"Rumah Tanpa Atap" mengisahkan tentang kehidupan seorang remaja bernama Zilfi, yang tumbuh dalam keluarga yang terlihat sempurna dari luar, namun di dalamnya penuh ketidakharmonisan dan konflik yang membuatnya merasa seperti tidak memiliki tempat untuk berlindung. Setelah perceraian orang tuanya, Zilfi harus tinggal bersama ibunya, yang terjebak dalam rasa sakit emosional dan kesulitan finansial. Ayahnya yang Berselingkuh Dengan Tante nya hanya memperburuk luka batin Zilfi, membuatnya merasa tak pernah benar-benar memiliki "rumah" dalam arti sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yiva Adilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENCARI PELIPUR DI TENGAH BADAI
Malam itu, angin berhembus pelan menyapu halaman pesantren. Langit terlihat mendung, menambah kesan kelam yang menggantung di hatinya. Zilfi duduk di pojok kamar, memeluk lututnya erat-erat. Sudah berhari-hari, rasa cemas dan putus asa mengguncang pikirannya. Ia merasa seolah-olah berada dalam kegelapan tanpa ujung. Setiap hari ia berusaha menjalankan ibadah, membaca Al-Qur'an, dan menghafal Hafalan, tetapi semakin keras ia mencoba, semakin dalam ia tenggelam dalam kekosongan.
"Sampai kapan aku begini?" batinnya berteriak. Hatinya menjerit dalam sunyi. Tidak ada yang tahu, bahkan sahabat dekatnya di pesantren pun tak menyadari apa yang sedang ia alami.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka perlahan. Suara langkah ringan mengiringi masuknya Rena, seniornya yang selalu bersikap hangat dan peduli. Rena mendekat, duduk di samping Zilfi yang terdiam dalam hening.
“Zilfi, kau kenapa akhir-akhir ini?” tanya Rena dengan suara lembut, penuh perhatian.
Zilfi tak langsung menjawab. Ia hanya menghela napas panjang, mencoba menahan perasaan yang selama ini dipendamnya.
“Aku… lelah, Kak. Rasanya semua jadi berat. Aku nggak tahu kenapa, tapi hati ini seperti hampa, nggak ada ketenangan. Shalatku terasa kosong, hafalanku kacau, dan setiap malam aku nggak bisa tidur. Aku takut, Kak, takut kalau semua ini nggak akan pernah berhenti,” suara Zilfi mulai bergetar, menahan air mata yang tak lagi bisa dibendung.
Rena mengangguk pelan. Ia tahu, apa yang Zilfi rasakan bukan sekadar lelah fisik. Ada sesuatu yang lebih dalam, yang mengganggu sanubarinya.
“Kau pernah coba bicara dengan Ustadz Syafiq?” Rena bertanya, menyebut nama ustadz mereka yang dikenal memiliki kemampuan ruqyah.
Zilfi menunduk, lalu menggeleng. “Aku nggak tahu harus bilang apa, Kak. Aku malu, takut dianggap lemah…”
Rena tersenyum tipis, menepuk bahu Zilfi dengan lembut. “Nggak ada yang salah dengan meminta bantuan. Kita ini manusia, dan manusia pasti punya batasnya. Kalau kau merasa ada yang tidak beres, mungkin ada baiknya kau minta Ustadz Syafiq untuk meruqyah. Kita harus melawan apa yang tak bisa kita lihat dengan usaha dan doa. Insya Allah, semua akan lebih baik.”
Zilfi menatap Rena, matanya mulai memerah. Ada kelegaan yang perlahan-lahan muncul dari dalam dirinya. “Kau benar, Kak. Aku butuh bantuan. Tolong, bisakah kau temani aku menemui Ustadz Syafiq?”
Rena tersenyum tipis,,"Ehmm Hehe,,,Aku Juga Malu ,,Bagaimana Kalau kita bicarakan ini pada Kak Difa,Dia kan dekat sama Ustadz Syafiq??biar nanti dia yang nemenin kamu bertemu ustadz syafiq"
Zilfi bertanya pada Rena "ehmm aku malu pada Ka Difa,dia kan gak tau cerita hidupku ,,"
Rena menjawab "tenang saja,,Kak Difa orang nya baik kok,,dia pasti bakal ngerti"
Zilfi mengangguk mantap.mereka oun langsung membicarakan nya kepada kak Difa.
“Tentu. Besok pagi, kita akan menemui beliau. Kau nggak sendiri, Zilfi. Kita akan melewati ini bersama-sama.”Ujar Kak Difa sambil memberikan semangat agak Zilfi tidak Merasa Gugup.
Keesokan harinya, Zilfi menemui Ustadz Syafiq,,Langsung saja,Bersama Kak Difa ,Ustadz Syafiq meruqyah Zilfi....Setelah Di Ruqyah Zilfi di berikan beberapa nasihat dan bacaan Agar Zilfi Tenang.
Sore itu, setelah berminguu-minggu tenggelam dalam depresi yang tak terucapkan, Zilfi akhirnya merasakan secercah harapan. Doanya selama ini tak berujung pada jawaban instan, tetapi keberanian untuk meminta bantuan adalah langkah pertama menuju kesembuhan.