Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Malam sudah berganti. Sama sekali tidak ada malam pertama atau pun malam romantis.
Lasya sampai kebingungan memikirkan hal ini.
Jam sarapan pagi sudah tiba.
Lasya sudah duduk di meja makan menunggu Andrian datang.
Sudah cukup lama dia berada di sini, bahkan makanan ini pastinya juga sudah sedikit dingin.
Hingga tak berselang lama langkah kaki tegas terdengar menuruni tangga.
Lasya bergegas berdiri, dia menata penampilannya dan menunjukkan senyuman manisnya, bersiap menunggu pria yang mulai malam tadi menyandang status sebagai suaminya.
" Andrian.." Lasya memanggil. Mencoba mendekatkan diri dengan Andrian suaminya.
Tapi apa yang di dapatkan? Andrian sama sekali tidak merespon. Dia hanya berlalu dan duduk di kursi yang ada di seberang Lasya.
Perlahan senyuman Lasya mulai memudar. 'Tidak apa' begitulah pikirnya. Dia memaklumi kekakuan diantara mereka. Perjodohan ini memang di katakan sangat mengagetkan. Mungkin Andrian belum siap, makanya Andrian masih diam saja.
Pelayan mendekat mengambilkan makanan untuk mereka. Gemricik tuangan air di dalam gelas mengisi keheningan di antara meja makan.
Sepi senyap, tidak ada perbincangan apa-apa.
Dentingan alat makan bertemu piring terdengar lirih.
Lasya menggerakkan bola matanya, melirik suaminya yang terfokuskan dengan makanan yang di lahapnya.
Lasya ingin memulai perbincangan. Tapi tidak tau kenapa dia merasa sungkan.
Srak...
Suara kursi bergeser terdengar. Menyita pandangan Lasya menjadi ke arah sana.
" Kamu mau kemana?" Tanya Lasya saat Andrian berdiri dan berbalik ingin pergi.
" Andrian.." panggil Lasya ulang. Tapi Andrian cuek saja. Sama sekali dia tidak memamerkan suaranya di depan Lasya.
Tegukan kekecewaan tertelan menyakitkan.
Lasya hanya mampu duduk dengan rasa sedikit sakit di ulu hatinya.
" Tidak apa-apa Sya. Ini memang awal, masih sangat wajah jika Andrian masih bersikap dingin seperti ini."
Lasya mengangguki, menyemangati dirinya sendiri agar tidak terlalu berpikiran buruk.
••
Andrian menatap layar ipad di depan nya. Menganalisi pergerakan saham.
Membiarkan sang sopir ini membawa mobil ke arah perusahaan seperti biasanya.
" Tuan, kita sudah sampai." Setalah memberi tahu, sopir ini melepaskan seatbelt-nya, berjalan keluar membukakan pintu untuk sang atasan.
Pintu terbuka..
Andrian keluar dengan penuh kewibawaan dan aura-aura dingin nan tegasnya. Melangkah dengan penuh keyakinan memasuki perusahaan yang sudah lama dia naungi dan besarkan. Berkembang dari perusahaan biasa hingga menjadi perusahaan raksasa.
Nampak di sisi pintu Salsa dan Bastian. Mereka menunduk memberikan salam hormat kepada Andrian. Mereka mengikuti langkah tegap Andrian.
Memasuki pintu lift dan menunggu sampai di lantai tujuan.
Ting...
Pintu terbuka. Andrian langsung melangkah dengan di ikuti ke dua anak buahnya di belakangnya.
Satu persatu memasuki ruangan Andrian. Salsa berdiri dengan membawa Ipad bergambar nangka keroak di belakangnya. Sedangkan Bastian membawa dokumen.
Andrian menatap sekretaris dan Asisten-nya itu setelah mendudukkan diri dengan sempurna.
" Katakan." Titah Andrian dengan mengetukan jarinya di sandaran tangan.
" Tuan, hari ini tuan memiliki jadwal pertemuan dengan klien PT***. Mereka akan berkunjung ke sini pukul 10. Setelah itu anda juga memiliki Jadwal pertemuan dengan PT****. Mereka akan berkunjung pada pukul 01 siang. Dua hari lagi anda juga melaksanakan perjalanan bisnis ke London untuk membahas kerja sama proyek." Jelas Salsa dengan membaca jadwal Andrian yang tertulis di layar Ipad.
" Ada lagi?" Balas Andrian.
" Belum ada tuan, sementara masih itu." Balas Salsa.
