Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Marah
Ervina kemudian mengangguk, "Janji, Na gak akan marah, Mas!"
Naren kemudian berdiri dan mengusap puncak kepala istrinya sebelum pergi meninggalkan ruangan sang istri untuk membeli martabak keinginan suaminya.
Naren benar-benar membuka paksa kedai itu untuk membuatkan satu loyang martabak yang diinginkan istrinya.
Menepati ucapannya!
Entah kenapa, Naren sendiri merasa senang bisa memenuhi keinginan bayi yang ada di dalam perut istrinya itu, hatinya seolah membuncah.
"Yang enak!" ucap Naren dingin memperingati satu pegawai yang tengah membuatkan martabaknya.
"Baik, Tuan!" jawabnya takut-takut dengan mengangkat martabak yang sudah matang untuk diolesi dengan mentega.
Namun, tiba- tiba ada seseorang duduk di sebelah Naren, "Saya mau martabak nutella keju, Mas!" ucapnya santai.
"Maaf, Nona, outlet kami belum buka, silahkan kembali nanti sore ya!" ucap pegawai itu santun.
"Itu kamu buat!" protesnya.
"Khusus hanya buat satu untuk Tuan ini!" jawab orang itu dengan santun menolak gadis itu.
"Tuan tampan!" panggilnya sambil mengedipkan satu matanya, "Martabaknya untuk saya, ya!" lanjutnya mendayu.
Naren hanya melirik tajam penuh aura menakutkan, "Pergi, sebelum kamu menyesal!" ancamnya.
Naren sangat kesal menghadapi perempuan gatal seperti ini, ditambah tak tau diri dengan bersikap murahan di depan pegawai outlet.
Menjijikan!
"Baiklah, Tuan tampan!" ucapnya berbalik dan detik berikutnya menggelincirkan diri dan jatuh dipangkuan Naren.
Bruk!
"AAA!" teriaknya mendaratkan dia aset belakangan di paha Naren dengan sempurna, dan detik itu juga membuat Naren murka.
Brak!
Naren berdiri seketika sambil mengebrak meja outlet.
"Arkhh, Tuan!" pekiknya terpental jatuh ke bawah
"JAGA BATASANMU!" marah Naren dengan netra elang seolah membelah tubuh wanita berpakaian sexy itu, dengan aura yang begitu mendominasi, "Aku tidak akan segan-segan menjadikanmu santapan singaku!" desis Naren.
Sudah ribuan wanita seperti ini yang selalu mendekati Naren dengan berbagai macam trik, hanya untuk mendapatkan atensi laki-laki dominan itu dan menjadi nyonya besar yang di segani.
Jadi, Naren sangat tau motif wanita murahan itu!
Bersamaan dengan itu, pesanan Naren sudah siap dan Naren mengambil itu kemudian buru-buru keluar untuk kembali ke rumah sakit mengantar martabak ini untuk anak dan istrinya.
Mengabaikan wanita gila yang baru saja mengganggunya!
'Awas saja kau akan menjadi milikku, Narendra, kau dari awal sudah menjadi hakku!' batin wanita itu menyeringai kemudian pergi dari outlet martabak.
Sedangkan Naren, mengembalikan suasana hatinya saat sampai di parkiran Rumah sakit, akibat wanita tak tau diri itu, karena Naren tak mau bumil yang sangat sensitif itu mengira dirinya kesal karena membeli martabak untuk mereka.
Setelah bebebrapa saat, Naren keluar dan mulai masuk ke ruangan Ervina.
Cklek!
"Na!" panggil Naren karena tak menemukan Ervina di ranjangnya, "Dimana kamu, Na?" panggilnya sambil mengecek seluruh isi kamar Ervina.
Kamar mandi!
Kamar tidur penunggu!
Balkon!
Semua Naren buka, namun tak menemukan sang istri.
Sontak kekhawatiran merasuki hatinya, karena Ervina harus istirahat total sampai tidak keluar flek darah lagi, ini justru menghilang.
