Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
**
Hari ini adalah hari di mana SMA High School akan melaksanakan kegiatan berkemah, semua siswa dan siswi diharapkan berkumpul di lapangan basket jam enam pagi, beberapa siswi sudah berada di sekolah, mereka tidak ingin ketinggalan acara tersebut.
Kenzo dan beberapa anggota osis sudah berada di sekolah lebih dulu, karena mereka bertanggung jawab atas acara yang akan mereka laksanakan.
Kenzo menatap jam yang melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 05:00 pagi. Dia mencoba menelpon dan membangunkan Nada .
"Hallo?"
Kenzo berdeham. "Cepat mandi, hari ini kita akan berkemah."
Nada yang masih terdengar mengantuk menanggapi, "Kenzo, Lo kok bisa bangun jam segini sih? Ini baru jam lima pagi!"
Kenzo tersenyum kecil meskipun Nada tidak bisa melihatnya. "Gue udah di sekolah sejak tadi. Kalau Lo masih di rumah, berarti Lo harus cepat, jangan sampai ketinggalan. Acara mulai jam enam."
Nada terdengar setengah bingung. "I-iya Gue, siap-siap sekarang!"
Kenzo mengangguk meskipun Nada tidak melihatnya. "Jangan lama-lama, ya. Semangat!"
Setelah menutup telepon, Kenzo berjalan ke arah lapangan basket. Suasana pagi yang sejuk membuat semangatnya semakin menggebu. Siswa-siswa mulai berdatangan, mengenakan pakaian olahraga mereka, beberapa membawa tas ransel besar, siap untuk berkemah di alam terbuka. Anggota OSIS lain juga sibuk mempersiapkan perlengkapan dan menata area untuk kegiatan tersebut.
Sementara itu, Nada baru selesai mandi dan mengenakan pakaian olahraga. Dia cepat-cepat mengambil ranselnya dan berlari keluar dari rumah, dia tidak berpamitan kepada keluarganya, hatinya masih terasa sakit saat mengingat kejadian beberapa hari lalu.
Di perjalanan, pikirannya melayang pada apa yang akan terjadi selama kemah. Terkadang, kegiatan seperti ini menjadi momen untuk lebih dekat dengan teman-teman, tapi di sisi lain, ada rasa cemas tentang tantangan dan permainan yang mungkin bakal menuntut kerjasama tim.
Sesampainya di sekolah, Nada langsung mencari Kenzo. Di lapangan, dia melihatnya sedang berdiri bersama beberapa teman yang sibuk mempersiapkan alat-alat. Kenzo melihatnya datang dan melambaikan tangan.
"Apa Nada terlambat?"
Kenzo menggelengkan kepala. "Nada tepat waktu. Gue tahu Lo belum sarapan, sekarang ambil ini untuk dimakan di dalam bus nanti."
Nada mengangguk sambil tersenyum, tak lupa mengucaokan terima kasih, lalu bergabung dengan teman-temannya yang sudah berkumpul. Meskipun suasana pagi itu terasa cerah, dia merasakan sedikit kegembiraan sekaligus ketegangan. Kegiatan berkemah kali ini pasti akan menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan.
"Nada!" panggil Jeno sambil melambaikan tangan.
Nada pun membalas lambaian tangan Jeno, sambil menghampiri pria itu.
"Gue kira Lo bakal telat."
"Enggak lah, lagian ini acara yang gue tunggu."
"Gaya Lo, emang mau ketemu siapa nanti di alam?"
"Ketemu setan, puas Lo?"
Jeno tertawa renyah. "Masih pagi udah ngelucu aja." tangan Jeno mengarah ke kepala Nada, dan dia usap dengan lembut.
Di ujung sana, Kenzo menatap nyalang ke arah Jeno. Bagas menepuk bahu Kenzo.
"Enggak usah ngambek gitu bro! Lagian mereka cuma temen kan."
Kenzo melirik sekilas. "Apa pantes teman pegang-pegang?"
