Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
" Sekarang kita semua ada disini. Aku harap semua orang menceritakan apa yang terjadi sehingga bisa berakhir disini,"Rafan memulai pembicaraan setelah Lisa dan Tiara bergabung. Dia berharap dengan mendengar cerita dari semua orang bisa mendapatkan petunjuk, mendapatkan sedikit informasi agar bisa pulang.
Mizuki dan Irena tampak saling menggenggam tangan, dua orang termuda diantara semua orang itu bergerak gelisah, terlihat dari tangan keduanya yang gemetar.
"A-aku dan Mizuki dalam perjalanan pulang dari pesta ulang tahun teman kami. Seseorang yang terlihat kesakitan meminta Mizuki untuk mengantarnya ke rumahnya. Dan-"Kata Irene terhenti, keningnya mengerut, dia sekarang kebingungan, juga berpikir.
"Mizuki, orang itu siapa?"Irene menoleh ke samping, Mizuki juga tengah berpikir. Beberapa saat kemudian dia menggeleng.
" Seseorang tergeletak di tengah jalan, pak Irwan memeriksa nya dan setelahnya aku tidak ingat lagi."Kata Prisha. Tidak ada raut takut atau cemas di wajah cantiknya. Dia sangat tenang, seperti air yang mengalir, tidak ada fluktuasi apapun disana.
" Akupun bertemu-"
"Berhenti membicarakan omong kosong. Sebaiknya cari saja jalan keluar," Janied mendengus jengkel.
Diam. Semua orang memusatkan perhatian pada pria paruh baya itu. Dia masih berlagak sebagai bos, kakinya bahkan di ayunkan santai hingga sesekali mengenai punggung Irene yang kebetulan duduk tepat di depan sofa yang ia duduki. Irene terpaksa bergeser agak ke depan sambil mengumpat dalam hati. Irene tidak seberani itu untuk mengumpat secara langsung pada Janied.
" Kenapa tidak mencarinya sendiri? bisanya cuma nyuruh aja."Yoda mencibir dan tentu saja Janied tidak membalasnya. Sebab, Yoda bukanlah orang sembarangan, dia anak dari keluarga penting. Setidaknya dari semua orang yang ada di ruangan ini, Janied hanya menghormati Yoda, selebihnya mereka tidak artinya baginya.
Selamat datang di bloody Game..
Belum sempat Janied membalas sebuah suara berat terdengar, mendominasi seluruh lantai satu, suara yang di pancarkan melalui pengeras suara yang di pasang di setiap sudut loteng.
Bloody game?
Semua orang menggumam bingung. Hugo melirik Lisa kaget, dia ingat tadi malam Lisa mengatakan tentang game tersebut. Apakah hanya kebetulan atau memang Lisa tahu sesuatu? Batin Hugo.
Saya bloody flower, membawa informasi penting bahwa Kalian semua akan mati,
Mayatnya akan di jadikan karya seni yang luar biasa. Tapi, tentu permainan tidak akan menarik jika mati begitu saja.
Tempat ini terisolasi dan terkunci selama puluhan tahun. Semua orang bisa mendapatkan kuncinya dan bebas dari rumah ini. Orang yang mendapatkan kunci tidak akan terbunuh.
Ada enam lantai disini, tiga lantai diatas tanah dan tiga lainnya dibawah tanah. Semua petunjuk tentang kunci tersebar diseluruh ruangan yang ada dirumah ini.
Jika ada yang berpikir bahwa semua ini adalah candaan, mungkin ada diantara kalian yang bersedia masuk ke ruangan ke dua dari tangga. Disana ada hadiah menarik yang bisa meyakinkan semua orang.
Lisa ingat, ruangan yang di maksud adalah ruangan tempat mayat Clarissa di simpan.
Kunci bisa digunakan oleh semua orang untuk pergi, namun kunci tidak berfungsi untuk dua orang terpilih. Dua orang terpilih hanya bisa selamat jika mereka mampu menangkap sang dalang permainan.
