NovelToon NovelToon
Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Naik Kelas
Popularitas:8.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rositi

“Meski kita sudah menikah, aku tidak akan pernah menyentuhmu, Mbi. Haram bagiku menyentuh wanita yang tidak mampu menjaga kesuciannya seperti kamu!” Kalimat itu Ilham ucapkan dengan tampang yang begitu keji, di malam pertama mereka.

Selain Ilham yang meragukan kesucian Arimbi walau pria itu belum pernah menyentuhnya, Ilham juga berdalih, sebelum pulang dan menikahi Arimbi, pria itu baru saja menikahi Aisyah selaku putri dari pimpinan tertinggi sekaligus pemilik pondok pesantren, Ilham bernaung. Wanita yang Ilham anggap suci dan sudah selayaknya dijadikan istri.

Arimbi tak mau terluka makin dalam. Bertahun-tahun menjadi TKW di Singapura demi membiayai kuliah sekaligus mondok Ilham agar masa depan mereka setelah menikah menjadi lebih baik, nyatanya pria itu dengan begitu mudah membuangnya. Talak dan perpisahan menjadi satu-satunya cara agar Arimbi terbebas dari Ilham, walau akibat talak itu juga, Arimbi mengalami masa-masa sulit akibat fitnah yang telanjur menyebar.

(Merupakan kisah Mas Aidan, anak Arum di novel : Pembalasan Seorang Istri yang Dianggap Sebagai Parasit Rumah Tangga)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24 : Arimbi Si Wanita Tangguh

“Mas, menurut Mas, aku sama mbak Arimbi, cocok, enggak? Dia itu enggak baperan, pekerja keras juga. Aku butuh yang kayak dia sih Mas! Wanita tangguh!” ucap Azzam tak lama setelah mereka meninggalkan Arimbi. Di belakang sana, Arimbi sudah kembali sibuk membuatkan setiap pesanan dari pembeli.

Azzam yang sampai menoleh untuk mengawasi, sama sekali tidak melihat tanda-tanda Arimbi tertarik pada rayuan gombalnya.

“Cocok enggaknya tergantung yang menjalani, nyaman enggak, Dek? Yang cocok kalau enggak nyaman, ya ujung-ujungnya bubar kayak Mas dan Didi. Termasuk tadi, Ilham sama istrinya kurang cocok apa? Mereka sama-sama agamis dan merasa diri mereka paling suci. Mereka sangat mudah mengucapkan kata kasar yang sangat menjatuhkan lawan, tapi saat satu dari mereka berusaha meredam, mereka enggak bisa dan ini menandakan, walau mereka terlihat cocok, tapi mereka enggak nyaman,” ucap mas Aidan lembut. Sebelah tangannya sampai mengelus punggung kepala Azzam, penuh sayang.

Azzam yang menyimak Aidan, mendadak berpikir, “Tapi tipikal mbak Arimbi kayaknya memang bakalan bikin setiap pasangannya nyaman sih, Mas. Aku lihat begitu. Dia wanita tangguh, enggak baperan. Eh, ....” Mendadak ia heboh, menatap sang kakak penuh keseriusan. “Mas enggak berpikir buat nikah sama mbak Arimbi saja? Aku yakin dia bisa dukung sekaligus mengimbangi Mas! Sumpah! Sejauh ini kan, pengamatanku selalu benar!”

Mas Aidan menatap gemas sang adik.

“Ayo Mas, pikirin. Walau aku cinta ke mbak Arimbi, kalau mbak Arimbi sama pria seperti Mas, aku rela lahir batin. Daripada tiap hari mbak Arimbi difitnah seperti tadi sama istri mantannya? Lagian, usia Mas juga sudah matang. Daripada Mas sibuk urus mbak Azzura terus. Suami mbak Azzura sampai cemburu tingkat provinsi loh ke Mas!” yakin Azzam.

Mas Aidan menjadi tersenyum geli.

“Jangan senyum-senyum gitu, soalnya cari wanita tangguh macam mbak Arimbi buat dijadikan istri apalagi sekelas Mas yang mengabdikan hidupnya untuk rakyat kecil, susah! Kalau Mas enggak mau, dua minggu lagi, aku lamar beneran loh mbak Arimbi buat aku!” lanjut Azzam lagi.

