk memandangi pintu masuk, berharap Reyhan—si cowok yang kata nya anak kolega bisnis papanya—nggak muncul.
Tapi harapa nnya langsung hancur begitu seorang cowok jangkung dengan kemeja hitam dan senyum sok santai masuk ke ruangan.
“Aduh, nggak mungkin…” bisik Alya pelan.
Dan benar saja, Reyhan—cowok paling menyebal kan yang pernah ia temui di kampus—melangkah masuk. Dia ter senyum lebar begitu melihat Alya, lalu melambaikan tangan seolah mereka teman baik.
“Hai, Alya! Wah, nggak nyangka kita ketemu di sini!” Reyhan berseru sambil duduk di seberang nya.
Alya menatapnya tajam. “Kamu ngapain di sini?”
Reyhan mengangkat alis, lalu menatap kedua orang tua Alya yang duduk di sisi meja. “Oh, jadi kamu belum tahu? Kita… dijodohin.”
Alya langsung ingin menghilang di tempat.
Alya masih membeku. Reyhan tampak santai, bahkan dia mengambil buku menu dengan wajah tanpa beban.
“Kok, diem? Nggak nyangka ya, kita jadi pasangan yang dijodohin?” Reyhan berkata dengan nada menggoda.
Alya mengerutkan kening, menatap Reyhan tajam. “Pasangan? Jangan mimpi. Ini cuma makan malam biasa. Aku di sini karena terpaksa.”
Reyhan tertawa kecil. “Ya, aku juga terpaksa. Mana mungkin aku mau satu meja sama cewek yang hobinya ngatur-ngatur orang.”
Mama Alya langsung menyenggol nya. “Alya, jangan galak sama Reyhan. Kamu harus belajar bersikap ramah. Reyhan itu anak baik.”
Alya ingin membalas, tapi dia menahan diri. Dia hanya mendengus sambil melipat tangan di dada.
Sementara itu, Papa Reyhan ikut bicara. “Alya, kamu tahu nggak? Reyhan ini nggak cuma pintar, tapi juga sudah banyak bantu di bisnis keluarga. Dia ini paket lengkap.”
Reyhan ter senyum puas mendengar pujian itu. Dia melirik Alya sambil berkata, “Dengar tuh, paket lengkap, kata nya. Jadi, kapan kita mulai ngerencanain pernikahan?”
“Reyhan!” Alya berseru, wajahnya memerah.
Papa Reyhan dan Mama Alya hanya tertawa kecil, seolah candaan Reyhan adalah hal biasa. Tapi Alya merasa ini adalah neraka dunia.
“Dengar, Reyhan,” Alya berkata tegas, mencondong kan tubuh ke depan. “Aku nggak peduli apa pun rencana orang tua kita. Kalau kamu mikir aku bakal setuju sama per jodohan ini, kamu salah besar.”
Reyhan mengangkat bahu santai. “Tenang, aku juga nggak mau kok. Tapi, kalau orang tua kita ngotot, mau nggak mau kita harus pura-pura, kan?”
Alya tertegun. “Pura-pura? Maksud kamu?”
Reyhan tersenyum tipis, wajah nya berubah serius. “Gini aja, kita pura-pura setuju sampai mereka puas. Nanti, pelan-pelan kita bikin alasan supaya nggak usah beneran nikah. Win-win.”
Alya memikirkan nya. Ide Reyhan terdengar masuk akal, meski pun ia enggan mengakui. Dengan berat hati, dia mengangguk kecil. “Oke. Tapi jangan pikir ini arti nya aku suka sama kamu.”
“Tenang aja,” Reyhan menjawab santai. “Aku juga nggak akan jatuh cinta sama kamu.”
Namun, entah kenapa, kata-kata itu justru membuat dada Alya terasa aneh.
setelah makan malam itu berakhir,Alya masih belum menyangka hal itu bakal terjadi.
Hari Senin pagi di kampus biasa nya sibuk, tapi bagi Alya, pagi ini terasa lebih berat dari biasa nya. Semua gara-gara Reyhan. Kesepa katan yang mereka buat saat makan malam seharus nya memper mudah keadaan, tapi ternyata malah sebalik nya.
Reyhan tampak nya terlalu menikmati peran ini. Sepanjang akhir pekan, dia terus mengirim pesan, memasti kan Alya ikut dengan rencana nya.
Reyhan: "Besok jangan lupa pura-pura nyapa aku di depan teman-teman kampus."
Alya: "Hah? Ngapain?!"
Reyhan: "Kan kita ‘pura-pura pacaran’. Biar realistis dong."
Alya: "Dasar nyebelin."
Alya tiba di lobi kampus dengan harapan bisa melewati hari ini tanpa drama. Tapi tentu saja, harapan itu langsung hancur begitu ia melihat Reyhan berdiri di tengah lobi, menyandar kan tubuh ke dinding sambil melipat tangan.
“Alya!” Reyhan memanggil nya keras-keras, menarik perhatian banyak orang.
Alya menutup wajah dengan telapak tangan, berusaha tetap tenang. “Kenapa sih, harus segitunya?”
Reyhan mendekati nya dengan senyum lebar. “Lho, kan kita harus bikin ini kelihatan nyata. Nih, pegang tangan aku.”
Alya memelototi nya. “Lo gila, ya? Ngapain juga pegang tangan segala!”
Reyhan tertawa kecil. “Biar mereka percaya, dong. Kalau cuma jalan bareng doang, nggak cukup.”
Dengan terpaksa, Alya menurut. Dia menggandeng tangan Reyhan sambil bergumam pelan, “Kalau ini bikin aku malu, aku nggak bakal maafin lo.”
Mereka berjalan melewati teman-teman kampus yang mulai berbisik-bisik.
“Eh, Reyhan sama Alya sekarang pacaran, ya?”
“Serius? Kok bisa? Mereka kan kayak anjing sama kucing.”
Alya berusaha tetap memasang wajah datar, tapi telinga nya jelas menangkap semua komentar itu. Reyhan, di sisi lain, tampak santai.
“Lihat tuh,” bisik Reyhan sambil tersenyum licik. “Mereka percaya.”
Alya mendesah, menatap Reyhan dengan pandangan kesal. “Lo terlalu menikmati ini, ya?”
“Tentu aja. Ini kan seru,” jawab Reyhan ringan.
Saat mereka sampai di kelas, seorang teman Alya, Sarah, langsung menghampiri. “Alya, ini beneran? Lo pacaran sama Reyhan?”
Alya ingin menjawab dengan jelas bahwa ini cuma pura-pura, tapi Reyhan lebih cepat membuka mulut.
“Ya dong, kita baru jadian,” ucap Reyhan sambil merangkul bahu Alya.
Sarah terkejut, begitu juga Alya. Dalam hati, Alya bersumpah bakal membalas Reyhan atas semua ini. Tapi ia hanya bisa ter senyum kaku.
“Eh… iya, gitu deh,” kata Alya dengan nada ter paksa.
Saat Sarah pergi, Alya langsung menyikut Reyhan. “Lo keterlaluan!”
Reyhan tertawa kecil. “Tenang, ini bagian dari ke sepakatan, kan?”
Alya mendengus, merasa hari ini baru per mulaan dari segala ke kacauan yang Reyhan bawa ke hidup nya.
semangat kak 🤗
sumpah aku jadi ketagihan bacanya 😁😁