Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mata Setengah Terbuka
“Kenapa?” tanya Lucas seraya menatap dua orang yang sedang sibuk mengganti ban mobilnya.
Meskipun duduk satu bangku, namun Lily dan Lucas membuat jarak. Mereka sama-sama duduk di ujung bangku.
“Isaac, kamu tau dia kemana? Dari pagi dia belum pulang,” kata Lily dengan nada khawatir.
“Kirain dia sama kamu,” sambungnya.
Lucas mengernyit, melirik Lily sekilas. Ekor matanya melihat ekspresi Lily yang begitu cemas. Bahkan gerak-gerik Lily terlihat gelisah.
Apa yang Lucas lihat, sangat berbeda dengan apa yang Isaac sampaikan. Tapi dia tidak memusingkan hal itu, karena memang bukan urusannya.
“Sama Calvin,” sahut Lucas singkat.
“Di rumah Calvin? Aku telpon Isaac tapi nggak diangkat.”
“Udah malem, aku takut dia kenapa-kenapa,” tambahnya. Lily benar-benar cemas.
Lucas tersenyum miring. Dia tidak tahu apakah Lily hanya pura-pura cemas atau memang cemas.
“Tar juga pulang.”
Lily menggigit bibir bawahnya. Kakinya bergerak-gerak gugup.
“Tadi Calvin nelpon, nyuruh aku ke rumahnya karena ada Isaac,” ujar Lucas yang tentunya berbohong.
Meskipun masih terlihat gelisah, tapi Lily sudah cukup tenang.
“Calvin masih sakit? Isaac bilang dia kecelakaan,” kata Lily seraya menoleh ke arah Lucas.
Sontak Lucas menoleh dengan bingung. Matanya bertemu dengan mata Lily yang tampak berbinar meskipun ada kecemasan.
“Sakit?” ulang Lucas.
“Udah mendingan, kok,” sambungnya. Lucas mengalihkan pandangannya, kembali menatap dua orang yang tampak masih sibuk dengan mobilnya.
“Sial,” batin Lucas. Gara-gara Isaac, dia harus berbohong kepada Lily. Untung saja dia bisa membaca situasi dan mengikuti kebohongan Isaac.
“Oh, syukurlah,” lirih Lily.
“Kalo Isaac nggak pulang, berarti dia nginep di rumah Calvin,” kata Lucas yang disambut anggukan oleh Lily.
Setelah mengobrol sebentar, Lily pamit pulang dan mengucapkan terimakasih kepada Lucas. Berkat Lucas, dia jadi tenang. Setidaknya dia tahu keberadaan suaminya.
Lucas menatap punggung Lily sebelum masuk ke dalam mobil. Dia tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
“Sial, ternyata Isaac belum berubah sama sekali. Kasian Lily,” batin Lucas.
Lucas sudah mengenal Isaac bertahun-tahun. Dia tahu seburuk apa Isaac di masa lalu, bahkan sekarang.
Lucas sempat berpikir jika Isaac akan berubah setelah menikah dengan Lily. Dulu, Isaac sangat memuja Lily. Dia selalu mengatakan bahwa Lily sangat cantik, mandiri, penyabar dan pintar. Lily benar-benar wanita idaman Isaac.
“Padahal kamu beruntung dapetin Lily,” batin Lucas.
Tapi entah apa yang ada dipikiran Isaac sehingga dia menyia-nyiakan Lily begitu saja. Dia menyia-nyiakan apa yang dulu sangat diidamkan.
“Kalo nggak sanggup bikin Lily bahagia, setidaknya jangan bikin dia menderita,” lirih Lucas sebelum akhirnya dia beranjak berdiri dan menghampiri mobilnya.
Setelah membayar dan mengucapkan terimakasih, Lucas segera menginjak pedal gas menuju club malam. Dia sangat yakin jika Isaac dan Calvin ada disana.
***
Isaac terpuruk di sofa, tubuhnya terkulai lemas dengan mata setengah terbuka. Wajahnya merah padam dan matanya berkilau tidak fokus, menandakan bahwa dia sudah kehilangan setengah kesadarannya.
Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna coklat gelap duduk dengan elegan. Dia bergelayut manja di lengan Isaac. Sesekali dia memberikan kecupan panas di pipi dan leher Isaac.
Lucas, yang baru saja memasuki club malam, menatap pemandangan itu dengan kening berkerut. Dia mendekati Isaac, mencoba menarik perhatian sahabatnya yang kini tak lagi bisa membedakan realitas dan ilusi.
