Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Bu Nina beranjak mendekati Ayana dan Abian secara spontan saat melihat duplikat Andreas bayi. Ayana yang takut Abian di ambil darinya semakin mendekap erat bayi gembul itu tanpa menekan tubuh si bayi.
"Tante, mau apa?" Tanya Ayana menghentikan pergerakan bu Nina yang segera tersadar dengan apa yang di lakukannya.
Pak Bastian menarik sang istri pelan agar kembali ke tempatnya semula. Pria itu tidak mau bertindak gegabah yang nantinya malah akan merugikan siri mereka.
"Ah, maaf kan Tante." Bu Nina menatap penuh sesal pada Ayana yang nampak waspada juga khawatir.
Ada pula sorot ketakutan di mata ibu muda itu melihat keempat orang di depannya.
"Maaf kan sikap istri saya, Nak. Mungkin karena terlalu rindu dengan cucu makanya istrinya saya bersikap demikian," kata pak Bastian menjelaskan.
Ayana tidak menanggapi apa-apa perkataan pak Bastian atau pun bu Nina. Ibu muda itu hanya sedang memikirkan cara agar para tamunya segera pergi. Sinyal bahaya seperti terus berputar di kepalanya.
"Kalau boleh tahu, ada urusan apa Tuan-Tuan dan Tante mencari saya?"
Setelah memberanikan diri, barulah Ayana buka suara.
Andreas menatap Ayana yang begitu waspada dan wajah cantiknya nampak begitu tulus melindungi bayi di dekapannya.
"Maaf kalau kedatangan kami membuat Anda gak nyaman, kami datang kemari hanya ingin menanyakan beberapa hal saja."
Ayana mengalihkan pandangannya pada pria muda nan tampan di depannya. Nampak familiar di mata Ayana wajah tersebut, tapi ia sedang tidak mau memikirkan hal apapun selain mengamankan anaknya.
"Bertanya tentang apa? Saya rasa kita gak saling kenal dan baru kali ini bertemu," jawab Ayana.
"Kami hanya ingin bertanya mengenai peristiwa yang terjadi sebulan lalu. Peristiwa kecelakaan di daerah perbatasan yang menyebabkan mobil itu terbakar. Orang di dalam mobil itu adalah ..."
Andreas menggantung ucapannya saat melihat tubuh Ayana yang nampak bergetar hebat. Bahkan air mata mulai mengalir dari kedua pelupuk mata wanita cantik itu.
"Gak, pergi! Pergi!"
Ayana yang mendengar penjelasan Andreas sontak saja kembali mengingat kesakitannya kala itu. Juga rasa trauma yang mati-matian ia tekan demi Abian saat melihat peristiwa meledaknya mobil kala itu.
Kini trauma itu muncul lagi kala mendengar penjelasan dari tamunya. Juga beberapa dugaan yang tidak mungkin meleset dari pikirannya.
Bu Nina mendekati pelan-pelan Ayana yang terlihat sangat tertekan dan sorot matanya yang nampak kosong juga kacau.
"Ada apa, Nak? Tenanglah." Bu Nina mencoba menenangkan Ayana.
Abian yang merasakan apa yang di rasakan bundanya sontak menangis. Semakin bertambah panik lah orang-orang di ruangan itu karena tangisan Abian.
Bu Nina mencoba mengambil tubuh Abian dari gendongan Ayana. Namun rangkulan itu tidak mudah di lepaskan, belum lagi rupanya tangan kecil Abian memegang erat lengan baju panjang Ayana.
Mak Masi datang dengan tergesa-gesa mendengar suara tangisan Abian serta pekikan Ayana.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi?" Panik wanita tua itu menghampiri Ayana.
"Minta mereka untuk pergi, Mak. Mobil itu... Mobil itu sudah terbakar, saya gak tahu apa-apa lagi."
"Mobil apa, Nak? Mak gak paham. Sebenarnya apa yang terjadi?"
Abian masih menangis dan itu mampu menarik kesadaran Ayana yang tadi sempat terbawa trauma. Memang hanya Abian yang mampu menenangkan jiwanya.
"Anak Bunda haus, ya? Maaf ya sayang, kita masuk dulu."
Ibu muda itu berdiri lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya tanpa memperdulikan tamunya. Bagi Ayana yang pemikirannya sedang kacau, saat ini hanya ada Abian di dunianya dan hanya ada mereka berdua.
"Sebentar saya antarkan Ayana dahulu," kata mak Masi berpamitan kepada tamunya.