Naren kemudian keluar dan berlari menuju NICU
'Kemana lagi bumil itu akan pergi jika tidak menemui putrinya?' batin Naren, 'Keras kepala!' lanjutnya marah.
Tanpa Naren sadari, Naren sudah mengeraskan rahangnya.
Namun, saat sampai di depan NICU Naren tak menemukan Ervina, hanya ada Bi Arum yang masih duduk di depan NICU, "Bi Arum, apa Na kesini?" tanyanya.
Bi Arum mengangguk, "Ada, Tuan, Nyonya sekarang ada di dalam!" tunjuk Bi Arum ke arah dalam ruangan NICU yang terlihat dari kaca.
Ervina tampak tidur di ranjang yang sama dengan Calisha dan memeluk gadis itu, "Kenapa masuk ke sana?"
"Nona Calisha sudah bangun dan mencari Mommynya, sedangkan Nona belum boleh keluar dari ruang NICU karena masih dalam proses evaluasi, Tuan! jadi Nyonya yang masuk," jelas Bi Arum.
Seketika hati Naren sedikit lebih lega, namun gurat keras dan rahang tegas di wajah laki-laki berusia 34 tahun itu masih tercetak nyata sambil memandang anak dan istrinya di balik kaca.
Namun detik berikutnya, pandangan mata Naren bersitatap dengan Ervina yang kebetulan melihat ke luar.
Glek!
Dan bidikan mata itu tepat menembak jantung Ervina hingga berdetak kencang, Ervina tau sorot mata itu dan dirinya hanya bisa menelan savilanya dengan berat.
Kemudian Ervina mulai berusaha turun dari dari ranjang Calisha yang sudah kembali terlelap, berjalan menuju suster di ujung ruangan dan keluar.
Deg!
Jantung Ervina berdetak kencang seiring dengan terkikisnya jarak anatara dirinya dan suami, "Maaf, Mas, Na gak kasih kabar kalau Na ada di sini!" ucap Ervina menunduk karena merasa bersalah.
Ervina bisa melihat gurat keras, tegas, dan kekhawatiran di raut wajah suaminya, "Na, Panik!"
"Makan dulu!" jawab Naren dingin sambil menyodorkan martabak itu ke depan Ervina.
Ervina kemudian mendongakkan kepalanya menatap irisan elang suaminya itu, "Mas gak marah?"
"Marah!" jawab Naren singkat.
Glek!
'Dasar kanebo kering! kirain gak marah!' batin Ervina kesal, "Kaku sekali, apa tidak bisa wajahnya biasa saja, bikin merinding suamiku ini!'
Ervina kemudian mengambil martabak itu, "Makasih, Mas!" ucapanya, kemudian duduk di samping Bi Arum dan membuka martabak yang membuatnya ngiler itu.
Martabak dengan keringat suaminya sendiri!
Mengambil sepotong untuk dia gigit, kemudian mengambil sepotong untuk disodorkan kepada suaminya, "Ayo makan, Bi!" titah Ervina pada Bi Arum.
"Baik, Nyonya!" jawab Bi Arum mengambil satu potong.
"Ayo, Mas, pegel tangan Na, ini!" kesal Ervina dengan muka ditekuk karena tak kunjung diambil potongan martabak yang dia sodorkan.
Naren kemudian mengambil potongan itu dan duduk di samping Ervina dengan berjarak satu kursi, tanpa berbicara apapun.
Deg!
'Mati aku, dia benar-benar marah!'
Bersambung....
Marahnya udah gak kasar lagi ni, Pak? 🤣
Pak Naren walau marah masih mementingkan istri ya! gumush sekali
kurang dua bab lagi ya, tungguin
Eh, hayuk atuh, jangan lupa follow, like, komen, sesajen, biar author semangat updatenya😍🥰
Author tungguin 👁👁🤣
pasti kelakuan nya si Candra itu