Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
"Maaf Tuan besar, nona, diluar ada dua orang polisi sedang mencari Nyonya Bella!" lapor seorang pelayan ketika mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Seperti biasa Tuan Diwangga akan dengan girang hati mendengar sang cucu berceloteh tentang pengalaman di sekolahnya.
"Apa? Ini tidak mungkin. Bukankah aku sudah mengatakan pada Beni untuk tidak menyebut namaku? Aku bahkan sudah menguras tabungan ku untuk menutup mulutnya! Ah pasti ini bukan tentang itu!" Nyonya Bella panik begitu namanya di sebut.
"Nany Vira, bawa Arthur untuk istirahat di kamarnya!" titah anggun pada pengasuh anaknya. Anggun tidak ingin jiwa polos Arthur ternoda oleh pertunjukan yang mungkin akan segera terjadi
"Baik nyonya!" jawab Nany Vira
"Mommy, Apakah itu polisi yang sama seperti di film-film yang sering Arthur tonton?" tanya Arthur dengan polosnya.
"Arthur juga ingin lihat Mommy, Arthur ingin bertemu polusi, Arthur juga mau nanti kalau besar jadi polisi!" Arthur masih tetap berceloteh mengabaikan Nany Vira yang hendak menggandeng tangannya.
"Arthur istirahat di kamar ya, sekarang sudah waktunya anak kecil tidur. Ingat besok harus bangun pagi untuk sekolah!" Anggun mencoba memberikan pengertian pada anaknya
Anak sekecil Arthur memang penuh dengan rasa penasaran. Tetapi belum sekarang saatnya Arthur mengetahui hal-hal yang berbau dewasa. Terlalu penuh dengan intrik. Anggun tidak mau pikiran anaknya menjadi kotor oleh kejahatan-kejahatan yang mungkin nanti akan didengarnya.
Tanpa Anggun ketahui jika anaknya bukanlah seperti anak-anak kecil pada umumnya. Pemikiran Arthur bahkan lebih dewasa dari orang dewasa. Akhirnya dengan berat hati Arthur pun mengikuti Nany Vira yang mengajaknya ke kamar. Padahal dia begitu penasaran ingin sekali dia melihat neneknya yang jahat Itu diringkus oleh Polisi.
"Kejahatan apa yang telah kau lakukan hingga istanaku yang biasanya damai di satroni oleh Polisi?!" mata Tuan Diwangga menyorot tajam ke arah istri nya.
"Tidak ada Papa, mungkin mereka hanya salah paham, atau bisa juga mungkin mereka sedang mencari sesuatu informasi!" jawab Nyonya Bella gugup.
"Selamat malam tuan Diwangga, kami datang untuk membawa Nyonya Bella, ini surat tugas nya!" seorang polisi menyerahkan selembar kertas pada Tuan Diwangga.
"Penggelapan dana produksi?" Tuan Diwangga benar-benar tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Dia menoleh ke arah Nyonya Bella dan Anggun secara bergantian. Anggun hanya menaikkan dia bahunya pertanda dia pun tak mengerti. Sedangkan Nyonya Bella sudah berubah menjadi pucat wajahnya dan badannya juga gemetar. Bukankah seharusnya bukan dia yang ditangkap
"Tidak benar Papa. Ini tidak benar. Pasti mereka salah paham. Anggun! Apa yang kamu lakukan kepada Mama? Sebegitu bencinya kamu kepada Mama, hingga melakukan hal seperti ini? Apa salah Mama padamu??!" teriak Nyonya Bella mulai playing Victim. Tetapi Anggun bergeming mendengarnya.
"Pak polisi ini pasti tidak benar. Saya tidak bersalah, Saya tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan. Pasti Anda salah tangkap!" Nyonya Bella beralih kepada Pak polisi karena Anggun tidak menggubris ucapannya. Sedangkan Tuan Diwangga hanya diam terpaku. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi di hadapannya
"Anda bisa menjelaskan itu nanti di kantor polisi Nyonya, sekarang silahkan ikut kami! Kami mohon untuk kooperatif agar kami tidak perlu melakukan kekerasan!" ucap polisi tersebut
Nyonya Bella terus meronta mencoba melepaskan tangannya dari cekalan dua polisi. Sedangkan Tuan Diwangga tidak peduli, jika memang istrinya melakukan kesalahan dia memang harus dihukum
"Anggun katakan pada Papa Apakah semua yang Papa dengar barusan ini tadi benar? Sedangkan selama ini mamamu bahkan tidak pernah datang ke perusahaan Bagaimana bisa itu terjadi?" Tuan Diwangga menatap sendu.