Mereka yang ada di sana mengangguk setuju dan akan menanti sampai keadaan tenang.
Beberapa saat kemudian, mak Masi keluar dari sebuah ruangan yang tadi di masuki oleh Ayana. Kini wanita paruh baya itu menghampiri tamu Ayana.
"Apa yang terjadi Tuan-Tuan dan Nyonya? Kenapa Ayana sampai seperti itu?" Tanya mak Masi.
"Maaf kalau kedatangan kami membuat kacau keadaan, Bu. Kami hanya ingin bertanya beberapa hal yang bersangkutan dengan cucu kami," kata bu Nina mewakili yang lainnya.
Kening mak Masi berkerut tidak paham.
"Maksudnya bagaimana ya, Nyonya? Memangnya apa hubungannya cucu kalian dengan Ayana?"
"Jadi begini, Bu. Sebulan lalu mantan menantu saya melahirkan seorang bayi laki-laki, tapi keesokan paginya mantan menantu saya kabur bersama selingkuhannya membawa bayinya. Dan setelah mencari kesana kemari, kami mendapat kabar kalau mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Mobil itu habis terbakar bersama penumpangnya, namun jasad cucu kami gak di temukan di mobil itu. Hanya ada 2 jasad di dalamnya, kami juga mendapat kabar kalau cucu kami sempat di selamatkan oleh seseorang."
Bu Nina menjeda kalimatnya lalu menyerahkan foto yang tadi sempat di tunjukkan Bimo pada Sari. Mak Misa tercengang saat melihat foti tersebut.
Jelas saja wanita paruh baya itu tahu siapa yang ada dalam foto. Karena ia yang selalu memandang Ayana layaknya ibu kepada anaknya. Membuat mak Masi hapal bagaimana kontur wajah ibu muda itu.
"Ini... Ini Ayana. Tapi... Bagaimana mungkin? Abian anak kandung Ayana."
Mak Masi melihat ke arah bu Nina yang menatapnya serius.
"Maksud Ibu bagaimana, ya? Tapi bayi tadi sangat mirip dengan anak saya Andreas sewaktu bayi," kata bu Nina.
Terdengar helaan napas dari wanita tua itu, ia lalu menceritakan secara singkat apa yang ia tahu tentang Ayana.
"Saya pernah mendengar sedikit cerita tentang Ayana. Dia bercerita kalau suaminya meninggal karena kecelakaan, sedangkan dirinya di usir mertuanya di hari yang sama setelah sang suami di makamkan. Pada hal saat itu malam hari, tapi mertua dan adik iparnya tetap mengusirnya dari rumahnya sendiri."
Mak Misa mengusap air matanya yang keluar sendiri saat mengingat cerita hidup Ayana. Meski tidak semua Ayana ceritakan, namun itu saja mampu membuatnya bersedih.
"Ayana datang ke kota ini bersama Abian dan membeli ruko ini untuk tempat tinggal sekaligus usaha kecil-kecilan."
Andreas yang mendengar sepenggal kisah hidup penyelamat anaknya ikut merasakan kesedihan. Hatinya bergetar dan itu membuatnya tidak nyaman.
"Apa Ayana pernah bercerita tentang kecelakaan mobil, Bu?" Tanya pak Bastian penasaran.
"Enggak, hanya tentang suaminya saja yang di katakan meninggal dalam kecelakaan. Pada hal anak mereka baru lahir, tapi..."
"Tapi kenapa, Bu?" Tanya Andreas penasaran pula.
"Saat Ayana bercerita tentang kecelakaan, maka emosinya nampak kurang baik. Bahkan ia cenderung seperti orang ketakutan, seperti memiliki trauma begitu. Dan seriap hal itu terjadi, hanya Abian yang bisa membuatnya tenang kembali."
Dari cerita singkat itu dapat Andreas tangkap kalau ibu muda penyelamat anaknya pastilah mengalami trauma. Dan dari analisi Andreas, trauma wanita muda itu sepertinya bukan karena kecelakaan suaminya.
Bisa jadi karena kecelakaan yang terjadi pada Meli. Mungkin saja Ayana menyaksikan langsung ledakan mobil itu makanya meninggalkan rasa trauma.
"Kalau saya boleh tahu, Ibu ini siapanya Ayana?" Tanya bu Nina penasaran.
"Saya sebenarnya bekerja sebagai pengasuh Abian awalnya. Tapi karena kebaikan dan ketulusan hati Ayana, saya malah di anggap sebagai Ibu yang tinggal bersama anak perempuannya."