Bersama senyum di wajahnya yang makin mengembang, mas Aidan berangsur merangkul Azzam. “Ya sudah, dilamar saja. Cari istri yang bisa memahami memang susah. Enggak usah repot-repot libat bibit bebet bobot karena kita laki-laki dan kita yang bakalan memimpin istri. Kalau memang sudah menemukan wanita baik, langsung halalin!”

“Situ saja belum nikah, Mase!” sebal Azzam.

“Ya enggak apa-apa. Jodoh kan bukan perlombaan yang tua yang harus nikah duluan!” yakin mas Aidan.

Mendengar itu, Azzam makin tertantang. “Yakin, Mas beneran enggak mau sama Mbak Arimbi?” Ia menatap Mas Aidan penuh kepastian.

Mas Aidan sempat terpaku menatap kedua mata sang adik yang menatapnya penuh keseriusan. “Mas baru akan menikah kalau Didi sudah menikah.”

“Yah ... permisah kecewa dengar jawaban Mas!” balas Azzam yang kemudian mengembuskan napas lemas.

Mas Aidan hanya tersipu kemudian mengawasi sekitar tapi walau ia terus melangkah, pandangannya itu sampai ke arah Arimbi. Lebih kebetulannya lagi, tak lama kemudian Arimbi juga menoleh ke arahnya di antara senyuman yang masih menghiasi wajah cantik wanita itu. Senyum yang menjadi makin lepas seiring Arimbi yang sampai agak membungkuk kepadanya. Sikap yang sungguh santun dan juga langsung sukses membuat mas Aidan tersenyum.

***

Sekitar tiga jam kemudian, di antar terik mentari yang mulai terasa menyengat, kepulangan Arimbi dibarengi dengan keributan yang terdengar dari rumah Ilham. Keributan yang juga melantangkan namanya.

“Heh, Arimbi!” teriak Aisyah.

Gaya Aisyah sungguh menakutkan mirip preman dan sangat tidak sopan. Beberapa tetangga yang kebetulan ada di rumah, kompak keluar untuk memastikan. Arimbi sendiri memilih abai dan tetap menaiki motornya memasuki gang menuju rumahnya. Namun sikap preman Aisyah terus berlanjut. Wanita itu terus berlari menyusul Arimbi kemudian mengambil batu cadas berukuran besar dan melemparkannya ke kepala Arimbi.

Semua yang melihat kompak berteriak kemudian menghampiri. Para wanita menghampiri Arimbi, dan bapak-bapak kompak mengamankan Aisyah. Jilbab warna moka bagian punggung kepala Arimbi sudah langsung dihiasi darah segar. Menandakan ulah Aisyah yang mirip preman telah menyebabkan luka serius di sana.

“Kamu ini kenapa? Kenapa ulah kamu sangat urakan? Ilham, kalau kamu enggak bisa didik istri kami, bawa dia pulang ke daerah asalnya. Jangan sampai adanya dia di sini, malah bikin kampung sini enggak tenang!” tegur pak Sukir masih menatap kesal Aisyah yang sampai histeris tak mau ditahan kedua tangannya dengan dalih bukan muhrim.

Rasa malu yang pagi ini sudah menjadi menu sarapan seorang Ilham, kembali Ilham telan sekaligus rasakan. Gelisah, dan tidak bisa tenang, Ilham sampai tidak bisa berkata-kata.

“Kepala Rimbi bocor luh, Pak Sukir!” ucap ibu-ibu di sana.

“Tadi di pasar pas saya jualan ya ngamuk-ngamuk juga, Bi. Sampai jadi bahan tontonan!” keluh Arimbi.

Di dalam rumah, orang tua Ilham yang sebenarnya tahu, memilih tidak ambil pusing.

“Sudah, Bu. Kita hang serumah sudah jauh lebih kenyang sama tingkah istrinya Ilham. Susah biarin Ilham saja yang urus!” yakin bapaknya Ilham, dan ibu Siti langsung mengangguk setuju. Keduanya kompak masuk rumah, tapi ketika ibu Siti masuk kamar mandi dan itu berupa kamar mandi di luar rumah yang menempel ke rumah, wanita itu sengaja melempar keluar kamar mandi, pakaian Aisyah maupun Ilham yang tersampir, menumpuk menjadi sarang nyamuk.

“Katanya orang beragama yang paham, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Tapi ini malah, taiii!” kesal ibu Siti yang kemudian berpikir, “Kalau hari ini, semua pakaian ini tetap enggak dicuci, jangan salahkan aku kalau aku sampai bakar semua ini di depan rumah, biar tetangga tahu semua!”

