NovelToon NovelToon
Jejak Kode

Jejak Kode

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:630
Nilai: 5
Nama Author: Faila Shofa

Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.

Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pesan tersembunyi

Keesokan harinya, mereka kembali berkumpul di perpustakaan setelah jam pelajaran usai. Suasana tegang melingkupi mereka. Pesan yang diterima Rifki semalam terus membayangi pikiran mereka, terutama angka-angka yang tampak seperti teka-teki tak terpecahkan.

13 5 20 5 18 16 15 16 12 5

Mereka duduk di sudut perpustakaan, membentangkan buku catatan dan ponsel untuk mencoba menyelesaikan kode itu.

“Aku yakin ini adalah semacam sandi angka,” kata Laila.

“Kayak sandi angka yang mana?” tanya Rio. “Kita udah pernah pakai metode konversi alfabet sebelumnya, tapi mungkin ini beda.”

“Aku nggak tahu,” Laila mengakui. “Makanya kita harus cari referensi.”

Mereka mulai memeriksa rak-rak buku, mencari apa saja yang berhubungan dengan sandi atau kode rahasia. Rifki menemukan buku kecil berjudul Dasar Kriptografi, sedangkan Keysha membawa buku Misteri dan Kode-Kode dalam Sejarah.

Namun, setelah membuka halaman demi halaman, mereka tidak menemukan petunjuk yang relevan.

“Kenapa nggak ada satu pun yang cocok?” keluh Keysha, menyerah.

“Jangan menyerah,” kata Laila. “Kita pasti bisa.”

Tiba-tiba seorang perempuan, Dina, teman sekelas mereka, mendekat sambil membawa tumpukan buku.

“Kalian lagi cari apa?” tanyanya penasaran.

Mereka saling berpandangan, ragu untuk menjawab. Namun akhirnya Rifki membuka mulut.

“Kami lagi nyoba pecahin kode ini,” katanya, menunjukkan catatan berisi angka-angka tersebut.

Dina memeriksa angka-angka itu dengan seksama, lalu tersenyum kecil. “Oh, ini sandi angka yang gampang. Kalian nggak tahu?”

“Gampang?!” Rio hampir berteriak.

Dina tertawa kecil. “Iya. Ini cuma konversi alfabet. Setiap angka merepresentasikan huruf. Misalnya, 1 itu A, 2 itu B, dan seterusnya. Lihat aja.”

Dina mengambil pena dari tangan Laila dan mulai menuliskan huruf berdasarkan angka. Dalam waktu singkat, ia selesai.

13 \= M, 5 \= E, 20 \= T, 5 \= E, 18 \= R, 16 \= P, 15 \= O, 16 \= P, 12 \= L, 5 \= E

“Metropole,” kata Dina. “Apa itu?”

Mereka semua terdiam.

“Metropole…?” gumam Laila. “Bukannya itu nama bioskop tua yang udah ditutup?”

“Iya!” Rifki membenarkan. “Itu di dekat jalan besar, kan?”

“Apa ini berarti kita harus ke sana?” tanya Keysha, sedikit cemas.

Dina menatap mereka bingung. “Kenapa kalian mau ke sana?”

“Terima kasih, Dina,” Laila mengabaikan pertanyaan itu dan berdiri. “Kami harus pergi sekarang.”

Mereka meninggalkan perpustakaan dengan penuh semangat, meskipun dihantui rasa takut akan apa yang akan mereka temui di tempat itu.

---

Setelah sekolah usai, mereka langsung menuju lokasi yang disebutkan dalam sandi. Bangunan bioskop Metropole yang terbengkalai terlihat menyeramkan, dengan cat yang mengelupas dan jendela yang pecah.

“Kita serius mau masuk ke sini?” tanya Keysha dengan nada ragu.

“Kita harus,” jawab Laila tegas. “Ini mungkin petunjuk penting.”

Mereka masuk ke dalam, melewati pintu yang sudah hampir roboh. Suasana di dalam sangat gelap dan dingin. Bau apek memenuhi udara.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki.

“Siapa itu?” Rifki berbisik.

Mereka berhenti dan menahan napas, mendengarkan dengan saksama. Langkah kaki itu mendekat, membuat jantung mereka berdegup kencang.

“Siapa pun itu, ayo kita siap-siap kabur,” bisik Rio.

Namun, sebelum mereka sempat bergerak, sebuah cahaya kecil menyala di ujung ruangan. Seseorang muncul dari balik bayangan dengan senter di tangan.

“Kalian juga di sini?”

Itu adalah Damar.

“Damar?!” seru mereka bersamaan.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Laila.

“Aku mengikuti kalian,” jawab Damar santai. “Aku juga nggak bisa diam setelah tahu Fahri hilang.”

Mereka merasa lega sekaligus bingung dengan kehadiran Damar. Namun, sebelum ada yang bisa berkata lebih jauh, sebuah suara aneh terdengar dari arah belakang mereka.

Ketukan.

Mereka semua berbalik secara bersamaan.

“Siap-siap,” bisik Laila, berusaha tetap tenang.

Namun ketegangan mereka semakin meningkat ketika mereka menyadari bahwa suara ketukan itu berasal dari dalam dinding…

Ketukan dari dalam dinding menghentikan langkah mereka. Mata semua orang tertuju pada dinding tua yang catnya sudah mengelupas. Ruangan yang awalnya hanya menyeramkan kini terasa benar-benar mengancam.

“Damar, jangan bercanda,” bisik Keysha, mencoba meredakan rasa takutnya.

“Aku nggak ngapa-ngapain!” sahut Damar, suaranya terdengar serius.

Laila melangkah maju perlahan. “Mungkin ini cuma... hewan? Tikus, mungkin?” Tapi nada suaranya menunjukkan ia sendiri tidak yakin.

“Tikus mana bisa ngetuk kayak gitu,” gumam Rio.

Ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras dan berirama.

Tok... Tok Tok Tok... Tok Tok...

“Ini bukan sembarangan,” Rifki berkata sambil menahan napas. “Ini pola... atau mungkin kode lagi.”

Mereka semua menatap Rifki.

“Morse?” tanya Laila.

Rifki mengangguk dan mulai mendekati dinding dengan hati-hati. Ia menempelkan telinganya ke dinding, mencoba memahami pola ketukan itu. Setelah beberapa saat, ia berbisik.

“Bukan. Ini bukan Morse. Polanya beda.”

“Kalau gitu, apa?” tanya Keysha panik.

Rifki menggeleng. “Aku nggak tahu... Tapi ini jelas bukan suara alam. Ada seseorang atau sesuatu di balik sana.”

Ketegangan memuncak. Mereka saling bertukar pandang, mencoba memutuskan langkah berikutnya.

“Kita cari jalan untuk buka dinding ini,” usul Damar akhirnya.

“Dan kalau itu jebakan?” Rio membalas, nada suaranya penuh kewaspadaan.

“Kalau kita nggak cari tahu, kita nggak bakal pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini,” kata Laila tegas.

---

Setelah mencari di sekitar ruangan, mereka menemukan sebuah celah di sisi dinding yang tampaknya bisa didorong. Dengan hati-hati, mereka mendorongnya bersama-sama. Dinding itu bergeser perlahan, membuka sebuah lorong gelap yang penuh debu dan aroma apek.

“Ini... lebih buruk daripada yang aku bayangkan,” bisik Keysha.

“Tapi kita harus masuk,” kata Laila, mencoba tetap tenang.

Mereka masuk satu per satu, dengan Rifki di depan membawa senter yang diambilnya dari tas. Lorong itu sempit dan dingin, dengan suara angin samar-samar yang menambah suasana seram.

Pagi itu, sekolah mereka dipenuhi bisik-bisik tentang murid yang hilang. Nama itu—Rasya, seorang siswa kelas sebelah—muncul di setiap percakapan. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi.

“Laila, lo denger soal Rasya?” Keysha membuka percakapan sambil menaruh tas di meja.

Laila mengangguk, wajahnya tampak serius. “Iya, dia nggak pulang sejak kemarin. Gue baca di grup, keluarganya udah lapor polisi.”

“Tapi ini nggak mungkin kebetulan,” sela Rio yang baru duduk. “Kita nemu kode-kode aneh, terus sekarang ada murid yang hilang? Gue rasa ini ada hubungannya.”

“Lo mikir Rasya juga dapat sandi kayak kita?” tanya Damar sambil menyesap minuman dari botolnya.

“Itu kemungkinan besar,” jawab Rifki. “Tapi gue penasaran, kenapa dia? Apa dia juga ikut nyelidikin sesuatu?”

---

Di tengah percakapan mereka, seorang guru masuk ke kelas dengan ekspresi serius.

“Anak-anak, saya harap kalian tetap tenang. Tadi pagi, pihak sekolah mendapat laporan bahwa Rasya, salah satu siswa kita, tidak ditemukan di rumahnya. Jika ada informasi apapun tentang keberadaan Rasya, tolong segera laporkan ke saya atau guru lainnya.”

Suasana kelas menjadi sunyi. Semua orang terlihat cemas dan bingung.

Laila melirik Rifki dan berbisik, “Kita harus cari tahu lebih banyak soal ini.”

Rifki mengangguk. “Tapi kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu kita juga terlibat dalam kode-kode ini.”

---

Saat istirahat, mereka berkumpul di perpustakaan. Rifki membawa beberapa buku tentang sandi, berharap menemukan sesuatu yang bisa membantu.

“Tunggu, ini ada bagian tentang sandi angka,” kata Rifki sambil menunjuk sebuah halaman.

“Coba baca,” pinta Laila.

Rifki mulai membaca dengan suara pelan. “Sandi angka biasanya menggunakan nomor untuk menggantikan huruf, misalnya A\=1, B\=2, dan seterusnya. Tapi ada juga variasi lain yang lebih rumit.”

“Kalau yang kita dapet kemarin, apa itu termasuk variasi?” tanya Keysha.

“Bisa jadi,” jawab Rifki. “Tapi masalahnya, kita nggak tahu pola atau petunjuk lebih lanjut.”

“Berarti, kita cuma buang waktu kalau baca semua ini tanpa ada petunjuk tambahan,” komentar Rio.

Laila menghela napas. “Kalau gitu, kita coba cara lain. Kita cari tahu soal Rasya dulu. Mungkin ada petunjuk di barang-barang dia atau temen-temen deketnya.”

---

Setelah jam pelajaran selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke rumah Rasya. Mereka berhati-hati agar tidak menarik perhatian orang lain.

Saat tiba di depan rumah Rasya, mereka disambut oleh ibunya yang terlihat cemas.

“Maaf, Tante. Kami teman-teman Rasya. Kami cuma mau tahu, apakah Tante butuh bantuan atau mungkin ada yang bisa kami lakukan?” Laila berbicara dengan nada lembut.

Ibu Rasya mengangguk pelan. “Kalian baik sekali. Kalau kalian tahu apa-apa tentang Rasya, tolong kasih tahu Tante, ya. Dia terakhir pamit pergi ke sekolah, tapi sampai sekarang nggak pulang.”

“Apakah Tante tahu, mungkin Rasya lagi menyelidiki sesuatu atau menerima sesuatu yang aneh?” Rifki mencoba bertanya tanpa terlalu mencurigakan.

Ibu Rasya mengerutkan kening. “Menyelidiki? Nggak, Tante nggak tahu soal itu. Tapi beberapa hari lalu, dia sempat bilang kalau dia nemu sesuatu di laci mejanya di sekolah. Tante nggak paham maksudnya apa.”

Jawaban itu membuat mereka semua saling melirik.

---

Di perjalanan pulang, Damar berbicara, “Gue rasa kita harus cek laci meja Rasya di kelasnya. Mungkin ada petunjuk di sana.”

“Tapi gimana caranya? Kalau kita ketahuan...” Rio mulai bicara, tapi Laila menyela.

“Kita cari waktu yang tepat. Mungkin besok pagi sebelum jam pelajaran dimulai.”

Rifki mengangguk. “Setuju. Kalau memang ada sesuatu di sana, kita nggak boleh buang waktu.”

Dan dengan itu, mereka bersiap untuk langkah berikutnya, meskipun bayangan bahaya terus menghantui mereka.

1
secret enjel
seruu kak, aku bakal bacaa sampai habis
michiie
gk paham jir
michiie
bagusssssss
Sa'diah Sasa
seru nih, aku suka yang teka-teki yang begini
Aulia Nur
aaahh... seru! 🥰
Aimee
Penasaran
Aimee
Misteri apa yang ada di baliknya?
miilieaa
thor...
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?
Violence: ga ada sih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!