"Aku juga tidak tahu Papa, Aku hanya menanggapi kecurigaan Om Alex kemudian mendatangkan tim audit dan tim audit yang telah melakukan tugasnya. Pelaku yang berada di perusahaan sudah ditangkap. Sedangkan jika Mama Bella ikut terlibat itu Anggun tidak tahu. Kita bisa dengar nanti keterangannya di kantor polisi. apa Papa mau melihatnya sekarang ataukah besok saja?!"
"Dan jika Papa merasa khawatir kepada Mama Bella, Papa juga bisa mencarikan Mama seorang pengacara. Semuanya akan diproses Papa. Jika memang Mama Bella tidak bersalah, maka Mama akan dilepaskan kembali!" ucap Anggun seolah ingin meraba isi hati Papanya
"Tidak tidak, bukan seperti itu Anggun. Jangan salah paham pada Papa. Papa bukan mengkhawatirkannya. Tetapi Papa lebih tidak percaya bagaimana mungkin Bella tega melakukan hal seperti itu. Sedangkan selama ini kita sudah berbaik hati dengan menampungnya di rumah ini!" ucap Tuan Diwangga seolah mengerti jalan pikiran anaknya yang sekarang ini.
"Ada apa sih? Kenapa ribut-ribut sekali?" Tania Baru saja datang dari kamarnya. Tadinya dia ingin istirahat, dia lelah sekali karena sekarang di perusahaan dia tidak bisa lagi ongkang-ongkang kaki seperti dulu.
Dia benar-benar diawasi sehingga dia mau tak mau harus bekerja keras seperti yang lain. Dan sekarang dia merasa badannya sangat lelah. Akan tetapi baru saja hendak memejamkan matanya sudah terdengar ribut-ribut dan juga mendengar mamanya berteriak-teriak.
"Ada dua orang polisi mencari Mama dan sekarang Mama dibawa oleh Polisi!" Anggun tak hendak berkata manis dia ingin melihat Seperti apa wajah Tania jika mendapat berita mengejutkan itu.
"Apa Mama dibawa polisi? Memangnya Apa kesalahan yang telah Mama lakukan" tanya Tania masih tidak mengerti
"Menurut Polisi Mama terlibat dalam penggelapan dana perusahaan. Karena itu sekarang polisi membawanya.!" terlihat oleh Anggun wajah Tania yang shok.
"Tidak, itu tidak mungkin! Bukankah tadi siang polisi dan tim audit sudah menangkap pelakunya yang berada di perusahaan? Bagaimana mungkin bisa mereka melibatkan mama?"
"Karena menurut polisi pelaku yang ditangkap mengatakan bahwa dalang dari semua itu adalah Mama! Seharusnya kamu sebagai anaknya lebih tahu bagaimana sifat mamamu kan?!"
"Itu tidak mungkin! Ini pasti akal bulusmu. Kamu, sebegitu bencinya kepada Mama kan, sampai kamu ingin menjauhkan Mama dari rumah ini? Kamu ingin mengusir Mama dari rumah ini kan? Itu yang kamu mau karena kamu membenci Mama selama ini!!" Tania begitu murka mendengar berita yang baru saja keluar dari mulut Anggun.
"Jangan berbicara tidak mungkin padaku, Karena bukan aku yang menyeret mamamu. Tetapi kalau kamu ingin tahu jelasnya, datanglah ke kantor polisi agar kamu tahu bagaimana cara polisi menyelidikinya. Jika memang nantinya terbukti bahwa Mamamu tidak bersalah pasti Mamamu juga akan dilepaskan lagi!" tegas Anggun.
"Aku tidak terima semua ini Anggun! Kamu memang sengaja ingin menghancurkan kami, Kamu tidak terima jika aku dan mama masih tetap di rumah ini kan? Kamu iri kepada kami, Kamu benci kepada kami, itu sebabnya kamu ingin mengusir kami dari rumah ini!!" Tania berteriak keras tidak terima dengan apa yang telah terjadi kepada mamanya, dia semakin murka, kebenciannya kepada anggur semakin berlipat.
"Tania! Berhentilah mengucapkan omong kosong. Dan jangan pernah mengatakan anakku yang tidak tidak! Ingatlah akan posisimu di rumah ini!!" bentak Tuan Diwangga yang tidak senang melihat Tania begitu berani kepada putrinya .
Tania menutup mulutnya rapat. Mengepalkan tangannya sedemikian erat hingga buku-buku di tangannya memutih.
Satu hal yang dia sadari, keberadaannya di rumah ini sudah tak lagi aman. Apalagi jika nanti terbukti bahwa mamanya memang benar-benar menggelapkan dana perusahaan. Entah apa yang akan terjadi pada hidupnya kedepannya. Mungkin saja Tuan Diwangga akan mengusir mereka dari rumah itu.