"Widih, seorang Kenzo cemburu? Gila baru pertama kalinya gue liat Lo cemburu. Lo beneran suka sama Nada?"
Kenzo menghela napas, sambil menyikut oerut Bagas cukup kencang. "Banyak tanya Lo."
Bagas mengaduh kesakita, sambil menatap kepergian Kenzo. "Seram amat sih, marahnya."
Setelah semua berkumpul, Kenzo mengabsen satu persatu siswa dan siswi yang ikut dalam acara berkemah. Setelah selesai mengabsen, semua di persilakan masuk ke dalam bus yang sudah tertera nama-nama siswa tersebut.
"Lo bus mana ?" tanya Jeno.
Nada menggelengkan kepala. "Gue enggak tahu, dari sekian bus enggak ada nama gue di sana."
"Lah, kok bisa? Tapi tadi diabsen ada nama Lo kan?"
Nada menganggukkan kepala. "Iya ada, tadi gue dipanggil kok."
"Ya udah tunggu sini, gue cari nama Lo dulu."
"Enggak usah Jen, mending Lo masuk ke dalam bus cepetan, biar gue aja yang cari."
"Lah, enggak bisa. Gue enggak mau ninggalin Lo!"
"Ya elah kaga, udah buruan masuk. Gue mau ketemu ketua osis dulu."
"Yakin?"
"Yakin Jeno, buruan!"
Jeno pasrah sambil menganggukkan kepala, dia masuk ke dalam bus nomor 2 dan duduk di bangku ke dua.
Kini Nada menghampiri Kenzo dan anggota osis lain.
"Permisi sorry nih, gue mau tanya kok nama Nada enggak ada disemua Bus ya."
Bagas dan yang lain saling pandang, karena mereka merasa sudah menulis nama Nada di kertas.
"Ada kok, malah gue yang ngetiknya," jawab Bagas.
"Terus Nada di Bus berapa?"
"Di Bus 2."
"Siapa yang ngeprint hasil nama-nama siswa?" tanya Kenzo.
"Emm oh ya, Naomi. Gue kemarin kebelet boker pas mau print, ya gue kasih aja ke Naomi dan dia yang print semua nama-nama siswa yang udah gue ketik."
Kenzo menghela napas, dia malas berdebat dan akhirnya, Nada dia bawa ke tempat di mama Kenzo berada.
"Loh, kok gue ikut sama Lo sih?"
"Duduk," titah Kenzo, tanpa menjawab pertanyaan Nada.
Nada memanyunkan bibir dan mengikuti arahan Kenzo. Gadis itu bergabung bersama beberapa anggota osis, setiap Bus tersedia anggota osis di mana mereka yang bertanggung jawab di setiap Bus.
Naomi masuk ke dalam Bus, dan melihat Nada duduk bersama Kenzo.
"Ngapain Lo di sini?" tanya Naomi.
Nada dan Kenzo berbalik dan menatap Naomi.
"Emm sorry Naomi, nama gue enggak ada di dalam bus."
"Ya tapi enggak di sini juga, ini tempat duduk gue dekat sama Kenzo."
Nada menoleh ke arah Kenzo, lalu mengambil tasnya dan pindah tempat duduk. Tidak sampai di situ, Kenzo pun ikut pindah mengikuti Nada.
"Loh Ken, kenapa ikut pindah. Lo duduk sama gue, " jelas Naomi.
"Lo bilang ini tempat duduk Lo kan, jadi mending Lo duduk, sebentar lagi kita akan berangkat," balas Kenzo.
Naomi berdecak, dia pun akhirnya duduk sendiri dan menatap Nada dengan tatapan tajam penuh kebencian.
"Awas aja Lo, Nad. Enggak ada kapok-kapoknya deketin Kenzo terus!" geram Naomi.
satu persatu Bus pun sudah keluar dari gerbang sekolah, mereka berkemah di daerah Lembang Jawa Barat. Nada menatap jalan yang terbentang panjang di depannya. Pemandangan hutan dan pepohonan hijau di sekitar membuatnya merasa sedikit tenang, meskipun perjalanan terasa panjang. Sesekali, dia mendengar suara tawa teman-temannya yang duduk di dekatnya.
