NovelToon NovelToon
Gairah Istri Kesepian

Gairah Istri Kesepian

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Momoy Dandelion

Di Bawah Umur Harap Minggir!

*****

Salahkah bila seorang istri memiliki gairah? Salahkah seorang istri berharap dipuaskan oleh suaminya?

Mengapa lelaki begitu egois tidak pernah memikirkan bahwa wanita juga butuh kepuasan batin?

Lina memiliki suami yang royal, puluhan juta selalu masuk ke rekening setiap bulan. Hadiah mewah dan mahal kerap didapatkan. Namun, kepuasan batin tidak pernah Lina dapatkan dari Rudi selama pernikahan.

Suaminya hanya memikirkan pekerjaan sampai membuat istrinya kesepian. Tidak pernah suaminya tahu jika istrinya terpaksa menggunakan alat mainan demi mencapai kepuasan.

Lambat laun kecurigaan muncul, Lina penasaran kenapa suaminya jarang mau berhubungan suami istri. Ditambah lagi dengan misteri pembalut yang cepat habis. Ia pernah menemukan pembalutnya ada di dalam tas Rudi.

Sebenarnya, untuk apa Rudi membawa pembalut di dalam tasnya? Apa yang salah dengan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Kekhilafan Pertama

"Sumpah, ya! Kamu nyebelin banget!"

Lina memukul keras lengan Trian. Lelaki itu malah tertawa-tawa melihatnya ketakutan. Lina memang paling tidak bisa berhadapan dengan gelap apalagi hantu.

"Sudahlah, lebih baik kita jalan bersama mencari pintu keluar," ajak Trian.

Ia menggandeng tangan Lina. Kali ini tidak ada penolakan. Sepertinya Lina pasrah saja karena berhadapan dengan ketakutannya.

Mereka terus berjalan dalam kegelapan mengandalkan cahaya senter dari ponsel Trian. Di sana benar-benar gelap dan sunyi.

"Kamu juga nyalakan senter ponselmu," kata Trian.

"Aku tidak mau. Aku takut menyorot setan," ucap Lina.

Trian tertawa-tawa dengan respon lina. Bahkan wanita itu begitu erat menggandeng lengannya karena saking ketakutan.

"Kami tenang saja, ada aku di sini, aman!" kata Trian berusaha menenangkan Lina.

"Aku justru semakin tidak tenang. Soalnya kamu suka jahil. Bukannya melindungi malah menambah takut!" gerutu Lina.

"Sudah lupa, waktu di rumah hantu memangnya siapa yang menggandeng tanganmu? Siapa yang kamu peluk kalau bukan aku?" sindir Trian.

"Itu karena gelap! Aku kira kamu Rudi!" kilah Lina. Ia jadi malu mengingat kejadian siang tadi.

"Nah, sekarang kenapa pegang-pegang? Ini sudah jelas bukan Rudi, cepat lepaskan!" Trian berusaha melepaskan pegangan tangan Lina padanya.

"Trian ... Trian ... Jangan begitu! Aku takut!" rengek Lina. Ia sama sekali tak mau melepaskan pegangan tangannya.

Trian kembali tertawa. Ia sangat terhibur dengan tingkah Lina.

"Oke, sekarang jangan bercanda lagi. Ayo cepat kita keluar dari sini,"

Trian menggenggam erat tangan Lina. Ia mengarahkan senter ke papan penunjuk jalan yang ditemukan. Ia memandu Lina agar terus berjalan mengikutinya.

Mereka berjalan cukup lama, namun belum juga menemukan tanda-tanda pintu keluar. Suhu udara terasa semakin dingin. Lina menggigil.

"Pegang sebentar!" pinta Trian seraya menyerahkan ponselnya pada Lina.

Ia melepaskan jaketnya seraya memakaikannya pada Lina.

"Tidak usah, nanti kamu sendiri kedinginan," tolak Lina merasa tak enak hati merepotkan orang lain.

"Diam! Pakai saja. Kalau kamu pingsan di sini, itu lebih merepotkan!" paksa Trian.

