Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Brak!
"Kalian!" teriak Karisa yang langsung terkejut karena melihat Claudya dan William berada di satu kamar yang sama.
"Apa yang kalian lakukan?" Karisa menatap pada Claudya dan William secara bergantian.
William tidak menghiraukan Karisa, tapi justru Claudya lah malah merasa tidak enak pada Karisa. Tatapan Claudya menatap pada William mencoba mengkode William untuk bungkam tentang hubungan mereka. Tapi sayangnya William malah memegang tangan Claudya dan menarik Claudya hingga membuat Claudya dekat dengannya.
"Jangan pernah katakan kalau Ayah Agnia sudah meninggal karena aku masih ada disini!" William mendekatkan wajahnya tepat diwajah Claudya.
Melihat ekspresi William yang seperti ingin melahapnya hidup-hidup membuat Claudya takut, tapi saat ini Karisa mendekat pada William dan Claudya. Tiba-tiba saja.....
Plak!
Satu tamparan melayang di pipi Claudya, rasanya sakit dan perih. Claudya memegang pipinya setelah William melepaskan tangannya, tanpa Claudya duga saat ini William langsung mendorong Karisa hingga membuat Karisa terjatuh ke lantai.
Brugh!
"Beraninya kau menampar Claudya!" geram William.
Karisa langsung bangkit tanpa memperhatikan rasa sakit karena terjatuh, Karisa langsung mendorong William tapi tidak membuat pemilik tubuh kekar itu goyah dari tempatnya.
"Kenapa kau melindungi dia? Apa kalian punya hubungan?" tanya Karisa berteriak pada William.
Dada William naik turun, kesabarannya hanya setipis tissue dibagi 4. William kesal karena Claudya tidak mau klarifikasi pada anaknya kalau Agnia masih punya Ayah, disisi lain ada Karisa yang membuat William marah karena selalu ikut campur pada kehidupan William.
"Bukan urusanmu!" William menarik Claudya dari sana tapi sayangnya Karisa langsung menarik rambut Claudya.
Claudya bukan wanita yang lemah, dia langsung membalas menarik rambut Karisa hingga membuat keduanya meringis karena rambut mereka terasa mau lepas, William menarik Karisa dan langsung mendorong Karisa untuk menjauh dari Claudya.
"Jangan sakiti Claudya! Kau harus tau kalau Claudya pernah mengandung anakku, jadi kalau kau macam-macam padanya. Maka besok kau sudah bukan bagian dari keluarga Aldenandra!" ancam William.
Karisa terdiam sambil menatap Claudya yang saat ini dibawa oleh William, mendengar ucapan William barusan membuat Karisa sakit hati karena merasa dikhianati oleh William.
"Kenapa? Pantas saat aku bertemu dengan anaknya aku melihat kemiripan antara anak Claudya dan William," gumam Claudya.
Brugh!
Karisa menjatuhkan tubuhnya kelantai, rasanya lemas karena William berdekatan dengan wanita lain, jujur saja Karisa sangat sayang pada William. Kelakuan dia yang selingkuh hanyalah sebuah kebohongan untuk membuat William memohon agar Karisa kembali pada William, tapi sayangnya Karisa melakukan kesalahan besar. Bukan permohonan dari William yang Karisa dapatkan tapi penghianatan besar.
"William, aku melakukan ini hanya untuk kamu kembali. Kenapa kamu malah melakukan hal itu dengan Claudya. Hiks... Hiks...," ucap Karisa dengan suara lirih.
Sedangkan saat ini William tengah menarik Claudya ke arah basemen hotel itu, tapi saat akan naik kedalam mobil. Claudya langsung melepaskan tangannya dari genggaman William yang sangat erat menggenggam tangannya.
"Tuan, selama ini aku kesusahan sendirian. Jadi aku rasa kita tidak perlu melakukan ini, kamu sudah punya istri dan lupakan saja aku dan Agnia." Claudya memberikan pengertian pada William.
William menghela nafas kasar. "Tapi aku Ayah biologinya!" bentak William menekankan setiap perkataannya.