Akan ada satu kematian setiap malam jika sang dalang masih belum tertangkap. Orang yang tidak menemukan kunci dan tidak bersembunyi pada malam hari akan menjadi karya seni, dia akan diukir dengan ukiran paling indah menggunakan pisau edisi khusus, mewah dan mempesona.
Merinding? Tentu saja. Suara berat nan serak itu membuat bulu kuduk semua orang merinding, membuat tulang mereka gemetar. Terjebak disini untuk mengikuti permainan gila, bermain nyawa, jelas tidak pernah ada dalam wacana mereka.
"Orang gila! Keluar kamu! Jangan berani bersembunyi dan memberikan ancaman saja!"Janied berteriak marah. Dia berdiri, menatap dengan mata Belo melotot tajam pada pengeras suara," Kamu belum tahu siapa saya? Saya penjabat penting di negara ini, cepat keluar dan berlutut meminta maaf!"
Lisa meringis dalam hati mendengar ucapan bernada sombong Janied. Sebenarnya dia memang punya kuasa untuk sombong, tapi, disini jelas kekuasaan dan uang tidak berlaku. Jika memang orang yang menjadi dalang itu takut dengan kekuasaan atau bisa takluk dengan uang, dia tidak akan memilih orang-orang kaya ini.
Apapun itu, jelas orang yang baru saja berbicara melalui pengeras suara itu juga memiliki uang atau kekuasaan.
"Aku tidak ingin mati!"Mizuki berteriak histeris, tangannya terangkat menjambak rambutnya," Tidak! Aku tidak mau mati, Irene, ayo kita pergi!"
"Huh...Siapa yang bercanda dengan cara mengerikan seperti ini,"Yoda yang masih tidak percaya dengan bahaya yang sedang mengancam nyawanya, dia masih berpikir bahwa semua ini hanya prank. Jadi mengabaikan semua orang, dia bergerak memeriksa setiap sudut rumah,
"Dimana kamera nya?!"Tanya Yoda entah kepada siapa.
Lantai satu menjadi riuh, suara teriakkan terdengar saling menyahut. Semua orang ketakutan, sebagian ada yang marah.
Prang....
Brak...
Prang..
Seperti Janied, pria itu mengamuk sambil memecahkan apapun yang bisa dia pecahkan.
Hanya beberapa orang yang lebih tenang. Prisha yang tidak terganggu sama sekali, dia beranjak pergi ke lantai dua, telinganya tidak tahan mendengar keributan tersebut. Prisha memilih menepi dan menyendiri.
Hugo mendekati Lisa, berdiri di sisi kanannya lalu berkata," Benar-benar kacau. Terkadang aku masih berpikir bahwa kita sedang syuting sesuatu. Karena kondisi saat ini mirip dengan serial televisi journal serial murder. Kamu pernah menontonnya?"
Lisa mendesah lelah, tangannya memijit pangkal lehernya, dari sekian banyak yang bisa jadikan sebagai topik pembicaraan, kenapa Hugo membahas serial televisi yang demi apapun Lisa tidak tahu. Dia hampir tidak pernah menonton televisi.
"Aku tidak tahu,"
"Bagaimana dengan Bloody game?"Hugo memelankan suaranya," tadi malam kamu menyebut game itu kan?"
"Ya, permainan berdarah, hanya itu yang aku tahu." Jawab Lisa mengangkat bahunya acuh, "Kita harus menghentikannya."
"Raf, ayo kita cari kuncinya,"Tiara mendekati Rafan dan mengajaknya untuk mencari kunci bersama.
"Aku akan berbicara dengan Lisa sebentar,"Rafan melangkah lebar kearah Lisa. Tiara mengikuti dari belakang sambil menggerutu.
Dalam sekejap orang-orang yang tadinya ada di lantai satu mulai tersebar, ada yang naik ke lantai dua atau mungkin tiga. Ada yang berusaha mencari jalan ke bawah tanah, untuk menjelajahi lantai lainnya, tentu saja demi mencari kunci.
Tapi, diantara semua orang itu salah satu diantara mereka tersenyum, menikmati kekacauan tersebut.
...***...
Jangan lupa like, komen dan subscribe yaa...