Terpaksa Lina mau mengenakan jaket yang Trian berikan. Ia lantas memberikan kembali ponselnya kepada Trian.

Mereka terus berjalan hingga memasuki ruangan yang sangat dingin. Dari taman dinosaurus menyambung ke istana es, replika zaman es pada masa dinosaurus. Tempat itu cukup terang dengan cahaya temaram. Akan tetapi, ruangannya memang sangat dingin yang dihasilkan oleh deretan alat pendingin di langit-langit.

"Aduh, ini sih seperti masuk ke dalam kulkas. Kenapa listrik di sini tidak ikut dimatikan?" gumam Lina.

"Kalau ikut dimatikan, nanti es nya mencair semua, dasar bodoh!" ucap Trian. Ia sudah menggigil karena hanya mengenakan selembar kaos tipis. Bahkan Lina yang sudah mengenakan jaketnya juga merasa kedinginan.

"Apa kita kembali ke belakang saja, ya? Ini tidak jelas dimana pintu keluarnya. Kita bisa beku lama-lama di sini," ujar Lina.

"Kamu mau gelap-gelapan lagi?" tanya Trian.

Lina menggeleng.

Mereka akhirnya tetap maju menyusuri ruangan yang dipenuhi es itu. Ruangan yang luas tanpa tanda petunjuk arah pintu keluar membuat mereka kesulitan.

"Kayaknya ada pengunjung yang iseng pencabut petunjuk arah. Sialan! Dimana pintu keluarnya?" gerutu Trian.

Ia sudah berkeliling ke setiap sisi, tapi belum terlihat juga pintu keluarnya. Tangannya sudah mulai merasa kebas dan tubuhnya benar-benar menggigil. Hawa dingin seakan telah menembus setiap sela-sela tulangnya. Ia sampai menggosok-gosokkan tangannya untuk menghangatkan diri.

"Itu ada iglo! Kita masuk ke sana dulu. Aku sudah tidak kuat. Rasanya mau mati," kata Trian.

Ia menarik tangan Lina agar mengikutinya masuk ke dalam bangunan kecil berbentuk kubah yang ada di sudut bangunan. Ternyata, di dalam lumayan lebih hangat dibandingkan di luar. Ada lampu bohlam penerang di dalamnya yang membuat hangat.

"Apa mungkin pintu keluar sudah ditutup, ya? Sejak tadi kita cari-cari kenapa tidak ada," ujar Lina.

"Entahlah. Aku sudah tidak bisa berpikir. Aku rasa bentuk pintunya juga seperti es. Mungkin kita melewatkannya," jawab Trian sembari menggigil. Ia memeluk tubuhnya sendiri dengan posisi duduk dan kedua kaki dilipat.

Lina melakukan hal yang sama. Ia juga merasa kedinginan meskipun sudah memakai jaket. Melihat kondisi Trian membuatnya merasa kasihan. Ia juga merasa bersalah.

Lina mengeluarkan ponselnya, berharap bisa menelepon seseorang agar datang menolong. Sayangnya, di ruangan itu tidak ada jaringan.

Lina mendekat ke arah Trian. Tanpa berpikir panjang, ia memberikan pelukan. Ia mencoba berbagi kehangatan suhu tubuh dengan lelaki itu.

Trian yang hampir sekarat, merengkuh tubuh Lina, memeluknya dengan erat. Ia sampai menelusupkan kepalanya ke dalam dekapan Lina untuk mendapatkan kehangatan.

Merasa masih kurang, Trian terpancing untuk mencium bibir wanita di hadapannya. Suasana yang mendukung membuat keduanya sejenak terlena. Bahkan Lina sukarela membalas ciuman yang Trian berikan. Apalagi sensasinya membuat kondisi tubuh mereka jauh lebih hangat.

Keduanya berciuman begitu in tim sampai terdengar suara napas yang tersengal-sengal. Tangan Trian seakan bergerak sendiri menelusup ke dalam pakaian Lina mencari kehangatan. Lina sesekali mend esah saat kedua tangan Trian menyentuh dadanya. Rasanya terlalu enak sampai dia lupa untuk menolak.