Beberapa dari mereka bermain kartu, sementara yang lainnya sibuk bercanda. Ada juga yang tertidur lelap, terlelap dalam perjalanan yang tampaknya tak berujung.
"Kalau ngantuk tidur," ucap Kenzo.
Nada menggelengkan kepala. "Belum ngantuk," jawabnya masih menatap jalanan.
Kenzo mengangguk sambil memejamkan mata, pria itu tidak tidur hanya mengistirahatkan matanya yang lelah, karena semalaman tidak tidur.
Tak lama Kenzo merasa bahunya sedikit berat, Kenzo terkejut sejenak, matanya yang mulai terpejam itu terbuka perlahan, menatap Nada yang tertidur dengan tenang di bahunya. Nada terlihat begitu damai, dengan wajah yang lebih lembut dari biasanya. Rambut panjangnya sedikit terurai, menyentuh bahu Kenzo, dan napasnya yang lembut terdengar tenang di tengah perjalanan.
Kenzo menahan napas sejenak, merasa sedikit canggung dengan situasi ini. Tangannya yang semula terlipat di dada perlahan-lahan digerakkan, seolah tak tahu harus diletakkan di mana. Dia tidak ingin membangunkan Nada, tapi juga merasa sedikit bingung dengan perasaan yang mulai mengganggu dirinya. Dalam diam, Kenzo merasa sesuatu yang berbeda. Dia merasa hangat, tidak hanya karena suasana bus yang nyaman, tetapi juga karena kehadiran Nada yang begitu dekat dengannya.
Kenzo menatap ke luar jendela bus, berusaha mengalihkan perhatian. Namun, pandangannya selalu kembali pada Nada yang sekarang tidur di bahunya, membuat detak jantungnya sedikit lebih cepat. Perasaan yang tak bisa dia jelaskan mulai menyelimuti hatinya. Apakah ucapannya kemarin mengklime bahwa Nada adalah miliknya itu benar? Karena perasaan ini sungguh terasa indah.
Tak lama, bus berhenti di sebuah rest area. Suara rem yang menarik perhatian membuat Nada terbangun. Dengan mata setengah terpejam, dia langsung menarik kepala dari bahu Kenzo, tampak kebingungan sejenak.
"Eh, sorry gue ketiduran," kata Nada malu-malu, sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Kenzo tersenyum kecil, mencoba untuk tidak menunjukkan perasaan yang sedikit kacau dalam dirinya. "Hmm, enggak masalah. Gue tahu Lo pasti capek."
Nada hanya mengangguk, meski wajahnya tampak sedikit merah karena merasa canggung. "Gue nggak sengaja tidur di bahu Lo, ya?" tanyanya pelan, namun dengan senyum yang hangat.
Kenzo tertawa kecil. "Iya, tapi nggak masalah."
Nada mengerjapkan matanya saat Kenzo tertawa, ini kali keduanya dia melihat Kenzo sehangat ini.
Mereka berdua turun dari bus untuk meregangkan kaki. Kenzo melihat Nada yang mulai kembali ceria meski sedikit terlihat masih mengantuk. Suasana sekitar yang sejuk dan hijau memberi mereka kesempatan untuk berbicara lebih santai.
"Sialan!" geram Naomi kala melihat Nada dan Kenzo semakin dekat.
Nada dan Kenzo saling bertukar pandang, keduanya merasa ada sesuatu yang terpendam di antara mereka, meskipun suasana yang ceria dan ramai di sekitar seolah menyembunyikan perasaan itu. Mereka berjalan kembali ke tempat teman-teman mereka berkumpul, namun di dalam hati, masing-masing sudah tahu bahwa sesuatu yang baru telah tumbuh di antara mereka.