"Benarkah? Tapi kita punya anak tanpa adanya ikatan, walau bagaimana pun Agnia akan menjadi anakku bukan anakmu!" Claudya berucap lantang karena dia merasa kalau kebenaran itu hanya akan membuat kehidupannya tidak tenang.
William meremas rambutnya kasar.
"Ya, selama ini aku salah. Tapi kenapa malam itu kamu datang ke kamarku? Itu salahmu! Sekarang aku akan tanggung jawab, walaupun kau seorang pe lacur sekali pun tapi Agnia tetap menjadi anakku," ujar William.
Claudya memukul dada bidang William.
"Kau menyebut aku Pe lacur? Lantas, kenapa kamu maksa padaku mau mengakui Agnia?" cecar Claudya bertanya pada William.
"Claudya!" bentak William, kakinya menendang ban mobilnya guna meredakan emosi yang saat ini sudah menggebu dihatinya.
"Untuk kali ini, aku mohon. Ijinkan aku bertemu dengan Agnia dan mengatakan kalau aku adalah ayahnya!" mohon William.
"Tidak, Tuan. Aku tidak mau hal itu terjadi," bantah Claudya.
"Kenapa?" sungut William.
"Karena aku tidak mau membawa anakku kedalam masalah rumit itu, Tuan. Kau punya istri dan kita tidak mempunyai hubungan apa pun, bagaimana kalau semua orang mempertanyakan kita yang punya anak tanpa adanya hubungan!" papar Claudya dengan amarah yang sudah tidak bisa di tahan lagi.
William bungkam, benar apa kata Claudya. Dia juga harus berpikir tentang itu karena mau bagaimana pun hubungan mereka dahulu tidak didasari oleh pernikahan.
Kesalahan malam itu tidak bisa dibebankan pada William atau pun Claudya karena mereka melakukannya atas dasar sama-sama mau, tapi bedanya saat itu Claudya tengah dipengaruhi obat.
Langkah Claudya guntai, dia masuk kedalam rumahnya tanpa menjemput Agnia terlebih dahulu. Claudya pulang dengan naik taksi karena setelah berbicara tadi sepertinya William memikirkan apa yang tadi Claudya ucapkan.
Claudya mengusap air matanya yang sejak tadi membasahi pipinya, Claudya tidak menyangka kalau pria malam itu adalah William. Bukan bahagia yang Claudya dapatkan tapi justru sebuah penyesalan, Claudya tau siapa pria itu tapi sayangnya William hidup dengan banyaknya konflik, apa lagi William sudah punya istri. Bagaimana nantinya kalau semua orang tau sisi buruk William? Claudya tidak mau nama baik William buruk hanya karena mengakui Agnia sebagai anaknya.
"Tuhan ... Apa ucapan ku pernah menyakiti orang lain? Apa perbuatan ku pernah merugikan orang lain? Atau apakah orang tuanya melakukan kesalahan saat aku belum lahir? Kenapa harus aku yang menanggung ini? Mama sudah tidak mau mengakui aku dan Agnia, itu rasanya sakit sekali. Tuhan, dan sekarang aku tau Ayah kandung Agnia tapi kenapa harus tuan William? Kenapa harus tuan William, Tuhan." Tangisan Claudya pecah saat mengingat kehidupannya tidak semulus kehidupan orang lain.
Tok
Tok
Suara pintu diketuk tidak membuat Claudya menghentikan tangisannya, sekarang dia ingin sekali menangis atau kalau bisa Claudya ingin meraung-raung mengingat masalah yang dia rasakan tidak bisa Claudya ceritakan pada semua orang.
"Claudya!" teriak seseorang dari luar.
Claudya menyadari kalau saat ini yang datang adalah Rian, selama ini Rian sudah Claudya anggap sebagai kakaknya sendiri bahkan Claudya tidak merasa canggung padanya, hanya Rian dan Zidan saja yang selama ini sudah Claudya anggap sebagai keluarga selain dari itu Claudya tidak mempunyai siapa-siapa.
"Kak Rian," panggil Claudya sambil membuka pintu rumahnya itu.
"Masuklah kak," pinta Claudya.
Rian mengernyitkan keningnya.
"Kamu kenapa menangis?" tanya Rian yang khawatir pada Claudya.