" Kamu, apa yang kamu laporkan?" Tanya Andrian menunjuk ke arah Bastian.
Andrian lantas mendekat, menyerahkan dokumen yang dia bawa.
" Ini data yang anda minta tuan. Seperti yang anda kira, memang ada penyelewenengan dana di proyek pembuatan taman hiburan malam." Jelas Bastian.
Andrian manggut-manggut. Dia mengusapkan ibu jari dengan telunjuknya.
" Sebenarnya nilainya pasti tidak terlalu banyak, karena ini hanya proyek kecil-kecilan. Tapi seperti biasa, aku tida suka ada yang bermain-main dengan pekerjaan." Balas Andrian masih bersikap tenang.
Bastian mengangguki.
" Apa ada yang mau di laporkan lagi?" Andrian menatap ke dua pegawainya ini.
" Tidak tuan." Jawab mereka secara kompak.
" Kalian boleh keluar."
Salsa dan Bastian menunduk hormat. Ke dua orang ini lantas berbalik arah dan keluar ruangan.
Andrian melihat laporan penggelapan dana yang di bawa Bastian. Tertulis tebal di sana selisih dana 600 juta. Andrian memperhatikan nama yang terseret di tulisan dokumen sana.
Hanya satu orang yang tertulis. Itu artinya Andrian tidak perlu memecat banyak pegawai. Dia hanya perlu menghempaskan supervisor bajing4n ini.
••
" Iya ma. Mama tenang saja, aku di sini baik-baik saja kok. Mas Andrian sangat baik." Kilah Lasya. Dia mengucapkan kebohongan ini dengan senyuman yang tertarik manis di bibirnya.
" Benar? Mama jadi tenang sekarang. Mama hanya takut kalian masih bersikap saling asing."
" Tidak kok ma. Kan aku sudah bilang, pria pilihan papa pasti sangat baik."
" Ya sudah. Kapan-kapan kamu ajak nak Andrian ke sini ya. Mama akan masakkan masakan yang ter enak untuk menyambut kalian."
" Astaga ma... mama tidak perlu menyibukkan diri seperti itu. Lagian kan di rumah ada pelayan. Mama jangan menyibukkan diri sampai lelah."
" Iya-iya.."
" Mama sudah minum obat?"
" Sudah, mama bukan anak kecil lagi. Mama tidak akan sembrono."
" Ya siapa tau mama lupa."
" Tidak akan, tenang saja."
Perbincangan mereka hening beberapa saat.
" Kayaknya telponan-nya sudahan dulu aja ya ma."
" Iya, kamu jaga diri baik-baik ya. Ingat, kapan-kapan ajak Andrian ke sini. Jangan lupa kabari mama dulu kalau mau ke sini."
" Iya ma. Ya sudah, aku matikan panggilannya ya!"
" Iya."
Lasya menekan tombol merah, menandakan panggilan ini terselesaikan.
Lasya menghela napas singkat. Netranya menatap luar, dia menikmati udara segar di balkon kamar.
Seharusnya, hari ini dia me time dengan Andrian, karena mereka masih pengantin baru. Tapi pada kenyataan-nya Andrian malah berangkat kerja.
" Tidak apa-apa. Memang semua butuh waktu. Mungkin mas Andrian masih belum legowo menerima perjodohan ini." Desis Lasya tenang.
••
Tok tok tok...
Ketukan pintu terdengar. Belum juga di persilahkan tapi pintu itu sudah bergerak terbuka.
Seorang wanita berpenampilan seksi dengan balutan dres merah muda nampak bersandar di pintu. Memamerkan senyuamnnya dan lengkuk tubuhnya.
Andrian hanya diam, namun netranya tak lepas dari pemandangan yang di suguhkan.
" Andriannn..." panggil Bianka dengan mendayu-dayu. Berjalan penuh gaya mendekati Andrian yang masih bekerja.
Tanpa rasa malu, Bianka melekatkan jari-jarinya mengusap dengan secara lembut dari bahu kiri hingga bahu kanan Andrian.
" Apa kamu sibuk?" Dengan suara manja Bianka bertanya.
" Ada apa!" Balas Andrian singkat dan dingin.
" Kita jalan-jalan yuk."
" Aku sibuk." Balas Andrian. Singkat, jelas dan mudah di mengerti.
" Yah sayang sekali. Padahal aku mau mengajakmu jalan." Bianka menjelaskan niatan kedatangannya. Dia seketika manyun saat melihat Andrian tak merespon.