Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Ikatan Diatas Kertas.
"Astaga, kenapa ularku berdiri siang-siang bolong begini," batin Bara.
Bohong jika Bara tidak tergoda dengan penampilan Arumi sekarang. Dua minggu tinggal di atap dan kamar yang sama, Bara mulai terbiasa melihat penampilan Arumi sehari-harinya, biasanya gadis itu mengenakan pakaian yang sopan tanpa memperlihatkan bagian-bagian tubuh sensitifnya, meskipun memakai dress tapi bukan dress terbuka seperti sekarang ini.
Arumi berjalan mendekati Bara, keningnya mengernyit melihat wajah Bara yang seperti nampak gelisah, bahkan kening suaminya itu berkeringat.
"Mas, kok kamu keringetan? Apa ac'nya kurang berasa?" Tanya Arumi. Sekarang dia mulai terbiasa memanggil Bara dengan panggilan 'Mas', selain untuk kebutuhan akting didepan keluarga Bara, usianya yang enam tahun lebih muda juga menjadi salah satu alasan Arumi lebih nyaman memanggil Bara dengan panggilan itu.
"Ng-nggak apa-apa kok, cuacanya sangat panas jadi Mas keringetan," jawab Bara sekenanya. Suara lembut Arumi justru semakin membuat Bara panas dingin, bicara saja bisa selembut itu, apalagi jika mende-sah.
Arumi tersenyum, "Ya udah Mas, aku mau turun ke bawah dulu ya, Mas istirahat saja dulu, nanti kalau makan siangnya sudah siap aku panggil."
Hanya anggukan kecil yang Bara berikan sebagai jawaban setuju. Setelah Arumi keluar, Bara mengembuskan nafas lega sembari menyenderkan tubuhnya pada punggung sofa, kedua tangannya mengusap wajah kasar. Ini bahkan belum satu jam setelah mereka tinggal berdua, bagaimana dia akan bisa menjalani hari-harinya selama ada satu minggu ini. Seandainya berduaannya dengan Monica, mungkin Bara bisa lebih leluasa melakukan apa saja dengan kekasihnya itu.
_
_
_
Arumi begitu telaten mambantu mbak Retno memasak didapur, pekerjaan dapur seperti ini memang sudah biasa Arumi lakukan sehari-hari. Setelah ibunya meninggal dulu dan ayahnya memutuskan untuk menikahi wanita selingkuhannya, semua pekerjaan rumah memang menjadi tanggung jawab Arumi. Mama tirinya itu akan marah dan bahkan tidak segan-segan untuk memukulnya dengan sapu atau tangan jika Arumi tidak menurut.
Dulu, Arumi kecil memang begitu polos dan tidak berani untuk melawan, terkadang dia sampai tidak diberi makan seharian oleh mama tirinya. Namun, sikap mama tirinya akan berubah seratus delapan puluh derajat jika didepan ayahnya. Menginjak usia remajanya, Arumi mulai memberontak dan berani untuk melawan setiap ucapan dan tindakan mama tirinya. Dia tidak ingin terus-terusan ditindas dan menjadi wanita lemah.
"Wah... Non pinter masak, pantas saja Tuan muda memilih Nona menjadi istrinya," puji mbak Retno. Hampir semua makanannya memang dimasak oleh Arumi, mbak Retno hanya membantu menyiapkan bahan-bahannya saja.
"Kebetulan saja Mbak," jawab Arumi menoleh ke arah Mbak Retno. "Tolong bantu taruh makanan-makanan ini dimeja makan ya Mbak, saya mau panggil mas Bara dulu."
"Baik Non," angguk Mbak Retno.
Arumi kembali naik ke lantai atas, nampak Bara yang baru keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap, wajahnya pun terlihat lebih segar, sepertinya suaminya itu baru selesai mandi.
"Kamu habis mandi Mas?" Tanya Arumi. "Tumben mandi siang-siang bolong begini,"
"Badan Mas lengket, jadi Mas mandi sekalian," jawabnya beralasan, padahal dia mandi untuk menghalau pikiran-pikiran kotornya tentang tubuh Arumi dari otaknya.
Arumi mengangguk pelan, dia begitu percaya dengan apa yang diucapkan oleh suaminya.
"Kita makan siang dulu yuk Mas, makanannya sudah siap," ajak Arumi.
"Hmmm,"
Keduanya berjalan beriringan ke lantai bawah, Bara menarikkan kursi untuk Arumi duduk. Meskipun tidak ada kakek dan tantenya disana, namun Bara harus tetap terlihat mesra, takutnya mbak Retno nanti mengadu yang tidak-tidak ke kakeknya.
Arumi mengambilkan nasi dan lauk untuk Bara, lama-lama dia jadi terbiasa mengambilkan makanan untuk suaminya.
"Gak apa-apa, Mas bisa ambil sendiri saja," ucap Bara.
"Udah terlanjur diambilin Mas. Lagian juga cuma ngambilin makan doang, aku gak keberatan kok." Arumi meletakkan piring yang sudah diisi nasi dan lauk itu didepan Bara, kemudian dia mengisi piring miliknya dengan nasi dan lauk.
"Aku sudah menelfon asistenku, mungkin besok dia baru bisa mengirim baju-baju untuk kamu," ucap Bara, dia mulai menyendok nasi dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Iya gak apa-apa Mas, aku bisa pakai baju-baju itu dulu. Cuma aku masih bingung aja, siapa yang udah nuker isi koper aku ya? Masa sih mbak Mirna yang nuker, kayaknya gak mungkin deh, lagian buat apa coba? Kayak gak ada kerjaan banget,"
Bara melirik ke arah Arumi, begitu polosnya gadis yang duduk didepannya ini sampai-sampai tidak bisa menebak kenapa kopernya bisa berubah isinya. Padahal dengan kakeknya mengirimkan mereka untuk berbulan madu saja sudah jelas tujuannya mereka harus ngapain.
Bara meletakkan sendok dan garpu ditangannya diatas piring, kemudian dia menatap Arumi dengan lekat, "Apa kamu tidak paham juga kenapa isi kopermu bisa berubah?"
Arumi menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, memangnya kenapa bisa berubah Mas? Apa disulap gitu makanya bisa berubah? Maksud Mas, mbak Mirna bisa sulap gitu?"
Bara menghela nafas panjang mendengar pertanyaan beruntun Arumi. Nyatanya, pikiran Arumi memang tidak sampai sejauh pikiran Bara. Arumi begitu yakin Bara tidak akan berani macam-macam dengannya, sesuai isi kontrak yang sudah mereka tanda tangani, tidak ada kontak fisik kecuali jika dalam keadaan mendesak atau darurat.
"Bukan disulap Rum, tapi emang sengaja diganti isinya," ucap Bara dengan penuh penekanan disetiap kata-katanya.
"Sengaja? Biar apa coba Mas?" tanya Arumi dengan kening mengernyit.
"Biar ularnya gampang masuk!"
...🍁🍁🍁...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...