"Lin, masukkan tanganmu ke dalam celanaku. Pegang punyaku," pinta Trian dengan wajah penuh harap.

Lina terlihat ragu. Namun, tangan Trian yang menuntun membuatnya tak kuasa untuk menolak. Perlahan ia menelusupkan tangannya masuk ke dalam celana Trian. Ini pertama kalinya ia memegang milik lelaki selain suaminya. Ia bisa merasakan milik Trian yang mengeras dan terasa sangat hangat di tangannya. Mereka melanjutkan ciuman seraya saling menyentuh.

Trian merasa hampir gila. Sentuhan tangan Lina terasa sangat nikmat sampai membuatnya mend esah. Rasa dingin di tubuhnya juga perlahan mengilang berganti gairah yang panas.

"Trian, sepertinya kita harus berhenti," ucap Lina. Ia merasa jika lebih lama lagi melakukan itu, ia tidak akan kuat menahan.

"Baiklah, kita coba lagi cari pintu keluar."

Trian setuju. Mereka mengakhiri aktivitas mereka dan kembali berjalan menyusuri area wahana es itu dengan perasaan canggung satu sama lain. Hawa dingin kembali menyerang membuat mereka bergidik.

"Lin ... Aku benar-benar masih mencintaimu," kata Trian tiba-tiba.

Lina menghentikan langkahnya. Ia terkejut dengan pengakuan Trian. "Aku rasa di sini bukan hal yang tepat untuk membahas itu," tepisnya.

"Selama 10 tahun, tidak pernah sekalipun aku melupakanmu. Perasaanku masih sama," lanjut Trian.

Lina menghela napas panjang. "Lebih baik kita fokus mencari jalan keluar dari sini," ajaknya.

Trian secara tiba-tiba menarik Lina. Ia dekatkan wajahnya dan kembali mencium bibir Lina dengan agresif. Meskipun tak menginginkannya, Lina ikut terpancing dan membalas ciuman itu. Lidah mereka bertautan, satu sama lain saling menggigit dan menghisap bibir.

Brak!

Keduanya terdorong ke belakang sampai hampir jatuh terjengkang. Ternyata dinding yang mereka jadikan sandaran adalah pintu keluar. Tepat saat mereka berciuman, seseorang membuka pintu tersebut.

"Loh, ternyata masih ada orang!" seru lelaki yang merupakan salah satu pegawai di sana.

1
Yulia Sima
Luar biasa
jnxdoe
Di luar kontes ceritanya tentang konflik etika (selingkuh & zina) yg ga dukung samsek soal yg 2 itu, tp karyanya ini alurnya cukup bagus. Keren 👍👍👍
Dewi Nurani
terlalu berlebihan
Maharani Rani
lanut
Gamar Abdul Aziz
lanjut
Gamar Abdul Aziz
trian dewa penolong
Gamar Abdul Aziz
lanjuuut thor
Gamar Abdul Aziz
pantas Rudi sering mencret
Gamar Abdul Aziz
Rudi gay
Gamar Abdul Aziz
Rudi ...rudi
Gamar Abdul Aziz
lanjut
Gamar Abdul Aziz
yang dintinggal muncul lagi
Teresia reres
ngakak sampe terpingkal pingkal 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Teresia reres
berkhayal njiir 🤣🤣🤣🔨
Teresia reres
ya Tuhan Lina Lina ,,AQ yg baca SDH malu ,,mau tenggelam aja di dasar laut sana 🤣🤣🤣🤣
Jingga Delia
ini kpn up nya si minn udh nungguin bgtt😭
rita huang
alur cerita tidak mudah di tebak, bikin penasaran
Yuni Ngsih
Thooooor cepat trsannya ....aduh nih tangggung bcnya ....lg semangat nih soalnya ceritranya 👍👍👍
Yuni Ngsih
dasar Trian buciiiiin.......
Wanda Ani
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!