Lucas menghela napas berat. Dia mengingat Lily yang khawatir mencari-cari Isaac, namun Isaac justru sedang mabuk ditemani seorang wanita cantik.
“Ck, lelaki brengsek ini nggak ada kapoknya,” gumam Lucas.
Lucas menatap wanita yang masih setia di samping Isaac. Dia memberi isyarat agar wanita itu pergi.
Setelah wanita itu pergi, Lucas mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Dia mencari-cari keberadaan Calvin yang seharusnya bersama Isaac. Namun nihil, Lucas tidak melihat batang hidung Calvin.
“Dia pasti udah ke hotel,” batin Lucas.
"Isaac, kamu baik-baik aja?" tanya Lucas seraya duduk di samping Isaac. Dia hanya menatap sahabatnya dengan ekspresi datar.
Isaac mengangkat kepalanya perlahan, menatap Lucas dengan pandangan kosong. Bibirnya bergerak-gerak, mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas dan terputus-putus.
"Lucas... dia... di mana... kita? Papa...Isaac minta maaf," ucap Isaac dengan terbata-bata.
Lucas menghela nafas panjang, dia sudah sering melihat Isaac seperti ini. Mabuk, lalu meminta maaf kepada ayahnya.
Isaac menggumamkan sesuatu lagi, kata-katanya tidak jelas dan suaranya semakin lemah. "Semua... salahku..."
Lucas mendengus kesal. Mau tidak mau dia harus membawa Isaac pulang ke apartemennya. Dia tidak mungkin membawa Isaac pulang ke rumahnya sendiri karena ada Lily. Mau bagaimanapun, Lucas tidak mau menambah masalah.
“Lucas, Li...Lily dimana?” tanya Isaac saat di dalam mobil.
“Aku...aku butuh dipeluk Lily,” sambungnya.
Lucas hanya menatap Isaac dengan malas.
“Dasar nggak tau diri,” gumam Lucas seraya menyalakan mobil dan melaju di jalanan yang sudah tampak sepi.
Sepanjang jalan, Isaac meracau tidak jelas. Tapi, kini Lucas paham jika yang berubah bukanlah Lily, tapi Isaac.
Melihat keadaan Isaac yang sekarang, Lucas jadi kasihan kepada Lily. Tapi, Lucas tidak bisa berbuat banyak. Dia tidak mau ikut campur ke dalam rumah tangga sahabatnya sendiri..
Sesampainya di apartemen, Lucas justru dikejutkan dengan kehadiran sang mantan kekasih.
“Sayang, Isaac mabuk?” tanya Jasmine.
“Kamu ngapain disini?” tanya Lucas dingin. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan kehadiran Jasmine.
“Aku dari rumah Mamah, sekalian mampir kesini,” terang Jasmine.
Lucas dan Jasmine sudah putus sejak lima bulan yang lalu. Namun, Jasmine masih sering datang ke apartemen Lucas sesuka hati. Terlebih lagi, Lucas belum mengganti kata sandi pintunya sehingga Jasmine bisa keluar masuk secara bebas.
“Mending kamu pulang,” ucap Lucas setelah membawa Isaac ke dalam kamarnya.
Jasmine tersenyum, lalu merentangkan tangan hendak memeluk Lucas. Namun, Lucas menepis tangan Jasmine dengan kasar.
“Aku capek,” kata Lucas singkat. Dia segera berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Namun, Jasmine terus mengekori Lucas hingga membuat Lucas risih.
“Kamu mau pergi sendiri atau mau aku tarik keluar?” tanya Lucas lirih, namun penuh dengan penekanan. Matanya menatap tajam kearah Jasmine, ekspresinya kaku dengan rahang yang mengeras.
“Sayang, kamu ken-”
“Jasmine! Kita udah nggak ada hubungan apa-apa! Aku benci kamu!” bentak Lucas membuat Jasmine terkejut.
Jasmine melangkah mundur, menatap Lucas dengan takut-takut, lalu pergi meninggalkan Lucas sambil mengumpat kesal.
Lucas mengatur nafasnya dengan susah payah. Bayangan kematian sang kakak dan perselingkuhan Jasmine tampak jelas. Meskipun sudah hampir setengah tahun, namun kejadian itu terasa baru kemarin.
“Sial,” batin Lucas. Dia jatuh terduduk sambil memegangi dadanya yang terasa begitu nyeri. Dua hantaman itu menjadi kehancuran Lucas hingga saat ini. Hatinya yang telah mati tak ada lagi ruang untuk wanita manapun.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE, TAMBAHKAN FAVORIT, DAN BERI HADIAH UNTUK NOVEL INI ❤️ TERIMAKASIH
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor