seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Hari Minggu akhirnya tiba, dan hari ini adalah waktunya Nabillah pulang ke rumah bersama Pita yang juga sudah siap.
"Bil, Lo sama Bang Delvin, kan?" tanya Pita sambil masuk ke kamar Nabillah.
Nabillah meletakkan ponselnya, lalu mengangguk sambil menatap ke arah Pita.
"Aku ikut sama kalian, ya. Hehehe," ucap Pita.
"Boleh. Lo udah siap, kan? Kak Delvin udah di jalan," jawab Nabillah.
"Sudah. Kalau begitu, gue ambil barang-barang gue dulu ya," balas Pita, lalu keluar menuju kamarnya untuk mengambil barang-barangnya.
Beberapa saat kemudian, Delvin akhirnya datang. Sesuai permintaan Nabillah, ia langsung menuju kamar Nabillah. Namun, saat ingin naik ke atas, langkah Delvin dihentikan oleh Bagus, membuatnya bingung.
"Eits, lo siapa? Seenaknya aja mau masuk ke kamar Nabillah," tanya Bagus sambil merentangkan tangannya untuk menghentikan Delvin.
Delvin mengernyitkan alisnya, lalu menatap Bagus dari atas ke bawah.
"Lo siapa?" tanya Delvin balik.
"Kenalin, gue Bagus, calon pacarnya Nabillah," jawab Bagus dengan nada sombong.
"Oh, kenalin gue—"
"Nak Delvin!"
Belum sempat Delvin menyelesaikan ucapannya, suara Bu Yayan dari atas memanggilnya.
Delvin menoleh ke atas, lalu tersenyum pada Bu Yayan.
"Cari Nabillah, ya?" tanya Bu Yayan. Delvin mengangguk menjawabnya.
"Naik aja ke atas, Nabillah ada di kamarnya sama Pita," ujar Bu Yayan, membuat Bagus terlihat kesal.
"Jadi, ini yang namanya Delvin," gumam Bagus dalam hati.
"Udah dengar, kan, kata manajer lo? Sekarang minggir, gue mau lewat," ucap Delvin dengan nada tegas kepada Bagus yang hanya diam di tempat.
Delvin menatap Bagus dengan tajam, seolah-olah menantangnya. Bagus yang merasa terintimidasi akhirnya menyingkir. Namun, sebelum pergi, Delvin berbisik pada Bagus.
"Jangan coba-coba dekati milik gue. Paham?" ucap Delvin dengan tegas, lalu meninggalkan Bagus yang hanya diam dengan sedikit merinding karena aura Delvin yang begitu kuat.
Delvin berjalan ke kamar Nabillah dengan ekspresi datar. Namun, beberapa detik kemudian, ekspresinya berubah ketika melihat Nabillah yang baru saja membuka pintu kamarnya.
Nabillah tersenyum melihat Delvin menghampirinya, lalu merentangkan tangannya untuk memeluknya.
"Kangen sama aku, ya?" tanya Delvin. Nabillah mengangguk cepat.
"Yasudah, ayo kita pulang. Mana barang-barang kamu? Biar aku yang bawa," ucap Delvin.
"Ada di kamar. Oh iya, Kak, Pita boleh ikut kita, kan? Kamu bawa mobil, kan?" tanya Nabillah dengan ragu.
"Kalau kamu izinkan, aku ikut aja," jawab Delvin sambil mengelus pipi Nabillah.
Nabillah pun mengangguk, lalu mengajak Delvin mengambil barang-barangnya. Walaupun barang yang dibawa Nabillah tidak banyak, Delvin tetap bersikeras membawanya, membuat Pita merasa iri.
"Iri deh gue sama kalian," celetuk Pita sambil melirik ke arah mereka.
"Makanya cari pacar," jawab Nabillah santai.
"Cariin, dong," balas Pita.
"Itu aja sama Bagus. Dia kan jomblo," sahut Nabillah.
"Ogah! Bagus kan sukanya sama lo," ucap Pita dengan nada lantang, membuat Delvin langsung menatap Pita dengan tatapan tajam.
Pita yang ditatap seperti itu pun merasa sedikit takut. Nabillah, yang menyadari situasinya, segera mengelus lengan Delvin agar berhenti menatap Pita seperti itu.
Tanpa sepatah kata, Delvin keluar begitu saja sambil membawa barang-barang Nabillah, meninggalkan mereka berdua.
"Lo kenapa ngomong kayak gitu sih?" ucap Nabillah kesal.
"Ya maaf, Bil, gue kan nggak tahu," jawab Pita merasa bersalah.
Nabillah menghela napas panjang, lalu meninggalkan Pita sendirian. Pita, yang takut ditinggal, segera menyusul Nabillah.
Sesampainya di bawah, mereka berpamitan kepada Bu Yayan, karena Bu Yayan memang tidak pulang untuk akhir pekan kali ini.
"Bu, kami pamit dulu, ya," ucap Nabillah sambil bersalaman dengan Bu Yayan, diikuti oleh Pita dan Delvin.
"Hati-hati di jalan," jawab Bu Yayan.
Nabillah mengangguk, lalu beralih ke Bagus yang berdiri di samping Bu Yayan.
"Gue balik duluan. Lo di sini belajar yang benar. Baca lagi materi yang gue kasih kemarin," ucap Nabillah kepada Bagus.
Bagus memberikan hormat kepada Nabillah, membuat Delvin yang melihat hal itu merasa tidak suka. Nabillah menggelengkan kepalanya pelan, lalu menggandeng tangan Delvin untuk masuk ke mobil.
Bagus, yang melihat adegan itu, tampak tidak senang. Delvin, menyadari ekspresi Bagus, hanya tersenyum miring, seolah mengejek.
"Udah gue bilang, lo bukan tandingannya Bang Delvin, boy," celetuk Pita sambil masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang.
Di sepanjang perjalanan, suasana terasa canggung. Tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Keheningan itu membuat Pita merasa semakin bersalah atas apa yang terjadi sebelumnya.
Nabillah, yang memahami situasi, melirik ke arah Delvin yang sedang serius menyetir.
Delvin, menyadari tatapan Nabillah, melirik balik dengan mata tajamnya.
"Apa?" tanyanya dengan nada ketus, membuat Nabillah hampir menangis.
"Kamu sudah makan?" tanya Nabillah dengan suara pelan. Delvin hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa.
Nabillah paham bahwa Delvin sedang marah padanya, meskipun dia tidak tahu alasannya. Sementara itu, Pita tetap diam, merasa sangat bersalah karena telah menyebabkan suasana menjadi tidak nyaman.
Akhirnya, Pita memberanikan diri untuk berbicara.
"Bang, gue minta maaf soal tadi. Lagi pula, Nabillah udah jadi milik lo," ucap Pita dengan nada rendah.
"Hmm," jawab Delvin singkat sambil memutar setir mobil ke kanan.
Nabillah menoleh ke arah Pita, memberi kode untuk berhenti bicara. Pita, yang mengerti, mengangguk pelan dan kembali terdiam.
TBC....