“Yang salah itu dia! Si Arimbi ini sibuk ganggu suami saya. Si Arimbi ini sibuk tebar pesona ke mertua saya! Bahkan sudah dua kali saya memergoki Arimbi mesra-mesraan sama dua laki-laki sekaligus!” lantang Asiyah.

Arimbi meradang. “Fitnah kamu keji banget yah, Mbak Aish! Katanya wanita suci tapi kelakuanmu mirip demit! Jangan lupa, di pasar enggak hanya ada saya maupun kedua laki-laki yang Mbak maksud. Kalau memang ada masalah hidup, urus sendiri kenapa enggak usah fitnah saya?!”

“Mbak Aish kira saya takut ke Mbak hanya karena saya orang kecil? Mbak Aish pikir saya akan tetap diam, walau dari awal saya diam?!” kesal Arimbi. “Pokoknya saya enggak mau tahu. Pokoknya Mbak wajib ganti rugi. Kepala saya bocor gara-gara Mbak! Kalau boleh, pumpung disaksikan banyak orang, saya ingin keadilan. Karena andai kejadian ini sampai terulang, saya harap Mbak Aish dapat hukuman tegas semacam diusir dari kampung sini!” tegas Arimbi.

Kesal, jiwa jahat seorang Aisyah tak terima dengan perlawanan Arimbi. Tak peduli walau Ilham sudah sampai menyeretnya, membekap mulutnya menggunakan tangan kanan dan itu sangat erat. Aisyah yang paling anti dilawan, lebih memilih menggigitt kuat jemari tangan kanan Ilham hingga pria itu kesakitan dan otomatis mengakhiri bekapannya.

“Tunggi saja Mbak Arimbi, tunggu teman-teman saya kasih Mbak pelajaran!” kesal Aisyah.

“Kenapa harus tunggu teman-teman situ? memangnya kamu enggak berani lawan saya, satu lawan satu? Enggak tahu malu banget bisanya cuma keroyokan!” kesal Arimbi sudah ingin mengamuk. Karena andai ia tidak ditahan oleh ibu-ibu yang ada di sana, ia pasti sudah menghajarr Aisyah yang sampai dipanggul paksa oleh Ilham.

Perdebatan sengit kali ini benar-benar membuat semuanya tegang. Namun semuanya sepakat, akan langsung mengusir Aisyah andai kejadian seperti barusan kembali terulang.

1
anikbunda lala
ojo mati sik si gege...kandangin dulu biar disiksa temen dijeruji
Nartadi Yana
hahahaha
Nartadi Yana
sabar dg kekurangan diri jadikan cambuk untuk lebih baik mas azam
Chen Aya
mampir thor
anikbunda lala
kok aku yang deg deg an ya
Nartadi Yana
kok bisa keluar tu si ojan kan sudah dikurung ya
Sripeni Verayanti
the power of Restu Ortu is the best way
Nartadi Yana
cocok deh Ilham penipu juga ditipu kapokmu kapan
Nartadi Yana
hamba Allah yang nggak pernah sholat isinya hanya dendam pakai cadar hanya untuk mengelabuhi orang
Usmi Usmi
🤣🤣🤣 wanita suci taik
Farel Podungge
itulah balasanx jka kita memfitnah orang lain 🙏🏽
Sri Lestari
prinsip hidup saya sebelum menikah uang masing2,,,,,baik boleh bodoh jangan Arimbi
Nartadi Yana
semoga rejekimu lancar mbi
Nartadi Yana
ntar atimbi jadi istrinya mas Aidan dan sukses punya rumah makan kaya mama Arum.
Nartadi Yana
itu akibat buang berlian dapatnya malah sampah WC umum lagi kapokmu kapan
Nartadi Yana
tuh karmamu langsung sampai ham bukan talak ditipu mentah mentah dan kamu sudah dibeli dengan gelar dan dibayarkan hutangmu
Nartadi Yana
banyak kejutan cadarnya bukan karena iman tapi ...
Nartadi Yana
berarti niat dari awal Ilham sudah berniat jelek, itu bohong sama kiyai kalau kuliah pakai beasiswa , akan menumpuk kebohongan selanjutnya
Nartadi Yana
Alhamdulillah akhirnya uang kembali rejeki anak.sholeh, Ilham cs tunggu karmamu
Nartadi Yana
gitu mas Aidan semoga berkah hidupmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!